Hye Ju pulang ke rumah ketika ibunya tengah sibuk melayani pelanggan di kedai, sesekali wanita paruh baya itu mengusap keningnya dengan punggung tangan, menghalangi keringat yang jatuh di sana karna suhu panas dari penggorengan. Gadis itu langsung menghampiri tanpa di minta ia memasukan beberapa ayam goreng yang di pesan ke dalam paper bag sambil sibuk menanyakan pesanan kepada pembeli membuat ibunya tersenyum menatap anak gadisnya itu. Karena begitulah semua ibu, meski lelah mereka tidak ingin menunjukannya pada orang lain.
"Tall (anakku), pergi ke rumah dan ganti seragam sekolahmu, ibu bisa mengurus sisanya!" Ibu Hye Ju sedikit mendorong tubuh anaknya agar pergi, ia tersenyum ketika Hye Ju menatapnya dengan bibir mengerut. Hye Ju akhirnya menyetujui perintah ibunya dan hendak mengambil tasnya yang tergeletak di kursi, setelah memastikan hanya ada satu dua pembeli disana dan ibunya tidak kerepotan.
Langkahnya terhenti ketika seorang pria paruh baya menatap dengan wajah merah padam ke arahnya, pria itu menggunakan kaos putih dan kemeja hijau tosca berlengan panjang. Hye Ju mematung tangannya bergetar dan keringat dengan cepat membasahi dahinya, seperti memiliki banyak stok untuk mengucur deras dari puncak kepalanya, ibu Hye Ju yang tengah melayani pembeli terakhir menatap heran pada anak gadisnya ia mengikuti arah pandangan Hye Ju dan tanpa sadar kaki wanita itu terasa lemas, ia terduduk menabrak kursi plastik di belakangnya dengan bibir yang memucat dan bergetar. Pandangannya tidak dapat ia alihkan pada hal selain seseorang yang tidak asing disana. Hye Ju tersadar kemudian memeluk ibunya erat, pria itu mendekat tangannya sudah berada di pinggang menatap kedua wanita yang tersudut disana seperti tikus yang terkena jerat.
Sialnya semua pembeli sudah pergi, padahal tadi kedainya tengah ramai. Hye Ju mengumpat dalam hati, ia meracau sementara ibunya tidak punya hal apapun untuk menenangkan anak gadisnya sebab ia di posisi yang sama.
Ketakutan terbesar dalam hidup mereka, tahun-tahun melelahkan yang mereka mulai dari nol mendadak tanpa jalan keluar melihat betapa mudahnya pria itu menemukan mereka.
"Hye Ju-ya kau senang bertemu appa (ayah)?" pria itu tersenyum sambil merentangkan tangannya seperti hendak memeluk Hye Ju meski terhalang meja yang penuh dengan ayam goreng dalam nampan stainless.
Braakkkkk
Ia menendang meja tersebut, mengangkatnya dengan kedua tangan dan membuatnya terbalik, seakan karna meja tersebut Hye Ju kesulitan memeluknya juga dan tidak memberinya respon. Hye Ju berteriak dengan air mata yang mulai menetes, meninggalkan jejak basah di kulit putihnya, pun ibunya. Apa-apa yang ada di atas meja sudah berserakan di lantai.
"Hye Ju-ya kau kau tidak ingin memeluk appa?"
pria itu mendekat membuat Hye Ju semakin mundur meski terhalang dinding, kakinya meronta dengan sisa tenaga yang mendadak hilang namun seakan ia bisa membuat dinding itu bergeser ke belakang dengan terus meronta putus asa.
"Ku mohon pergi, jangan ganggu anakku lagi!"
Ibu Hye Ju memeluk anak gadisnya, ia menatap jijik pada pria yang pernah menemaninya selama 15 tahun itu.
Wajah pria yang di ketahui adalah ayah Hye Ju berubah semakin kesal.
"Ahhh, aku mengganggu hidup anakku?"
Pria itu tersenyum jahat, senyuman paling jahat yang pernah mereka lihat. Pria itu psikopat, ia bahkan bisa membunuh mereka sekarang jika Hye Ju dan ibunya tidak dapat mengontrol keadaan.
"YA! wanita kurang ajar. Gara-gara kau aku tidak dapat bertemu dengannya, kau membawa gadis cantikku lari dan sekarang kau bilang aku mengganggu hidupnya?" pria itu berang, tangannya sudah hampir melayangkan tinju jika saja Hye Ju tidak menahannya. Tubuh gadis itu basah oleh keringat, rambutnya yang tidak terikat sedikit basah dan menempel di kening juga tengkuknya.
"Appa, hentikan!" Hye Ju terisak, ia membenci ayahnya yang terus saja menyiksa wanita paruh baya itu. Namun ia mencoba berkompromi dengan ayahnya karna jika tidak mereka akan ada dalam bahaya.
"Uri tall, Uljima (anakku, jangan menangis). Kau ... kau juga rindu appa? Eung!" Ayah Hye Ju mendekat, ia mengusap air mata di pipi gadis itu, seakan bukan karna kehadirannya Hye Ju menjadi seperti ini. Tubuh gadis itu tidak bisa berhenti bergetar, ia ketakutan setengah mati namun ia tidak bisa melawan ayahnya. Ia sudah berpengalaman, bukan dengan kekerasan juga menghadapi pria itu atau ibunya akan dalam bahaya.
"Appa, Kau sudah kembali?" Hye Ju berbicara setelah dapat mengontrol dirinya sendiri, suaranya seolah tertahan tadi.
"Geureom (tentu saja), appa mencari kau di rumah," suara ayahnya terdengar lembut tidak akan ada yang percaya bahwa pria itu bahkan bisa menyiksa orang lain dengan tangan kosongnya.
"Tapi wanita sial itu membawamu pergi." wajah itu kembali lagi, seperti seseorang yang tidak Hye Ju kenal. Terlalu dingin untuk seseorang yang selalu memeluknya dengan hangat.
"Appa, kau sedang sakit. Kau tahu, kan?"
"Bagaimana appa bisa ada disini? Dan.. dan menemukanku?" Hye Ju sedikit takut untuk melanjutkan, namun ia dan ibunya sudah berjanji untuk saling menjaga satu sama lain.
"Hye Ju-ya, appa mianhae (maafkan ayah). Appa baru mendapat jadwal tahun ini, mereka tidak mengijinkan appa keluar." Hye Ju mengerti yang di maksud ayahnya adalah jadwal keluar rumah sakit jika ia di anggap sudah tidak berbahaya. Ayahnya di rawat di sebuah rumah sakit jiwa di Busan, tempat yang seharusnya cukup jauh untuk dapat menemukan mereka kembali. Namun Hye Ju dan ibunya terlalu gegabah menilai pria itu, dengan mudah ia dapat menemukan keduanya.
"Gwenchanhayo appa (tidak apa-apa ayah)," pria itu memeluk Hye Ju, gadis itu terus berupaya mengontrol dirinya agar tak membuat ayahnya itu berubah lagi karna ketakutan dan penolakannya.
"Kapan kau kembali ke Busan?" lanjut Hye Ju di tengah pelukannya, ayahnya kemudian melepaskan pelukannya setelah mencium puncak kepala gadis itu dan tersenyum sementara ibunya masih memperhatikan mereka dengan gugup dan ketakutan yang tak dapat ia sembunyikan.
"Besok lusa." Hye Ju tampak sedikit gelisah, dua malam itu adalah waktu yang sangat lama jika mengingat bagaimana setiap menitnya ia tidak dapat memprediksi emosi ayahnya yang naik turun.
"Sayang sekali, ku kira appa akan menetap lama!" Hye Ju menatap ibunya dan memberi isyarat agar wanita itu tenang, dan tidak mengusik pembicaraan mereka.
"Hmm, appa akan berbicara pada profesor jika kau menginginkannya!"
"Kau tenang saja, ia selalu menuruti permintaanku." Ayahnya tersenyum sementara Hye Ju semakin panik, matanya membulat. Ia mengambil jalan yang salah. Gadis itu menyadari ibunya kembali panik ketika pandangan mereka saling beradu seakan mengatakan apa yang harus mereka lakukan sekarang.
안녕 친구들 ❤️❤️ SUKA EPISODE INI? TINGGALIN LIKE SAMA VOTENYA YAA BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments