Udara pagi begitu sejuk terlalu pagi untuk seseorang yang terbaring di rumah sakit untuk bangun dari waktu istirahat yang sebenarnya terlalu panjang namun Hye Ju merasa sudah lebih baik, ia turun dari ranjangnya merasakan dinginnya lantai menusuk kaki yang telanjang membuat Hye Ju bergidik sebelum akhirnya ia meraih sleeper di dekat sebuah lemari kecil, menengok sebentar pada ibunya dan wanita itu masih terlelap sebelum akhirnya Hye Ju melangkah keluar.
Ia menyusuri taman di bagian belakang, merasakan dingin udara pagi yang sesekali menggesek kulitnya melihat bangku taman yang kosong membuat Hye Ju tertarik untuk duduk disana, pohon maple yang menutupi langit di belakang bangku kayu itu sudah berubah warna daunnya beberapa mulai berguguran dan jatuh di puncak kepala Hye Ju, ia meraihnya melihat daun itu tanpa tujuan sambil tersenyum hanya saja ia bersyukur sudah bisa merasakan musim gugur tahun ini. Kemarin sepertinya ia akan mati dan tidak bisa menikmati musim apapun lagi.
Taman itu masih sepi hanya beberapa perawat yang lalu lalang dan satu dua orang pasien saja, Hye Ju suka ketenangan ini membuatnya merasa nyaman.
Sementara Jae Hyuk dengan sangat terpaksa di usir oleh Hye Ju semalam ia tidak mungkin membiarkan pria itu tampak lebih lusuh lagi dari kemarin. Namun Hye Ju belum mendapat kabar apapun dari lelaki itu sejak semalam ia sedikit khawatir tapi begitulah Hye Ju gengsinya mengalahkan kekhawatirannya sendiri. Beberapa kali ia meraih ponselnya kemudian menyimpannya lagi mengecek benda tersebut tanpa melakukan apapun.
Dan pada waktu yang sama Jae Hyuk tengah terduduk di lantai kamarnya, masih dengan pakaian yang sama sejak 3 hari lalu. Ayahnya marah besar karena anak lelakinya tidak memberi kabar apapun meski sebenarnya Jae Hyuk hanya sedang panik melihat keadaan Hye Ju sehingga ia yang memang tidak pernah menghubungi ayahnya melupakan hal semacam itu. Kemudian lebih fatalnya lagi pria itu pulang dengan pakaian penuh bercak darah, ibunya histeris dan meski ayahnya juga begitu namun pria tua itu menolak menunjukannya.
Kemarahan ayahnya tidak berhenti sampai disana ia melarang Jae Hyuk keluar dari kamarnya sambil mengucapkan ocehan yang memekakkan telinga, Jae Hyuk sudah terbiasa namun ia tidak bisa diam saja disini ia sudah berjanji untuk menjemput Hye Ju pulang namun pagi ini bahkan ayahnya belum berubah fikiran. Jae Hyuk paham siapa yang menularkan sifat keras kepada dirinya kalau bukan pria tua itu.
"Ateul-ah (anakku)," ujar seorang wanita sambil mengetuk pintu, "Eomma membawa sarapan untukmu."
Kemudian pintu kamar di buka dari luar Jae Hyuk hanya berdiri mematung ketika ibunya masuk, mendadak ia memiliki ide yang bisa membuatnya pergi dari rumah.
"Ateul (nak), kenapa pakaianmu seperti ini? Kau tidak berkelahi lagi kan?" ibunya menyimpan nampan berisi susu dan roti tawar di atas tempat tidur kemudian mengusap wajah anaknya dengan lembut.
"Eomma, aku akan menceritakannya padamu asal kau berjanji untuk membantuku. Eung!"
Ibunya terlihat ragu namun Jae Hyuk tahu bahwa ibunya selalu lemah terhadap permintaannya. Jae Hyuk meyakinkan ibunya dengan matanya dan wanita itu mengangguk perlahan.
Hye Ju sudah mengganti pakaiannya, duduk di kursi roda dan siap untuk pulang. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, 10 menit berlalu sejak janji Jae Hyuk bahwa ia akan datang menjemput gadis itu. Hye Ju tidak bisa berbohong, ia kecewa. Setelah mencium ibunya yang terlihat sudah lebih baik, Hye Ju kemudian memberi isyarat pada perawat wanita yang akan mengantarnya sampai naik taksi.
"Apa tidak ada yang menjemputmu?" tanya perawat itu ketika mereka memasuki lift khusus pasien, Hye Ju menggeleng sambil terus memandangi ponselnya yang tidak berdering sama sekali.
"Apa kau yakin bisa pulang dengan taksi?" tanya perawat itu lagi ketika mereka akhirnya sampai di lobby wanita itu sepertinya mengkhawatirkan kondisi Hye Ju meski Hye Ju sendiri sudah bisa berjalan-jalan tanpa memerlukan kursi roda.
"Ahh biar saya yang mengantarnya, terimakasih!" ucap seseorang dari belakang Hye Ju, pria itu membungkuk pada perawat yang kemudian pergi meninggalkan keduanya.
Jae Hyuk, ia yang merasa bersalah kemudian berlutut di depan kursi roda Hye Ju menatap gadis itu dengan perasaan bersalah, dalam hidupnya tidak pernah ia berlutut untuk siapapun bahkan ayahnya sendiri. Namun sepertinya maaf dari Hye Ju adalah segalanya.
"Aku terlambat?" tanya Jae Hyuk yang mestinya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ia memasang wajah memelas dengan muka garangnya yang sama sekali tidak cocok.
"Aku tidak menunggumu." jawab Hye Ju ketus, gadis itu tidak tahan dengan tatapan mata Jae Hyuk hingga dengan gelisah memalingkan wajahnya ke samping, Jae Hyuk yang melihat gadis itu salah tingkah langsung tersenyum.
"M-mwoo (apa)?" tanya Hye Ju gugup.
Jae Hyuk kemudian berdiri berjalan ke belakang Hye Ju dan mendorong kursi rodanya,
"Kau lapar?" tanya Jae Hyuk.
"Kau bercanda, aku sudah sarapan!"
"Aahhh padahal aku melihat restoran tangsuyuk yang cukup ramai di depan sana."
"Tangsuyuk?" Hye Ju terjebak ia mulai terlihat antusias membuat Jae Hyuk tersenyum di belakangnya,
"Metabolisme tubuhku bekerja dengan baik, satu porsi tangsuyuk bisa masuk dengan mudah."
"Kau luar biasa!" Jae Hyuk tertawa ia senang Hye Ju nya sudah kembali seperti biasa lagi.
Pria itu kemudian mengantar Hye Ju pulang dengan mobilnya setelah ia menghabiskan satu porsi tangsuyuk bersama kimbab dan eomuk, metabolismenya benar-benar bekerja dengan baik bahkan sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru saja keluar rumah sakit.
Keduanya turun di depan kedai ayam goreng milik ibu Hye Ju, gadis itu di buat terkejut ketika disana Kim Min Ji, Han Seol dan Chan Young sedang sibuk membereskan tempat yang semula berantakan tersebut akibat kegaduhan yang di timbulkan ayahnya.
"Chagiiyaaaa (sayang)!" teriak Min Ji gadis itu sama hebohnya dengan Hye Ju, ia berlari kecil untuk kemudian keduanya berpelukan seperti tokoh kartun anak, benar-benar lucu.
Chan Young juga memperhatikan tingkah Min Ji tanpa sadar pria yang tengah sibuk dengan palu dan paku tersebut tersenyum, Han Seol yang lagi-lagi mencerna situasi apapun dengan sangat lambat hanya diam saja menengok pada kedua sahabatnya bergiliran.
"Wahh kau membereskan ini semua?" tanya Hye Ju antusias kemudian Min Ji mengangguk dengan percaya diri sementara kali ini Han Seol langsung berdehem untuk membantah.
"Ahh ... Han Seol dan Chan Young juga membantuku."
"Heol ... Kau hanya duduk dan memakan semua kimbab disana."
"Kau bercanda? Mulutku terlalu kecil untuk memasukan semua makanan itu,"
"Aku ... hanya menghabiskan setengahnya ... Mungkin." Min Ji terlihat ragu membuat semua orang kini tertawa.
Kaca yang pecah di bagian depan sudah di bereskan juga kursi dan meja yang rusak sudah di perbaiki Hye Ju sempat terharu pada apa yang teman-temannya lakukan sebelum Han Seol mengatakan, "Ahh ... Kemarin beberapa pekerja sudah membereskannya, kita hanya merapikan pot dan menyapu lantai." Pria itu memang merusak imajinasi Hye Ju.
"Mianhae Hye Ju-ya (maafkan aku), kita sudah lama bersahabat dan aku tidak tahu kesulitan apapun yang kau alami," Min Ji terisak membuat suasana yang tadinya ramai karena perebutan jajjangmyeon (mi kacang hitam) menjadi hening semua orang menatap Min Ji kali ini.
"Kau tahu segala tentangku bahkan nama anjing peliharaanku saat kecil tapi aku bahkan tidak tahu rumahmu. Mianhae Hye Ju-ya ...." Isakan tangis Min Ji semakin keras membuat Hye Ju juga hampir meneteskan air mata.
"Yaa, Kim Min Ji ini semua bukan salahmu aku yang tidak terbuka dan menceritakan apapun padamu, aku bahkan menolak setiap kau ingin datang ke rumahku,"
"Aku hanya selalu berfikir bahwa aku dan ibuku tidak bisa menetap di satu tempat selamanya karena ayahku akan melakukan hal seperti ini, dan kau adalah sahabatku yang sangat keras kepala karena meskipun awalnya aku tidak ingin berteman kau terus saja menggangguku." Isak Hye Ju
"Dengan susu pisang atau informasi tentang menu di kantin ...." Kali ini Min Ji namun apa yang di katakannya malah membuat semua orang tertawa.
"Yaaaa, persahabatan kalian memang luar biasa." Han Seol mengacungkan dua ibu jarinya membuat Hye Ju berhenti terisak, ia menyusut air mata yang meninggalkan jejak di pipinya.
Pun Min Ji, gadis itu bahkan memerlukan tisu dan cermin karena ada Chan Young dan ia tidak mau terlihat buruk.
"Ahh bagaimana ini menangis membuatku semakin lapar, kegiatan itu menguras energi," Ujar Hye Ju sambil matanya memandang sekeliling dimana hanya ada piring kosong.
"Yaa, Han Seol-ah kau babi gendut ... Kau habiskan semua jajjangmyeon disini?"
Han Seol yang sedang menyeruput suapan mi terakhirnya langsung merasa gelisah karena makian Hye Ju, ia buru-buru mengunyah dan mengosongkan mulutnya sebelum akhirnya bisa menjawab,
"Na (aku)?"
"Aigoo ... Maldo andwe (tidak mungkin)."
안녕 친구들 ❤️❤️ SUKA EPISODE INI? TINGGALIN LIKE SAMA VOTENYA YAA BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments