Ruangan perawatan itu cukup luas, dengan tv layar datar besar dan lemari pendingin, Sofanya juga tampak nyaman untuk tempat beristirahat sambil menunggu pasien. Hye Ju tidak tahu kenapa ibunya bisa ada di ruangan sebagus ini, namun ia mengabaikan fikiran tersebut ketika melihat wanita paruh baya itu disana.
Dan mata Hye Ju tertuju pada wanita yang terbaring tak sadarkan diri itu, dengan alat bantu pernafasan juga selang infus yang terpasang di bagian tubuhnya, lebam di mata kirinya terlihat jelas menyisakan bekas keunguan di wajah putih wanita yang sudah merawatnya sejak bayi, keluarganya satu-satunya.
Di bantu Jae Hyuk gadis itu kemudian mendekat, menggenggam tangan ibunya dengan lembut bersamaan dengan ari mata yang mengalir tanpa henti meninggalkan jejak di kedua pipinya. Suara gadis itu tertahan di tenggorokan hanya isak tangisnya yang mampu keluar, tangisnya pilu membuat siapapun tidak sanggup melihatnya namun tidak ada yang berani menghentikannya bahkan Jae Hyuk sekalipun. Ia ingin memberi ruang untuk gadis itu menumpahkan emosinya.
Min Ji yang tidak tega melihat keadaan Hye Ju kemudian mendekat, ia merangkul pundak gadis itu mengusap kepalanya dengan lembut dan ikut menangis. Bahkan ia juga tidak mampu mengatakan apapun untuk menenangkan sahabatnya, situasi ini juga mengejutkan untuknya. Hye Ju yang selalu terlihat ceria, kelas yang tadinya membosankan bisa menjadi riuh dengan tawa hanya dengan satu lelucon yang ia buat bahkan gadis yang tidak menangis ketika jatuh dan lututnya berdarah saat kegiatan olahraga itu hari ini terlihat sangat berbeda selain fakta luka yang ia dapat Hye Ju juga terus menangis meninggalkan sembap di kedua matanya. Hampir membuat mata sipitnya semakin tidak terlihat.
"Eomma, ireonna jebal ( ku mohon bangun)!"
Hye Ju mencium punggung tangan ibunya membuat air mata juga membasahi tangan wanita yang terbaring lemah disana.
Ibu Hye Ju belum merespon, dokter mengatakan wanita itu mendapat suntikan obat agar berisitirahat cukup dan lukanya cepat pulih mengingat keadaannya yang mengkhawatirkan. Bersyukurlah ia tidak perlu melakukan tindakan operasi.
"Eomma mianhae, seharusnya kita pergi ke tempat yang lebih jauh lagi. Mianhaeyo eomma!!"
"Mianhae eomma, aku tidak bisa melindungi mu!"
Hye Ju tersedak air matanya sendiri, ia tidak bisa berhenti menangis. Gadis itu merasa gagal menjaga ibunya dari ayah mereka.
"Uljima Hye Ju-ya (jangan menangis)!"
Min Ji terus memeluk gadis itu membuat Hye Ju merespon dengan berpegang pada tangan Min Ji. Keduanya kembali melanjutkan tangisan menyayat hati itu.
**
Hye Ju sudah tenang, ia bisa melihat situasi saat ini dengan jelas. Ada Chan Young dan Han Seol yang sejak tadi tidak ia sadari kehadirannya, Min Ji menyodorkan gelas berisi air putih untuknya yang kemudian di minum Hye Ju sedikit, ia tidak haus hanya agar menghargai Min Ji saja.
"Kau sudah lebih baik?" Hye Ju mengangguk mendengar pertanyaan Min Ji. Gadis itu mengembalikan lagi gelasnya pada Min Ji.
"Kau bisa menceritakan apapun padaku. Hanya jika kau sudah siap. Eung!" kemudian hening, Hye Ju seperti tengah menimbang dari bagian mana ia harus memulai ceritanya, atau mungkin memilih untuk tidak menceritakan apapun.
"Kau terus saja menjadi wanita jahat, aku bahkan tidak tahu dimana rumahmu dan kau menjadi lebih jahat karena berandalan brengsek itu saja mengetahuinya!"
"Aigooo gadis kurang ajar ini!" dan lelucon keduanya sukses membuat suasana mencair, Hye Ju sedikit tersenyum ia menghargai keinginan semua orang untuk membuatnya merasa lebih baik.
Lalu Hye Ju menceritakan kembali kisahnya pada semua orang disana, bukan sesuatu yang mudah mengingat itu adalah kejadian buruk namun ia tahu mereka sangat bisa di andalkan dan saat ini Hye Ju memerlukan tempat berbagi. Sebuah rahasia yang ia simpan lebih dari 3 tahun.
Tidak ada yang berkomentar, bahkan Han Seol yang selalu tidak memahami situasi kali ini otaknya bekerja dengan baik, ia bahkan hampir menangis tersedu ketika Min Ji memeluk Hye Ju tadi jika saja tatapan konyol Chan Young tidak mengacaukan suasana sedih di hatinya.
"Apa rencana mu selanjutnya??" Jae Hyuk tiba-tiba bertanya setelah gadis itu selesai bercerita.
"Entahlah, aku akan menelpon rumah sakit jiwa tempat appa di rawat."
"Kau tidak lapor polisi?" Min Ji bertanya kemudian,
"Kau tahu seburuk apapun ia, aku tidak akan pernah memasukannya ke dalam penjara,"
"Rumah sakit itu tidak buruk, ia memiliki fasilitas modern bahkan sangat ketat dalam masalah keamanan, hanya saja kemarin appa mendapat jatah keluar dan diperbolehkan bepergian selama 3 hari."
"Aku hanya tidak tahu psikopat itu akan menemukan kami dengan mudah." ekspresi Hye Ju kemudian berubah ia tampak begitu emosional dengan mata yang tajam.
"Aku ingin membencinya, bahkan melihat wajahnya saja sudah cukup membuatku memiliki kenangan buruk."
"Tapi hal itu tidak pernah terjadi, bagaimanapun appa adalah appa. Ia juga ingin sembuh dari sakitnya karna itu dengan sukarela appa masuk rumah sakit, mengikuti perawatan disana tanpa perlawanan." semuanya masih mendengarkan Hye Ju dengan seksama, tanpa ada yang menyela sebab cerita ini begitu mereka tunggu sejak tahu apa yang terjadi pada gadis itu.
"Eomma, wanita cerewet itu. Ia juga terus mengatakan bahwa aku tidak punya hak untuk membenci appa, tapi appa bukanlah seseorang yang aman untuk saat ini. Sehingga kami pergi meninggalkannya."
Lalu bayangan ketika ayahnya mengayunkan tongkat besi pada mereka membuat Hye Ju memejamkan mata, tubuhnya bergetar. Ayahnya tiba-tiba saja mengamuk hanya karena ibunya lupa membuat seollengtang (sup tulang sapi) yang entah kapan ia utarakan. Dan amukan itu terus berubah bertambah dengan caci maki lain yang tiba-tiba saja keluar dari mulutnya, tentang kenapa ibunya membawa Hye Ju pergi dan tuduhan terhadap ibunya yang memiliki pria lain.
Ingatan itu membuat Ia kembali menangis. Bukan karna sakit yang ia terima namun kenyataan bahwa ia tidak bisa membenci ayahnya meski dengan segala apa yang pria itu lakukan.
Kemudian ponsel gadis itu yang di pegang Jae Hyuk sedari tadi berbunyi, panggilan masuk dari nomor yang tidak di kenal. Hye Ju menatap layarnya cukup lama setelah Jae Hyuk menyerahkannya. Teman-temannya disana ikut memandangi gadis itu dengan penasaran.
"Uri tall ... Na, appa-ya (anakku, ini ayah)!"
Suara Hye Ju kembali tertahan untuk kesekian kalinya, ia mengenali suara pria yang paling ditakuti sekaligus di rindukannya.
"Mianhaeyo tall, appa bersalah padamu. Appa ... appa tidak tahu bagaimana mengendalikannya. Mianhae jeongmal!" pria itu menangis dengan frustasi, Hye Ju dapat mendengar dari suaranya yang putus asa.
"Appa akan kembali ke busan, kau bisa berjanji untuk datang sesekali? Appa akan merindukanmu." ayahnya kembali melanjutkan setelah hening menghampiri percakapan tersebut.
"Appa, kau juga berjanjilah untuk sembuh, eung!" Hye Ju seakan bisa melihat senyum ayahnya hanya dari cara ia berbicara.
"Appa yaksok (ayah janji)!!"
안녕 친구들 ❤️❤️ SUKA EPISODE INI? TINGGALIN LIKE SAMA VOTENYA YAA BIAR AUTHOR MAKIN SEMANGAT ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments