"Kalian, ada apa pagi-pagi datang ke rumahku?" Tanya Anin dengan wajah terkejut.
"Kita....." Danis merasa gugup.
"Aish kenapa mulutku kaku sekali untuk berbicara dengan Anin?" Gumam Danis dalam hatinya.
"Kita apa?" Sambung Anin, kini ia terus menatap wajah tampan Danis, membuat Danis menjadi agak gugup.
Dafa terus menggelengkan kepalanya, rasanya ia ingin menjitak sahabatnya itu.
"Dasar bodoh, kenapa kamu menujukan wajah gugupmu Danis." Batin Dafa dalam hatinya.
"Kita kesini mau mengajak kalian pergi ke mall, sekalian ayo cari sarapan diluar!" Kata Dafa dengan gayanya yang begitu tegas.
"Iya benar, ayo!" Ajak Danis yang masih gugup.
Sungguh Aqila melihat pemandangan pagi ini ia rasanya ingin sekali tertawa, dalam hatinya akhirnya Kak Danis bisa membuka hatinya untuk gadis lain lagi.
"Ayo Kak Anin, kita berangkat! Aku juga lapar." Kata Aqila, ia sudah mengandeng tangan Anin dengan begitu akrab.
Danis tersenyum, ia terus menatap Anin dan Aqila yang begitu akrab.
"Ini adalah salah satu hal bagus, Anin dan Aqila bisa seakrab itu." Danis tersenyum dalam hatinya.
.
.
Mereka berjalan menuju ke taman dekat rumah susun, disana ada banyak tukang makanan dan Anin mengajak mereka bertiga ke taman itu.
Anin dan Danis berjalan di depan dan Dafa dan Aqila mengikuti mereka di belakangnya.
.
.
Sesampainya di taman, Aqila menghentikan langkah kakinya. Membuat Dafa juga ikut menghentikan langkah kakinya.
"Kenapa?" Tanya Dafa dengan suara pelan, sengaja agar Danis dan Anin tidak mendengarnya.
"Serius Kak Danis, mau makan di tempat seperti ini?" Aqila memasang raut wajah tidak percaya.
Tapi Dafa malah tertawa, ia tahu pasti seorang Aqila akan terkejut melihat sang kakak yang suka makan direstauran mewah, sekerang berubah dratis seperti yang dirinya lihat Danis makan makanan dipinggir jalan.
"Sungguh aku tidak menyangka." Batin Aqila dalam hatinya.
"Qila, sekarang Danis sedang menjalani hukumannya jadi ini adalah salah satu yang harus dia jalanin. Mungkin bagi dia makan di tempat seperti ini sudah biasa." Dafa melihat Aqila, lalu ia tersenyum.
"Apa kamu tidak mau makan disini? Katakan padaku kamu makan dimana?" Tanya Dafa, sekarang tangan Dafa sudah mengandeng tangan Aqila. Membuat Aqila tersipu malu tapi ia membiarkan Dafa memegang tangan dirinya.
"Kita makan disini saja, aku mau tahu bagaimana cara Kak Danis menjalani hidupnya saat sedang dalam masa hukuman dari Om Denis." Aqila kembali melangkahkan kakinya.
Kini Aqila dan Dafa, mereka saling bergandengan. Buat orang yang tidak tahu pasti akan mengira mereka adalah pasangan kekasih.
.
.
Danis dan Anin menghentikan langkah kakinya, mereka berhenti di tukang bubur ayam langganan Anin.
"Kamu suka makan bubur ayam?" Tanya Danis dengan nada datar.
"Suka, ini adalah bubur langganan aku dan rasanya sangat enak." Jawab Anin dengan penuh semangat.
Lagi-lagi Danis di buat kagum oleh Anin, dalam hati Danis. Ternyata Anin adalah gadis yang begitu sederhana bahkan dia punya tukang bubur langganan.
"Oh iya, selain buburnya enak yang jualan juga sangat tampan." Anin mengembangkan senyum termanisnya.
"Memangnya setampan apa?" Batin Danis dalam hatinya.
Danis memasukkan kedua tangannya ke saku celananya, lagi-lagi ia memasang wajah tengilnya.
"Anin.... biasakan?" Tanya tukang bubur langganan Anin.
"Iya biasa Fan, tapi hari ini aku pesan 4 porsi karena aku datang bersama teman-teman ku." Jawab Anin sambil tersenyum.
"Siapp, tunggu ya!" Fandi tersenyum pada Anin.
Fandi adalah tukang bubur yang terkenal karena ketampanannya. Setiap hari buburnya rame terus dan lebih banyak pelanggan wanita yang datang, selain untuk makan bubur mereka juga meminta foto bersama dengan Fandi.
Aqila yang dari tadi berdiri di belakang Anin, ia ternganga melihat wajah tampan sih tukang bubur itu.
"Kak Anin, tukang buburnya tampan sekali." Aqila berbisik ditelinga Anin.
Kini mereka sudah duduk di kursi pelanggan.
"Iya Qila, dia memang tampan dan kamu tahu dia masih jomblo." Jawab Anin dengan nada lembut.
Aduh mendengar tukang buburnya masih jomblo, hati Aqila langsung meronta-ronta ia tidak sadar tatapan seorang Dafa begitu tajam seperti macan yang akan menerkam mangsanya.
"Kak, mintain no ponselnya." Kata Aqila dengan tatapan genit, tapi langsung di tatap tajam oleh Dafa.
"Itu lihat mata Dafa sudah menatap tajam padamu." Celetuk Danis dengan nada kesal.
Danis juga merasa kesal, karena Anin juga begitu antusias pada tukang bubur langganan itu yang Anin bilang tampan.
"Tampanan juga aku, dasar mata Anin taruh dimana sih?" Batin Danis dalam hatinya.
"Aku ada no ponselnya, kan biasanya kalau aku malas dia nganterin bubur pesanan aku ke rumah." Jawab Anin, sambil melihat Aqila.
Danis dan Dafa sama-sama menatap dua gadis yang ada di hadapannya ini, dengan tatapan kesal.
"Masa iya aku harus saingan dengan tukang bubur." Batin Danis dalam hatinya.
"Aqila mulai genit sama tukang bubur, masa iya aku harus bersaing dengan tukang bubur." Batin Dafa dalam hatinya.
"Sudahlah, lagian tukang bubur sama Danis, tampanan Danis." Kata Danis dengan gaya tengilnya.
"Dih mana ada, orang tampan mengakui dirinya tampan." Anin mengeluarkan tawanya membuat Dafa dan Aqila juga ikut tertawa.
"Aku kan memang tampan," Danis membenarkan kra kemejanya agar terlihat cool.
.
.
Setelah beberapa lama, akhirnya pesanan bubur ayam mereka datang. Kini mereka menikmati bubur ayam mereka dengan nikmat.
"Ini sungguh enak, udah gitu yang jualan tampan. Aku bisa setia hari kesini gara-gara ketagihan sama buburnya." Aqila senyam-senyum sendiri sambil menikmati buburnya.
"Ketagihan mau ketemu sama tukang buburnya apa buburnya?" Celetuk Dafa yang semakin kesal.
"Aish dasar Aqila, jelas-jelas ada aku masih saja memuji ketampanan tukang bubur." Batin Dafa dalam hatinya.
"Tentu saja dua-duanya." Jawab Aqila.
"Sudah lanjutkanlah makan kalian, bukankah kita mau ke mall." Kata Danis agar Aqila dan Dafa tidak sampai melanjutkan obrolan mereka yang menurutnya tidak penting itu.
.
.
Pagi-pagi mereka sudah memuji ketampanan saja tukang bubur, siapa yang tidak tertarik Kalau tukang buburnya berbadan tinggi, tubuhnya kekar, senyumnya manis sekali, membuat para gadis berlomba-lomba untuk bisa menikmati bubur buatannya.
Dan pagi ini Danis dan Dafa dibuat kesal gara-gara Anin dan Aqila terus membicarakan tukang bubur tampan itu.
.
.
Setelah selesai makan bubur, mereka langsung menuju ke mall yang tidak jauh dari tempat tinggal Anin dan Danis, mereka pergi menggunakan mobil Dafa.
Di dalam mobil.
Dafa yang menyetir mobilnya, Aqila duduk di sebelah Dafa sedangkan Danis dan Anin duduk di jok belakang.
Anin hanya diam disetiap perjalanan.
"Danis cuma pelayanan cafe, tapi dia bisa kenal dengan anak-anak orang kaya, tapikan Aqila adiknya Danis. Mungkin Danis bisa kenal dengan anak-anak orang kaya karena Aqila." Batin Anin dalam hatinya.
Anin mulai curiga, tapi Anin tidak mau berburuk sangka untuk saat ini.
.
.
Sesampainya di mall, mereka semua turun dari mobil.
Kini mereka semua masuk ke dalam mall, dan langsung menuju ke toko tas branded. Anin kembali dibuat terkejut.
"Apa berbelanja disini tidak mahal?" Anin ternganga masih tidak percaya, ia berada di toko tas branded.
"Kamu tahu tempat seperti ini darimana? Kamu kan hanya pelayan cafe?" Mata Anin tertuju pada Danis.
Danis memasang wajah gugup, kini ia merasa bingung apa yang harus ia jawab?
"Emmhh...... Anin...."
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
Lom apa" dah cembokur wae
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
danis byak saingany,,,,
2021-08-01
0
Sumarni
sama 2 cumburu😁
2021-04-20
0