"Kamu tahu tempat seperti ini darimana? Kamu kan hanya pelayan cafe?" Mata Anin tertuju pada Danis.
Danis memasang wajah gugup, kini ia merasa bingung apa yang harus ia jawab?
"Emmhh...... Anin...."
"Tentu saja, Danis tahu dari aku Anin." Celetuk Dafa, yang lagi-lagi harus berbohong pada Anin untuk menjaga rahasia sahabatnya itu.
"Iya benar, aku tahu dari Dafa," Danis tersenyum penuh salah pada Anin.
"Maaf Anin, aku tidak bisa memberitahu siapa aku sebenarnya padamu." Danis merasa bersalah dalam hatinya.
Mungkin untuk saat ini, menurut Danis berbohong pada Anin lebih baik biarpun nantinya Danis tahu, pasti Anin akan kecewa kalau mendengar kenyataan yang sesungguhnya tapi Danis bisa apa? Ia mau jujur sekarang tapi ia tahu Anin tidak tertarik dengan laki-laki kaya, sedangkan Danis sudah terlanjur kesem-sem sama Anin. Jadi Danis memilih terus berpura-pura miskin untuk mendapatkan hati Anindiya Zahira.
"Oh iya, kalian kan berteman." Kata Anin sambil menganggukan kepalanya.
"Kak Anin, ayo kita pilih tas keluaran terbaru!" Aqila menarik tangan Anin, ia mengajak Anin masuk ke dalam toko tas branded.
Dalam hati Anin, ini pasti mahal-mahal sekali. Ini juga pertama kalinya aku masuk ke toko barang branded. Gajianku tidak akan cukup untuk membeli barang-barang disini.
"Tapi Qila, aku tidak akan mampu untuk membeli barang-barang di toko ini. Gajianku cuma cukup buat hidup aku sehari-hari saja." Kata Anin pada Aqila, tapi Aqila malah tersenyum simpul pada Anin.
"Itu tidak masalah kak, kakak bisa membeli apa saja yang kakak mau. Nanti Qila yang bayarin," Kata Aqila dengan begitu antusias.
Dafa dan Danis masih terdiam, mereka berdiri dan terus memperhatikan dua gadis itu yang sedang sibuk memilih tas-tas keluaran terbaru.
"Lihat, dia adalah gadis yang begitu sederhana sampai kapan kamu akan membohonginya?" Tanya Dafa dengan sorot mata penuh tanda tanya.
"Ntahlah, yang jelas aku akan jujur padanya tapi tidak sekarang." Jawab Danis, ia berjalan menuju ke tempat Anin dan Aqila, Dafa juga mengikutinya dari belakang.
"Dafa, bayar semua belanjaan hari ini nanti aku akan ganti semuanya kalau hukumanku sudah berakhir dan semua fasilitas aku sudah kembali." Kata Danis sambil melihat-lihat tas yang menurutnya cocok untuk Anin gadis yang begitu sederhana.
"Iya iya, akan bayar semuanya." Jawab Dafa.
"Untung uang tabungan aku banyak, dan gajianku gede." Gumam Dafa dalam hati.
Danis mengambil salah satu tas berwarna hitam yang tidak terlalu besar dan modelnya simple, menurut Danis tas itu akan cocok untuk seorang Anin yang begitu sederhana.
"Anin...." Danis memanggil Anin, Anin menoleh kearah Danis.
"Ada apa?" Tanya Anin.
"Ini cocok untukku." Danis menunjukkan tas pilihannya pada Anin.
Danis berjalan menuju ke tempat Anin berdiri, ia menghampiri Anin lalu memberikan tas pilihannya pada Anin.
"Ini mahal sekali, uangku tidak akan cukup untuk membeli ini." Anin menolak tas yang diberikan Danis secara halus.
Dafa menghampiri Anin dan Danis, ia tersenyum pada mereka.
"Anin, kalau kamu kamu boleh membelinya! Nanti aku yang bayar." Dafa tersenyum pada Anin dengan begitu manis.
"Tidak, aku tidak mau!" Tolak Anin dengan halus.
Aqila berjalan menghampiri mereka, ia juga tersenyum pada semuanya.
"Tidak apa-apa, aku yang akan membayarnya." Dafa memaksa.
Lagi-lagi Anin menggelengkan kepalanya, Anin merasa tidak enak jika sampai Dafa membelikan tas semahal pada dirinya. Tapi Dafa tetap memaksanya karena ini adalah perintah dari Danis.
"Iya Kak Anin, ini bagus dan jangan pikirkan soal harga, kalau kakak tidak mau di bayarkan oleh Dafa. Biar Aqila yang membayar tas kakak ini," Aqila mencoba menawarkan diri.
"Aqila, biar belanjaan kamu aku juga yang membayarnya, berikan mana tas pilihan kamu dan Anin aku akan membawanya ke kasir." Dafa mengambil tas pilihan Aqila di tangan Aqila, lalu ia juga mengambil tas pilihan Danis untuk Anin.
"Sekarang kalian tunggu disini!" Dafa berlalu pergi menuju ke kasir.
Danis, Anin dan Aqila, mereka menunggu Dafa yang sedang pergi ke kasir.
.
.
Sesampainya di kasir, Dafa langsung membayar kedua tas tersebut. Tentu saja untuk membayar tas-tas itu Dafa mengeluarkan kocek yang tidak sedikit. tapi demi sahabatnya lagi-lagi ia harus iklhas.
"Danis, mudah-mudahan kamu menjadikan Anin sebagai istrimu dan lupakan Fani." Doa Dafa dalam hatinya.
Setelah membayar tas-tas itu, Dafa kembali dengan membawa dua paper bag lalu memberikan kepada Anin dan Aqila.
"Dafa, sungguh ini sangat berlebihan! Aku akan mencicilnya nanti untuk membayarnya." Kata Anin sambil menerima paper bag dari tangan Dafa.
"Tidak perlu, ini aku belikan untukmu." Dafa menolak dengan senyum simpul disudut bibirnya.
Danis hanya bisa menyembunyikan senyuman, sebenarnya kalau Danis kembali menjadi Danis yang dulu lagi. Ia bisa membelikan apa saja buat Anin, tapi kalau untuk saat ini Danis hanya bisa meminta bantuan dari Dafa, karena yang Anin tahu ia hanyalah pelayan cafe.
"Sekarang kita mau kemana lagi?" Tanya Dafa pada semuanya.
"Bagaimana kalau kita makan dulu aku lapar," Aqila memasang wajah menggemaskan, membuat Dafa tidak tega pada dirinya.
"Dasar tubuhmu kecil, tapi nafsu makanmu begitu tinggi." Dafa geleng-geleng kepala.
Aqila menuruni sifat mamanya ia bertubuh kecil, tapi selera makan ia tinggi dan tentunya ia juga menghabiskan dua mangkok soto seperti mamanya.
"Aku baru makan bubur ayam satu mangkok, Oh iya Kak Anin kapan-kapan kita makan bubur lagi ya." Kata Aqila sambil senyam-senyum.
"Mau makan bubur apa mau bertemu dengan tukang buburnya?" Dafa melihat Aqila dengan sorot mata cemburu.
Danis senyam-senyum, kini ia terus melihat wajah tampan yang sedang cemburu.
"Dafa, bilang saja kalau kamu cemburu." Danis mengeluarkan tawa kecilnya.
Aqila ternganga mendengar perkataan Danis.
"Cemburu? Apa Dafa menyukaiku?" Batin Aqila dalam hatinya.
"Maksudnya Kak Danis?" Tanya Aqila penasaran.
"Tanyakan saja pada Dafa." Danis tersenyum jail pada Dafa.
"Dafa, jelaskan apa maksudnya kamu cemburu?" Aqila menuntut penjelasan pada Dafa.
Dafa mengalihkan tatapan wajahnya, kini ia tidak berani menatap wajah cantik Aqila jantungnya juga berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Aish jantungku berhentilah berdetak kencang seperti ini, atau semua orang akan mendengarnya." Batin Dafa dalam hatinya.
Danis ingin sekali tertawa tapi ia menahannya.
"Makanya kalau suka itu bilang, jadi tidak cemburuan sendirian." Danis tertawa dalam hatinya.
"Dafa, jelaskanlah mau sampai kapan kamu sembunyikan terus dari Aqila? Apa tunggu Aqila jadian sama tukang bubur tampan dulu?" Danis terus meledek Dafa, kali ini Dafa merasa sangat dipojokan.
"Iya tukang bubur pemikat hati." Cetus Anin, dan langsung ditatap garang oleh Danis.
"Ini juga gadis mesum, suka sekali menyebut-nyebut tukang bubur pakai bilang pemikat hati segala lagi." Batin Danis dalam hatinya.
"Aku yang akan memikat hatimu nanti." Celetuk Danis tanpa sengaja, membuat semuanya mata tertuju pada dirinya.
"Aduh kenapa mulutku tidak bisa di jaga sekali, keceplosan kan jadinya." Kesal Danis dalam hatinya.
Bukannya Dafa yang kena, ini malah Danis yang keceplosan.
"Apa kamu bilang?" Tanya Anin dengan nada agak terkejut.
Dafa ingin sekali tertawa. Melihat Danis sekarang memasang wajah malu-malu mau.
"Makanya jangan suka jail dan buat jantung orang mau copot, jadi kena sendirikan." Dafa tertawa dalam hatinya.
"Aku....."
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
mdh"n ajj g lma pdkt nya
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
hahahaaaa senjata mkan tuan,,
2021-08-01
0
So Imah
lanjut thooorrrr
2021-04-30
0