"Percayalah anak kita akan baik-baik saja!" Denis terus meyakinkan Risa, sambil berjalan menuju ke mobil sekali-kali Risa menengok rumah susun yang akan ditempati oleh anaknya.
Ntahlah bagaimana cara Danis menjalani hidupnya tanpa fasilitas dari orang tuanya?
.
.
Setelah kedua orang tuanya pergi, Danis melihat sekeliling tempat yang akan ia tinggalin selama masa hukuman dari sang papa.
"Papa, kamu tega sekali membuat anakmu jadi miskin seperti ini." Sungguh Danis tidak percaya dengan hukuman yang diberikan papanya untuk dirinya.
"Aku sudah tidak punya apa-apa, semuanya sudah papa ambil dari ATM, mobil, bahkan sekarang uang cash aku cuma tinggal 2 juta. Sungguh papa benar-benar keterlaluan." Danis membuka dompetnya, kini ia rasanya ingin sekali menangis.
Dalam hati Danis, bagaimana cara aku bertahan hidup? Sekarang aku hanya sendiri, mama aku mau sama mama saja, atau aku akan menelpon kakek dan nenek saja? Tapi aku yakin pasti papa sudah melarang mereka untuk mengangkat telpon dariku. Aish papa kamu sungguh pintar, kamu buat anakmu sengsara seperti ini.
"Sudahlah percuma aku mengeluh, yang harus aku pikirkan saat ini adalah aku harus mencari kerja untuk menyambung hidupku." Kata Danis dengan penuh semangat.
Karena memang sudah tidak ada jalan lain, jadi Danis harus mencari pekerjaan ntah kerjaan apapun itu harus Danis dapatkan.
.
.
.
Satu hari telah berlalu, pagi yang cerah Danis sudah rapi dengan kemeja warna putihnya dan celana panjang warna hitam.
"Siap mencari pekerjaan!" Danis melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya, dalam hatinya ia berharap mudah-mudahan hari ini ia langsung mendapatkan pekerjaan.
Danis terus menelusuri jalan demi jalan, ia berhenti disetiap kantor, cafe dan tempat-tempat yang sekiranya membutuhkan pegawai. Beberapa tempat sudah ia datangi tapi sayangnya disetiap tempat itu tidak membutuhkan tenaga kerja.
Kali ini Danis tidak menggunakan embel-embel nama papanya, jadi mungkin agak sedikit susah dalam mencari pekerjaan.
"Panas sekali, aku harus kemana lagi?" Danis mengelap keringat di dahinya dengan tangannya.
Sungguh rasanya Danis frustasi sekali, karena ini pertama kalinya ia benar-benar merasakan bagaimana susahnya mencari pekerjaan.
"Aku harus semangat!" Danis kembali melanjutkan perjalanannya.
Danis kembali menelusuri setiap tempat yang sekiranya membutuhkan tenaga kerja, tapi lagi-lagi ditempat yang ia datangi tidak membutuhkan tenaga kerja.
.
.
Sampai seharian penuh ia berusaha mencari pekerjaan, tapi ia belum menemukan pekerjaan sama sekali.
Danis kembali melanjutkan perjalanan, dan tidak sengaja melihat tulisan lowongan pekerjaan. Danis yang tadinya sudah merasa putus asa kini ia langsung mengembangkan senyum penuh semangatnya.
"Mudah-mudahan ini yang terakhir, aku sudah sangat lelah mencari pekerjaan seharian penuh, mau berkerja dimana saja aku tidak perduli." Batin Danis dalam hatinya.
Dengan langkah bahagia, ia masuk ke dalam tempat tersebut. Ia bertanya dengan satpam dan benar ditempat itu sedang membutuhkan tenaga kerja.
Disebuah cafe, yang lumayan besar, jika ia diterima maka ia akan berkerja sebagai pelayan cafe.
.
.
Satpam langsung menyuruh Danis masuk keruangan HRD.
.
.
Cukup lama Danis berada di dalam ruangan HRD, dan akhirnya ia diterima kerja.
"Selamat anak muda, kamu diterima bekerja di cafe ini dan besok kamu sudah bisa mulai bekerja." Pak Ari mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Danis, dengan senang hati Danis menerima jabat tangan tersebut.
"Baik pak, terimakasih." Danis tersenyum pada Ari.
Akhirnya setelah seharian mencari pekerjaan, Danis menemukan pekerjaan biarpun hanya sebagai pelayan cafe tapi itu tidak menjadi masalah buat Danis. Yang penting masalah perkejaan ia sudah mendapatkannya.
.
.
Danis kembali menuju pulang ke tempat tinggalnya. Sebelum ia sampai dirumah ia berhenti membeli makanan untuk ia makan nanti.
Kali ini Danis hanya membeli nasi kotak paket, yang ada dipinggiran jalan.
"Demi berhemat, aku juga harus makan seperti ini agar uang 2 juta ini cukup sampai aku gajian nanti." Batin Danis dalam hatinya.
Sungguh nasib Danis sekarang sangat jauh berbeda dengan nasibnya dulu. Dulu ia bisa menghambur-menghaburkan kapan saja ia mau dan sekarang ia harus belajar hemat sampai menunggu waktunya gajian nanti.
"Aku akan buktikan pada papa, kalau aku ini bisa menjalani hukuman dari papa." Kata Danis dengan penuh semangat.
Sesampainya dirumah, Danis langsung mandi, dan berganti pakaian dengan setelan rumahan.
"Saatnya makan....!!" Danis membuka nasi kotak paket yang ia beli tadi, sungguh Danis merasa sangat sedih karena pertama ini pertama kalinya ia memakan makanan sesederhana ini.
"Jika mama melihat ini, pasti mama akan sedih." Tanpa sengaja Danis menitikkan air matanya.
Danis segera menghapus air matanya, dalam hatinya aku tidak boleh sedih aku harus kuat.
Danis menikmati makanannya, mungkin karena belum terbiasa dengan makanan pinggir jalan sesekali ia merasakan enek.
.
.
.
Dirumah Denis dan Risa.
Risa terus bengong, karena memikirkan nasib anaknya bagaimana? Apalagi Danis yang tidak pernah jauh dari orang tua. Bahkan apa saja bisa Danis dapatkan asal ia mau.
Dan sekarang papanya memberikan hukuman diluar dugaan Risa, sekarang anaknya sedang menjalani hidup diluaran sana bahkan tanpa ATM dan fasilitas yang lainnya dari papanya.
Risa terus membayangkan apakah anaknya bisa tidur dengan nyenyak, ditempat yang menurut Risa begitu kecil.
"Anak mama, sungguh papamu itu keterlaluan." Risa berbicara pada dirinya sendiri, saat ini ia benar-benar kesal pada suaminya.
"Aku tidak keterlaluan, sudahlah sayang jangan terus memikirkan Danis, dia itu laki-laki biarkan dia hidup mandiri!" Jawab Danis yang ternyata sudah duduk disebelahnya.
Risa hanya melirik sang suami, lalu meninggalkan suaminya sendirian begitu saja. Denis paham pasti istrinya itu kesal pada dirinya tapi Denis membiarkannya.
.
.
Danis.
Pagi hari yang cerah, Danis bangun begitu pagi karena ia tidak mau sampai terlambat pertama kali masuk kerjanya.
"Semangat, aku yakin pasti pelanggan cafe pasti akan senang jika pelayan cafenya setampan aku." Danis cengar-cengir sambil bercemin.
.
.
Setelah selesai bersiap-siap, Danis langsung berangkat ke cafe.
Sesampainya di cafe, banyak pelayan cafe perempuan yang memuji ketampanannya.
"Laki-laki setampan dia, sungguh dia hanya sebagai pelayan cafe?"
"Lihat saja dia memakai seragam sama dengan kita, jadi ya tentu saja dia hanya seorang pelayan."
"Jadi pingin jadi kekasihnya."
Semua terpesona dengan ketampanan Danis, senyum yang manis, alis yang tebal, wajah yang begitu tampan, membuat setiap wanita yang melihatnya pasti ingin menjadi kekasih hatinya.
"Hay selamat pagi semuanya." Sapa Danis pada rekan-rekan kerja barunya.
"Hay juga..." Jawab semuanya dengan kompak.
Danis berlalu dari hadapan rekan-rekan kerja baru, ia melangkahkan kakinya menuju ke dapur dan tiba-tiba ada seorang gadis yang sedang membawa gelas berisi sisa jus bekas pelanggan, yang tidak sengaja menabrak Danis dan membuat seragam kerja Danis kotor.
"Maaf... maaf..." Kata gadis itu.
"Maaf...maaf, kamu itu sudah membuat kekacauan dihari pertamaku kerja." Danis marah-marah, sambil berusaha membersihkan bajunya menggunakan sapu tangan miliknya.
Gadis itu hanya menatap Danis dengan tatapan agak kesal.
"Dasar laki-laki bodoh, dia mencoba menghilangkan bekas noda dengan sapu tangan? Ya sampai kapanpun tidak akan hilang." Gadis itu ngedumel dalam hatinya.
"Sini biar aku bantu!" Gadis itu menarik Danis masuk ke dalam kamar mandi.
Sungguh pikiran Danis sudah traveling kemana-mana.
"Apa yang akan gadis ini lakukan?" Batin Danis dalam hatinya.
Tiba-tiba gadis itu membuka kancing baju Danis, membuat Danis merasa bingung.
"Kamu mau apa?" Tanya Danis.
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
lnjuuut
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
waahhh calon jdohy danis nih,,
2021-07-31
0
Andika Alvi alvi
haaaaa
2021-05-22
0