"Berhentilah menatap Anin." Cetus seseorang tiba-tiba, membuat Danis langsung menoleh ke sumber suara tersebut.
"Memangnya kenapa?" Jawab Danis tanpa menoleh ke sumber suara.
"Dia itu adalah gadis yang aku sukai." Tegasnya dengan tatapan kesal.
"Berani sekali, anak baru ini bicara tanpa menoleh padaku." Batin Rifki dalam hatinya.
Danis tidak tahu saja, siapa yang sedang ia ajak bicara. Rifki adalah pemilik cafe tempat ia bekerja.
"Kamu hanya menyukainya saja. Lagian dia juga belum menjadi kekasihmu jadi siapapun berhak untuk mendekatinya." Danis menatap Anin dengan tatapan makin dalam.
"Sungguh dia memang cantik, tapi sayangnya mesum." Danis cekikikan dalam hatinya.
Anin yang baru saja selesai mengambil makanan, kini ia sudah duduk dikursi tempat makan para pegawai di cafe itu.
Danis hendak berjalan menuju ke tempat Anin duduk, tapi dengan cepat Rifki menarik tangan Danis dengan kasar.
"Kenapa?" Tanya Danis dengan raut wajah kesal.
"Jangan berani mendekatinya! Aku ini bos kamu turutilah perintahku." Kata Rifki dengan begitu songongnya.
"Kamu memang bos ku, tapi dalam hal wanita mari kita bersaing secara sehat." Jawab Danis dengan gayanya yang tengil.
Dalam hati Danis, dia tidak tahu saja siapa aku ini yang sebenarnya Danis Putra Kusuma, Anak dari Denis Kusuma orang terkaya di kota ini. Dan aku mau menjadi miskin seperti ini karena hukuman dari papaku, makanya jangan sombong atau aku akan menghancurkan usaha cafemu ini seperti debu.
"Mari kita bersaing secara sehat!" Danis menjulurkan jari kelingkingnya, dan dibalas oleh Rifki, kini keduanya sudah mengaitkan jari kelingking mereka pertanda mereka siap untuk bersaingan mendapatkan hati Anin.
Anin gadis cantik yang berambut panjang, wajahnya yang cantik, hidungnya mancung, bentuk tubuhnya yang bagus dan itu membuat para lelaki terpesona dengan kecantikannya.
Tapi ada yang Danis dan Rifki tidak tahu, Anin ini sangat membenci laki-laki kaya, ntah apa yang membuat Anin begitu benci dengan laki-laki kaya? Hanya Anin yang tahu.
Hidupnya yang sebatang kara, membuat Anin menjalani hidupnya dengan begitu mandiri.
Visual Anindiya Zahira.
"Jangan harap kamu akan bisa mendapatkan hati Anin, apalagi kamu hanya seorang pegawai baru dan tentunya kamu itu pasti berasal dari keluarga miskin, tentunya Anin tidak akan cocok denganmu." Rifki terus meremehkan Danis, sungguh Danis ingin sekali menjotosnya tapi ia menahannya apalagi status Rifki adalah bos nya ditempat ia berkerja.
"Semiskin-miskinnya aku, aku tidak sombong seperti anda Tuan Rifki yang terhormat." Danis memasang wajah agak kesal, tapi ia juga tidak boleh egois demi mendapatkan semua fasilitasnya kembali.
"Aku pergi dulu ya Tuan Rifki." Danis berlalu pergi dari hadapan Rifki, Rifki terus melihat Danis dengan tatapan penuh kekesalan.
"Kenapa aku harus saingan dengan laki-laki miskin yang hanya seorang pelayan cafe ditempatkku. Apa aku harus bersaing dengan pegawaiku?"Gumam Rifki.
Rifki menggelengkan kepalanya, ia tidak percaya kalau dirinya harus bersaing dengan pegawai baru demi mendapatkan hati Anin.
Danis mengambil makanan, lalu membawanya ke tempat Anin sedang duduk.
"Gadis mesum, aku ingin makan berdua denganmu." Danis langsung duduk disebelah Anin, membuat Anin agak kesal.
Anin belum memberikan persetujuan, tapi Danis sudah duduk disebelahnya.
Anin menggeser duduknya, agar tidak terlalu dekat dengan Danis atau akan muncul gosip baru lagi.
"Sok akrab banget sih ini laki-laki." Gumam Anin yang ternyata di dengar oleh Danis.
"Oh iya, kita belum kenalan bagaimana kita bisa akrab? Kenalkan aku Danis Putar Kus...." Kata-kata Danis terpotong, membuat Anin menatapnya dengan tatapan bingung.
"Kenapa tidak dilanjutkan?" Tanya Anin sambil menikmati makanannya.
"Tidak apa-apa, oh iya nama kamu siapa?" Elak Danis yang langsung mengalihkan pembicaraannya.
"Untung saja, aku tidak sampai keceplosan dengan identitas aku. Kalau sampai keceplosan pasti akan berantakan semuanya dan aku tidak bisa mendapatkan fasilitas aku kembali." Batin Danis dalam hatinya.
Jika tadi Danis sampai keceplosan berantakan, karena papanya melarang ia untuk mengunakan embel-embel namanya.
"Bukankah kamu dari tadi sudah dengar dari rekan-rekan kerja yang lain, namaku Anindiya." Jawab Anin dengan nada agak jutek.
"Anin sih gadis mesum." Ledek Danis dengan jail.
"Hey sembarangan, aku ini gadis polos yang baik hati." Bantah Anin dengan tatapan jutek.
Danis dan Anin terus berdebat, Rifki terus menatap mereka berdua dengan tatapan penuh cemburu.
"Sial kenapa Anin
Rifki juga tidak mau kalah, langsung ikut duduk bergabung dengan Danis dan Anin.
"Anin..." sapa Rifki dengan nada lembut.
"Tuan Rifki, aduh jadi tidak enak makan bersama bos." Anin memasang wajah malu-malu, membuat Rifki menatapnya dengan tatapan sumpringah.
Danis menatap Anin dengan tatapan agak jutek.
"Dasar sok imut, kalau denganku saja jutek sekali." Batin Danis dalam hatinya.
"Kenapa harus merasa tidak enak, anggap saja aku seperti temanmu." Rifki tersenyum pada Anin.
Rasanya Danis pingin muntah sekali, melihat sikap Rifki yang sok manis itu pada Anin.
"Iya tuan." Jawab Anin singkat.
Rifki berbincang dengan Anin dengan akrab, karena tidak mau melihat saingannya itu sok akrab dengan gadis incarannya, Danis pergi begitu saja dari tempat duduknya.
"Aku duluan ya." Pamit Danis tanpa melihat wajah cantik Anin.
Anin geleng-geleng kepala, dalam hati Anin kenapa itu anak tiba-tiba pergi begitu saja.
"Oh iya, Anin nanti malam ada acara tidak?" Tanya Rifki pada Anin, kali ini tatapan Rifki begitu lembut pada Anin.
"Tidak ada tuan." Jawab Anin dengan singkat.
"Ayo kita pergi makan bersama." Ajak Rifki dengan penuh harapan, Anin melihat kearah Rifki dan memberhentikan makannya.
"Maaf tuan, saya tidak bisa!" Tolak Anin dengan lembut.
"Aku akan ingat terus pesan dari mama, aku tidak boleh dekat-dekat dengan laki-laki kaya. Mending aku pacaran dengan laki-laki dari keluarga biasa yang setara denganku." Batin Anin dalam hatinya.
"Kenapa tidak bisa? Hanya makan malam saja." Rifki memasang wajah memohon.
"Tidak apa-apa tuan, maaf tuan saya permisi dulu mau melanjutkan pekerjaan saya." Anin beranjak dari tempat duduknya, dan pergi dari hadapan Rifki.
Rifki terus melihat Anin hingga tidak terlihat, hari ini perasaannya begitu kecewa karena Anin menolak ajakan makan malam bersama dengannya.
.
.
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Waktunya pulang kerja.
Anin melangkahkan kakinya menuju ke rumah, Danis juga terus mengikuti di belakangnya membuat Anin merasa risih.
"Apa laki-laki mesum itu sengaja mengikutiku? Apa jangan-jangan dia mau berbuat jahat padaku?" Anin terus berbicara sendiri sambil berjalan.
Anin terus melangkahkan kakinya dengan cepat, tapi Danis dengan santai berjalan dibelakang Anin.
Setelah beberapa lama Anin memberhentikan langkah kakinya, karena sudah sampai dirumahnya, Danis juga ikut memberhentikan langkah kakinya membuat Anin bingung.
"Hey kau laki-laki mesum, apa kamu mengikuti dari tadi?" Teriak Anin membuat Danis malah tertawa.
"Buat apa juga aku mengikutimu?" Tanya Danis dengan gaya tengilnya.
"Lalu ini, kamu terus mengikutiku." Anin menatap kesal ke Danis, tapi Danis malah senyam-senyum.
"Dasar kepedean banget sih, aku memang rumahnya disini." Danis menjulurkan lidahnya.
"Apa? Jadi kamu adalah tetanggaku?" Anin memasang wajah tidak percaya, dan Danis menganggukkan kepalanya.
"Ternyata kita tetanggaan." Cetus Anin masih tidak percaya.
Ntah akan seperti apa kehidupan mereka selanjutnya, apalagi mereka ternyata tetanggaan?
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
nyimak
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
waahhhh jgan2 anin anky maya,,
2021-07-31
0
Danyel Andrean Pratama
nex
2021-06-08
0