"Danis, jika gadis itu tahu tentang jati diri kamu yang sebenarnya bagaimana?" Tanya Dafa dengan nada serius.
Danis terdiam, tiba-tiba Anin dan Aqila datang.
"Kalian sedang membicarakan jati diri siapa?" Cetus Anin tiba-tiba.
"Aninnn..." Danis terkejut, dan langsung bangun dari tempat duduknya.
"Emm jati diri....." Kata-kata Danis terpotong.
"Kita sedang membicarakan sebuah flim yang sedang menyembunyikan jati dirinya pada seorang gadis." Sambung Dafa yang diiringi dengan senyum.
Hampir saja jati diri Danis terbongkar, jika Anin sampai tahu semuanya ntah apa yang akan terjadi?
Aqila ternganga tidak percaya.
"Tumben sekali mereka membicarakan tentang flim, biasanya kan kalau nonton saja males." Gumam Aqila dalam hatinya.
Danis manatap kesal Dafa, ia rasanya ingin mejotos pipi mulus Dafa.
"Sial gara-gara kamu hampir saja jati diriku yang sebenarnya hampir saja terbongkar." Gerutu Danis dalam hatinya.
Danis yang awalnya tidak mau menjadi laki-laki miskin, sekarang ia malah tidak ingin jati dirinya yang sebenarnya terbongkar. Karena gadis yang ia taksir tidak tertarik dengan laki-laki kaya, ntah apa alasan gadis itu?
"Sudahlah Anin, kamu makan dulu ya!" Danis beranjak dari tempat duduknya, lalu menarikan kursi untuk Anin duduk, Anin duduk di kursi yang Danis tarik tadi.
Danis membukakan makanan untuk Anin, membuat Anin merasa sangat diistimewakan.
"Apa dia sedang memperhatikanku?" Batin Anin dalam hatinya, tanpa sadar tatapan Anin pada Danis itu penuh dengan arti.
"Makanlah yang banyak, jangan sampai pingsan lagi. Kamu tahu badanmu sangat berat sekali," Danis mengoceh pada Anin, tapi Anin hanya diam saja sambil menikmati makanannya.
"Beratan mana sama cobaan hidup?" Cetus Dafa, yang langsung dilirik tajam oleh Danis.
"Cobaan hidupmu yang berat, cepat kamu habiskan makanmu lalu segera ajak Aqila pulang!" Danis tersenyum malas pada Dafa.
"Aku males menyetir, aku mau menginap saja disini." Jawab Dafa sambil terus menikmati makanannya.
"Lalu aku bagaimana?" Tanya Aqila dengan begitu polosnya.
"Kalau kamu mau, kamu bisa tidur bersamaku di kamarku." Jawab Anin sambil menatap Aqila sambil tersenyum.
"Apakah boleh Kak Danis?" Tanya Aqila.
"Qila, kamu pulang nanti Tante Alya dan Om Panji pasti akan kawatir kalau kamu menginap dirumah Kakak." Danis melihat adiknya dengan tatapan penuh kasih sayang.
"Tunggu, aku mau menelpon mama dulu." Aqila mengeluarkan ponselnya dari tasnya lalu menelpon mamanya.
Aqila menelpon mamanya.
"Mama...." teriak Alya dengan cempreng.
"Aish Aqila, kamu bisa membuat gendang telinga orang lain pecah." Danis menutup telinganya dengan tangannya, iyalah Danis pasti menutup telinganya karena Aqila menelpon mamanya tepat disamping Danis duduk.
"Mama, aku menginap dirumah Kak Danis, ini Kak Danis mau bicara dengan mama." Aqila langsung memberikan ponselnya pada Danis.
Danis menerima ponsel dari tangan Aqila, lalu menaruhnya telat ditelinganya.
"Hallo tante," sapa Danis dengan sopan.
"Danis, apa Aqila sungguh mau menginap dirumahmu? Oh iya kata Kak Risa kamu sedang dihukum, lalu kamu tidur dimana?" Tanya Alya.
"Sebentar ya, aku ke depan dulu." Danis berjalan menuju ke depan rumah.
Danis sudah berdiri di taman depan rumahnya.
"Iya tante, Danis sedang dihukum sama mama dan papa dan ini Danis tinggal dirumah susun, terus Aqila mau menginap dirumahku tan. Apa tante mengizinkannya?" Jawab Danis.
"Boleh nak, kamu jaga adikmu baik-baik! Oh iya kalau kamu butuh uang telpon tante saja, nanti tante suruh Aqila mengantarkannya." Jawab Alya.
"Siap tante."Jawab Danis dengan semangat.
"Tante Alya adalah yang terbaik." Batin Danis dalam hatinya.
Alya sangat menyayangi Danis, waktu mendengar cerita dari Risa kalau Danis sedang dihukum oleh papanya. Alya merasa sedih tapi ya mau bagaimana lagi mungkin Kakaknya melakukan ini untuk anaknya demi kebaikan anaknya.
Alya mematikan saluran teleponnya, tiba-tiba Panji datang dan memeluknya dari belakang.
"Kamu habis telpon siapa?" Tanya Panji disela-sela pelukannya.
"Ini Aqila yang menelpon, katanya mau menginap dirumahnya Danis." Jawab Alya dengan nada lembut.
"Bukankah Danis sedang dihukum oleh Kak Denis?" Tanya Panji.
"Iya, sudahlah biarkan saja. Tahu sendirikan anakmu itu kalau bilang mau menginap di rumah kakaknya ya tidak bisa dilarang." Jawab Alya, yang masih menikmati pelukan dari suaminya.
Aqila dan Danis memang sangat dekat dari kecil, apalagi dua tahun Aqila tinggal diluar negeri jadi waktu pulang ke kota halamannya Aqila langsung ingin bertemu dengan Danis karena sangat merindukan, kakaknya itu.
Panji meniup-niup telinga Alya, sesekali ia menggigitnya membuat Alya merasa geli.
"Kamu mau apa suamiku?" Tanya Alya yang berusaha melepaskan pelukannya dari sang suami, tapi Panji tidak membiarkan istrinya terlepas dari pelukannya.
"Anak kita sedang tidak dirumah, dan kita hanya berdua saja. Apa salahnya jika kita bermesraan istriku?" Bisik Panji, dan langsung mengangkat tubuh Alya membawa ke dalam kamar.
Alya terus meronta-ronta meminta dilepaskan tapi Panji, tidak mau melepaskan istrinya sesampainya dikamar akhirnya mereka masuk ke dalam selimut memadukan cinta mereka di dalam sana.
.
.
Malam semakin larut, setelah selesai makan Anin berpamitan pulang kepada Danis dan ia juga mengajak Aqila untuk tidur dirumahnya.
"Anin, sebentar aku mau bicara dengan Aqila dulu." Danis menarik tangan Aqila, ia membawa Aqila agak jauh dari tempat Anin dan Dafa sedang berdiri.
Aqila menatap sang kakak dengan tatapan bingung, ia hendak bicara sesuatu tapi dengan cepat Danis menutup bibir mungil Aqila dengan jari telunjuknya.
"Hush!!"
"Ada apasih kak?" Tanya Aqila dengan kesal.
"Qila, ingat ya jangan pernah ceritakan tentang siapa kakak yang sebenarnya pada Kak Anin! Kamu harus jaga mulutmu baik-baik ya." Danis menatap Aqila dengan tatapan serius, Aqila tersenyum penuh makna membuat Danis mengerti maksudnya.
"Kamu minta apa katakan?" Tanya Danis dengan sorot mata lembut.
"Tas keluaran terbaru kak." Jawab Aqila.
Danis hanya menganggukkan kepalanya, karena memang ia tidak pernah bisa menolak apa yang adiknya mau.
"Aish, kakaknya lagi susah saja masih matre." Danis geleng-geleng kepala dalam hati.
"Baiklah." Jawab Danis.
"Tenang saja ada Dafa, yang penting rahasiaku aman." Danis tertawa dalam hatinya.
Setelah selesai dengan obrolan mereka, Danis mengajak Aqila kembali pada Anin dan Dafa.
"Anin, aku titip adikku ya. Oh iya dia suaranya cempreng kalau tidur juga suka ngorok." Kata Danis, yang membuat Anin tersenyum manis.
"Aish senyumanmu, bisa membuat hatiku meleleh." Hati Danis meronta-ronta melihat senyum manis Anin.
"Iya tidak apa-apa." Anin tersenyum manis lagi, membuat Danis jadi pingin gigit bibir mungil Anin.
Dafa dari tadi hanya diam saja, karena ia sudah sangat mengantuk.
Anin berjalan keluar dari rumah Danis dan diikuti oleh Aqila dibelakangnya.
"Kenapa kamu tidak mau memberitahukan jati dirimu yang sebenarnya? Bukankah jika gadis itu tahu kamu adalah pewaris kekayaan dari keluarga Kusuma, pasti gadis itu akan senang." Tanya Dafa, yang langsung ditatap garang oleh Danis.
"Anin itu beda dari gadis-gadis lain." Jawab Danis, ia merangkul bahu Dafa dan mengajak Dafa masuk ke dalam kamar.
Sesampainya dikamar, Dafa hanya diam saja.
"Seorang Danis yang hobby menghambur-hamburkan uang dia bisa juga bertahan hidup ditempat seperti ini, apalagi dia juga sekarang kerja sebagai pelayan cafe sungguh sebuah keajaiban." Batin Dafa dalam hatinya.
"Danis, kamu bilang Anin beda dari gadis-gadis yang lain. Memang apa bedanya?" Tanya Dafa ingin tahu.
"Bedanya dia tidak tertarik dengan laki-laki kaya." Jawab Danis.
"Sungguh?"
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Istrinya baekhyun
Anak denis sama risa cuman 1 aja?
2021-08-09
0
Intan Puspasari Sari
semangaaaaaat niiis
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
semkin menarik,,,
2021-07-31
0