Brukkkkk......... Anin terjatuh tepat dipelukan Danis.
"Anin...Anin...." Danis menepuk-nepuk pipi mulus Anin berulang kali.
"Anin kamu kenapa?" Danis terus menepuk-nepuk pipi mulus Anin.
"Anin kamu kenapa?" Gumam Danis.
Danis langsung membopong Anin, dan langsung membawanya pulang kerumahnya. untung saja jarak rumah sudah dekat.
.
.
Sesampainya di depan rumah, Danis mengetuk-ngetuk pintu rumahnya dengan kasar dan Dafa langsung beranjak dari tempat duduknya untuk membukakan pintu rumah Danis.
"Ceklek...." suara gagang pintu.
Dafa terkejut melihat Danis membopong gadis yang pingsan di tangannya.
"Gadis ini kenapa Dan?" Tanya Dafa, tapi Danis tidak memperdulikannya dan langsung membawa Anin masuk ke dalam rumahnya.
"Kenapa dibawa kerumah?" Dafa terus bawel, ia berjalan disamping Danis.
"Dafa, bisakah kamu diam dan sekarang bukakan pintu kamarku!" Kata Danis, dengan perasaan panik.
"Kak Danis, gadis itu kenapa?" Tanya Aqila yang baru keluar dari kamar mandi.
Dafa membukakan pintu kamarnya Danis, dan Danis langsung membawa Anin masuk ke dalam kamarnya. Ia membaringkan Anin Ditempat tidurnya.
"Kak, pakekan minyak angin!" Aqila mengeluarkan minyak angin dari dalam tasnya, yang ia selalu bawa kemana-mana.
"Anin... sadarlah Anin!!!" Danis terus menaruh minyak angin itu tepat di hidung Anin.
Lima menit kemudian, Anin perlahan-lahan membuka matanya. Samar-samar ia melihat banyak orang di sekelilingnya.
"Aku dimana?" Lirih Anin dengan suara lemas.
"Kamu dirumahku Nin, kamu tidak apa-apa?" Danis mengusap-usap pucuk kepala Anin.
"Tubuh aku lemas sekali, kenapa kamu tidak membawaku pulang ke rumahku?" Tanya Anin dengan suara yang masih lemas.
"Maaf Anin, aku tidak panik dan sangat kawatir. Aku juga tidak tahu dimana kamu menaruh kunci rumahmu, jadi aku membawa kamu pulang kerumahku." Jawab Danis, Anin membenarkan posisinya sekarang posisi ia sudah duduk.
Aqila tersenyum, ia merasa bahagia melihat kakaknya itu sungguh memperhatikan gadis yang ada di hadapannya.
"Setelah, Kak Fani meninggalkan Kak Danis ini pertama kalinya aku melihat Kak Danis benar-benar kawatir pada seorang gadis." Aqila tersenyum dalam hatinya, ia merasa bahagia dan berharap kakaknya bisa membuka hatinya kembali.
"Maaf aku jadi merepotkanmu." Anin menundukkan kepalanya, Danis mengusap rambut Anin dengan lembut.
"Kamu sudah makan?" Tanya Danis dengan nada lembut.
"Aku seharian belum makan apa-apa, aku males makan hari ini." Anin masih tetap menundukkan kepalanya, suaranya juga terdengar begitu sedih.
"Bukankah kamu tadi makan siang?" Tanya Danis lagi kali ini dengan raut wajah serius.
"Aku meninggalkan makananku, hari ini aku tidak nafsu makan." Jawab Anin malas.
Tadi waktu jam makan siang, Anin memang mengambil makanan tapi Anin meninggalkan begitu saja, gara-gara perasaan aneh melihat Danis disamperin oleh gadis cantik pagi-pagi.
Aqila duduk disebelah Anin, lalu ia tersenyum pada Anin.
"Kakak cantik, kakak harus makan! Jika kakak tidak makan kakak bisa sakit." Kata Aqila dengan senyum manis dibibir mungilnya.
Aqila gadis cantik dan imut, ia mungkin sangat bawel dan punya suara yang cempreng tapi kalau dalam menasehati Aqila ini bisa bicara selembut mungkin.
"Terimakasih ya, iya nanti aku makan setelah sampai rumah." Jawab Anin yang membalas senyum Aqila.
"Rumah kakak dimana?" Tanya Aqila dengan nada lembut.
"Rumahku disebelah rumah laki-laki mesum itu, ehh maksud aku Danis." Jawab Anin dengan gugup, membuat ia tersipu malu di depan Aqila.
"Kalian bertetangga ternyata, ya sudah kakak makan bersama kita saja ya! Aku akan suruh Kak Danis pesan makanan buat kita." Aqila melirik sang kakak, dan Danis langsung tersenyum manis pada dirinya.
"Aqila, kamu memang pintar. Sekarang aku bisa dekat dengan Anin." Danis tertawa dalam hatinya.
"Baiklah, aku akan pesan makanan dulu! Qila sayang kamu jaga Kak Anin ya." Danis melihat Dafa lalu menarik tangan Dafa untuk keluar dari dalam kamarnya.
Danis dan Dafa, mereka duduk di sofa ruang tengah.
"Dafa, kamu pesan makan melalui aplikasi saja!" Kata Danis, Dafa menatap Danis dengan tatapan kesal tapi ia langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya.
"Katakan Tuan Danis yang terhormat anda mau pesan apa? Sebagai sekretaris anda saya akan melaksanakan perintah anda." Kata Dafa dengan nada tegas, Danis berdecak kesal lalu menutup mulutnya dengan satu jarinya bermaksud memberikan isyarat pada Dafa.
"Dasar Dafa, kalau Anin tahu semuanya bisa berantakan semuanya." Gumam Danis yang ternyata di dengar oleh Dafa.
"Berantakan apanya?" Cetus Dafa dengan sorot mata serius.
Danis langsung mengajak keluar dari rumahnya, ia terus menarik tangan Dafa membuat Dafa bingung.
.
.
Sesampainya diluar rumah, Danis dan Dafa duduk dikursi taman yang ada di halaman.
"Jangan menyebut kalau kamu adalah sekretarisku atau bawahanku, kita disini sebagai sahabat dan ingat Anin gadis itu tidak tertarik dengan laki-laki kaya, jadi kamu jaga perkataanmu." Kata Danis pada Dafa.
"Apa kamu sudah bisa melupakan Fani?" Tanya Dafa dengan sorot mata serius.
"Sudah jangan membahasnya, sekarang kamu pesan makanan atau kedua gadis itu akan kelaparan gara-gara kamu kelamaan." Omel Danis, yang enggan membahas masa lalunya.
Danis paling malas jika Dafa sudah membahas masa lalunya. Karena bagi Danis itu adalah hal yang paling menyakitkan dan Danis tidak mau mengenangnya, biarpun sampai sekarang Danis masih suka kepikiran dengan masa lalunya tapi Danis tetap harus menjalani hidupnya.
Dafa langsung memesan banyak makanan dari aplikasi yang ada di ponselnya.
"Sudah aku pesan." Kata Dafa.
"Kamu bayar sekalian ya! Kamu tahu sendiri kan aku sedang menjalani hukuman dan aku bukan CEO kaya lagi, aku hanya pelayan cafe." Danis memasang wajah sedih, membuat Dafa ingin meninjunya.
"Baiklah, akan aku bayar semuanya. Oh iya kamu mau pegang ATM aku?" Tanya Dafa, ia hendak mengambil dompetnya dari dalam sakunya tapi dengan cepat Danis menahan tangan Dafa.
"Tidak usah, aku ingin menjadi laki-laki miskin yang sederhana aku ingin mendapatkan cinta Anin." Danis terus penuh semangat, sungguh Dafa tidak percaya dengan apa yang ia dengar baru saja.
"Danis? Apa dia sedang kesambet?" Batin Dafa dalam hatinya.
Menurut Danis, Anin adalah gadis yang berbeda dari gadis-gadis yang ia kenal makanya ia ingin berusaha mendapatkan cinta Anin.
.
.
Setelah beberapa lama, akhirnya pesanan makanan Dafa datang. Dafa dan Danis kembali masuk ke dalam rumah mereka membawa banyak tentengan makanan.
Dikamar Anin dan Aqila sedang asik mengobrol, biarpun mereka baru kenal tapi mereka langsung akrab.
"Apa kamu kekasihnya Danis?" Tanya Anin yang sebenarnya merasa ragu, tapi ia juga merasa penasaran.
Aqila mengeluarkan tawanya sejadi-jadinya, menurut ia Anin begitu lucu.
"Kak cantik, banyak yang mengira aku ini kekasihnya Kak Danis. Tapi sayangnya aku bukan kekasihnya Kak Danis, aku adalah adiknya Kak Danis." Jelas Aqila pada Anin.
"Maaf!" Anin tersenyum malu-malu.
"Aish, malu sekali aku ternyata aku salah paham." Batin Anin dalam hatinya.
"Kenalkan kak, aku Aqila." Aqila memperkenalkan dirinya pada Anin.
"Aku Anin." Anin mengulurkan tangannya, lalu mereka saling berjabat tangan.
Sungguh Anin rasanya malu sekali, ia merasa dirinya sudah salah paham mengira Aqila adalah kekasihnya Danis.
"Ternyata dia adalah adiknya." Anin tersenyum dalam hatinya.
Tiba-tiba Danis mengentuk pintu kamarnya.
"Tok...tok, Anin, Qila, keluarlah kalian makan dulu!" Panggil Danis sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Iya sebentar!" Sahut Anin dan Aqila dengan kompak.
Danis dan Dafa, kini mereka sudah duduk di kursi meja makan menunggu dua gadis cantik yang masih di dalam kamar.
"Danis, jika gadis itu tahu tentang jati diri kamu yang sebenarnya bagaimana?" Tanya Dafa dengan nada serius.
Danis terdiam, tiba-tiba Anin dan Aqila datang.
"Kalian sedang membicarakan jati diri siapa?" Cetus Anin tiba-tiba.
"Aninnn..." Danis terkejut, dan langsung bangun dari tempat duduknya.
"Emm jati diri....."
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
no comen ach
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
smoga aja anin ngga mrah,,
2021-07-31
0
Sumarni
hampir ketauan
2021-04-19
0