Dengan langkah males, Danis melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.
"Hukuman apa yang akan papa berikan padaku?" Tanya Danis pada dirinya sendiri.
.
.
Malam ini Danis tidur dengan tidak nyenyak, ia terus membayangkan hukuman apa yang akan diberikan oleh sang papa untuk dirinya nanti.
"Papa, hukuman apa yang akan papa berikan pada Danis?"
"Papa, Danis tahu Danis salah, aku bandel, suka belanjain wanita, aku gunakan uang hanya untuk poya-poya."
"Aku yakin sifatku ini tidak jauh-jauh dari papa, apa nenek dan kakek mereka juga dulu menghukum papa saat papa bandel?"
Danis tidak bisa tidur, ia terus berbicara pada dirinya sendiri. Kali ini sudah tidak ada harapan seperti biasanya papanya akan memaafkannya begitu saja. Dan ia akan kembali mengulangi kesalahan yang sama.
"Papa kamu membuatku sakit kepala." Batin Danis dalam hatinya.
Danis membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, kini ia terus berguling-guling karena matanya tidak mau terpejam.
.
.
Dikamar Risa dan Denis.
Risa masih terjaga, Risa sedang memikirkan apa yang akan dilakukan oleh suaminya pada anaknya nanti.
Denis membuka matanya, melihat istrinya belum tertidur ia merubah posisinya menjadi duduk.
"Kenapa belum tidur? Ini sudah tengah malam." Tanya Denis dengan nada lembut.
"Suamiku, hukuman apa yang akan kamu berikan pada anak kita?" tanya Risa dengan tatapan penuh rasa kawatir.
"Tidurlah! Sekarang sudah malam besok kamu akan tahu istriku." Denis membaringkan tubuhnya kembali, lalu memeluk istrinya.
Denis tahu sebagai seorang Ibu, pasti Risa kawatir akan hukuman yang akan diberikan oleh suaminya pada anaknya. Apalagi Denis tidak memberi tahu hukuman apa yang akan diberikan pada anaknya pada Risa.
Dengan perasaan tidak tenang, akhirnya Risa memejamkan matanya. Risa tidur dipelukan suaminya.
"Clarissa, aku ini adalah seorang papa aku tidak mungkin sampai menyakiti anakku. Apa yang aku lakukan besok itu semua demi kebaikan anak kita." Batin Denis dalam hatinya.
.
.
.
Pagi yang cerah telah datang, Danis yang biasanya bangun terlambat sekarang sudah rapi bahkan Danis juga sudah membuatkan sarapan untuk kedua orang tuanya.
Danis pagi ini membuat nasi goreng, dengan harapan sang papa memaafkannya dan membatalkan hukumannya.
"Akhirnya sudah jadi." Danis langsung menyiapkan nasi goreng yang telah dibuatnya diatas meja makan.
Denis dan Risa yang baru keluar dari kamar, mencium bau aroma masakan membuat mereka merasa lapar.
"Siapa yang memasak pagi-pagi seperti ini?" tanya Risa sambil menatap kearah suaminya.
"Aku juga tidak tahu ma." Denis mengandeng tangan Risa menuju ruang makan.
Betapa terkejutnya mereka, melihat anak bandel mereka sudah duduk dikursi meja makan dan diatas meja makan juga sudah ada nasi goreng.
"Danis, kesambet dedemit mana dia? Ah aku yakin ini cuma akal-akalan dia saja agar aku tidak jadi menghukumnya." Batin Denis dalam hatinya. Denis paham sekali bagaimana sifat anaknya dan Denis yakin ini adalah salah satu akal-akalan anaknya, agar tidak jadi dihukum oleh dirinya.
"Anak mama.." Risa tersenyum pada Danis.
"Mama, duduklah ma! Danis sudah buatkan nasi goreng untuk mama dan papa." Danis menyunggingkan senyum termanisnya.
Risa dan Denis duduk dikursi meja makan, Denis tersenyum melihat anaknya.
"Kamu juga makanlah yang banyak, karena setelah ini papa mau mengajakmu ke suatu tempat." Denis tersenyum pada anaknya.
Danis dengan semangat menikmati makanannya.
"Aku yakin papa bakal mengajakku ke membeli mobil baru dan membatalkan rencana hukumannya." Batin Danis senyam-senyum dalam hatinya.
Di meja makan semuanya menikmati makanannya dengan tenang. Setelah selesai makan seperti apa yang dikatakan Denis. Ia langsung mengajak anak dan istrinya ke suatu tempat. Ntah Denis mengajak anak dan istrinya ini kemana?
Denis melajukan mobilnya menelusuri kota, Dan setelah beberapa lama menempuh perjalanan Denis memberhentikan mobilnya disebuah rumah susun yang sederhana.
Danis dan Risa saling menatap dengan tatapan penuh tanda tanya?
"Mau apa suamiku membawaku kesini?" Batin Risa dalam hatinya.
"Papa..." kata-kata Danis terpotong.
"Ini hukuman untuk kamu anakku yang bandel, mulai sekarang kamu belajarlah hidup mandiri tanpa embel-embel nama papa." Denis memotong perkataan anaknya, sungguh Danis tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh papanya.
"Tapi pa?" Belum sempat melakukan protesnya, tiba-tiba ada laki-laki yang berumur sekitar 50 tahunan menghampiri mereka.
"Mari silahkan tuan masuk!" Orang itu mempersilahkan Denis dan yang lainnya masuk.
Orang itu bernama Pak Arif, ia adalah pemilik rumah susun yang sudah Denis sewa untuk tempat tinggal anaknya.
.
.
Sesampainya di dalam, Pak Arif membawa Denis, anak dan istrinya kesebuah ruangan dan diruangan itu hanya ada satu kamar yang berukuran tidak terlalu besar, satu kamar mandi, dapur, ruang makan dan ruang tamu, ya biarpun tidak sebesar rumah Danis tapi kalau untuk tinggal satu orang nyamanlah, tempatnya juga bersih.
Danis melihat sekeliling rumah tersebut, ia berpikir papanya sangat tega pada dirinya.
"Papa..." kata-kata Danis terpotong lagi.
"Tinggallah disini, hiduplah dengan mandiri papa sudah mencabut semua fasilitas yang papa kasih buat kamu. Percayalah nak papa hanya ingin kamu menjadi laki-laki baik dan bisa menghargai hidup kamu, karena tugas laki-laki itu sangat banyak, bukan hanya bersenang-senang. Tapi kelak dia juga akan bertanggungjawab atas anak dan istrinya." Lagi-lagi Denis memotong perkataan Danis.
Denis melakukannya agar anaknya tidak sampai melakukan protes pada dirinya.
"Papa, apa ini tidak keterlaluan untuk anak kita?" Risa mencoba mewakili protesan sang anak.
"Mama, untuk memberikan anak pelajaran itu tidak ada yang keterlaluan. Papa yakin dengan cara ini Danis pasti lebih bisa menghargai hidupnya." Denis menatap mata Risa dengan sorot mata penuh keyakinan.
Sebagai orang tua Denis ingin anaknya menjalani bagaimana rasanya menjadi orang susah, agar anaknya bisa lebih menghargai apa yang dirinya punya selama ini.
Risa menganggukkan kepalanya pertanda mengerti. Biarpun ini berat bagi Risa tapi Risa juga yakin keputusan suaminya adalah keputusan yang terbaik dalam mendidik anaknya yang bandel.
"Danis maafkan papa, papa memberikan hukuman ini, karena papa ingin kamu tahu bagaimana susahnya mencari uang, papa juga tidak mau kamu terus-terusan mabuk-mabukan tidak jelas." Batin Denis dalam hatinya.
"Papa..." Danis menatap papanya dengan tatapan mata berkaca-kaca, tapi dalam hati Denis. Ia harus tega pada anaknya agar anaknya menjadi anak yang lebih baik dan bisa menghargai apa ia punya.
"Nak, kalau kamu berhasil menjalani hukuman dari papa. Papa janji semua fasilitas kamu papa akan kembalikan padamu." Denis memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.
Setelah Denis melepaskan anaknya dari pelukannya, Risa meneteskan air matanya dan langsung memeluk anaknya dengan erat.
"Anak mama, jaga kesehatan baik-baik! Telpon mama jika ada apa-apa." Kata Risa disela-sela pelukannya.
"Mama, aku pasti akan merindukan mama." Danis terus memeluknya mama, rasanya tidak ingin melepaskannya.
Dengan berat hati, Denis menarik Risa dari pelukan anaknya. Risa terus menangis ia tidak bisa membayangkan bagaimana cara anaknya menjalani hidup tanpa dirinya dan tanpa fasilitas dari papanya.
"Percayalah anak kita akan baik-baik saja!" Denis terus meyakinkan Risa, sambil berjalan menuju ke mobil sekali-kali Risa menengok rumah susun yang akan ditempati oleh anaknya.
Ntahlah bagaimana cara Danis menjalani hidupnya tanpa fasilitas dari orang tuanya?
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
semngat 17agustus danissss kmu psti bsa
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
smoga danis bsa brubh,,,
2021-07-31
0
Andika Alvi alvi
jempok
2021-05-16
0