Keesokan harinya, seperti pagi biasanya lagi-lagi Danis terlambat bangun.
"Danisss.....!!" Teriak Denis dari luar pintu kamar Danis.
Ntah apa yang akan terjadi?
Danis yang masih tidur nyenyak di dalam selimut tebal, langsung bangun dengan cepat mendengar suara khas papanya.
"Aish papa." Gumam Danis.
"Iya pa, Danis sudah bangun!" Danis mengubah posisinya menjadi duduk.
"Ceklek." Denis membuka pintu kamar anaknya.
"Papa..?" Danis tersenyum, tapi sang papa menatapnya dengan tatapan garang seperti singa yang akan menerkam mangsanya.
"Jam berapa sekarang?" sentak Denis dengan raut wajah penuh amarah.
"Jam 7 lewat, maaf pa Danis terlambat lagi bangunnya." Danis sudah berdiri dan tidak berani menatap wajah garang papanya.
"Bagaimana tidak terlambat, setiap malam kamu keluyuran, kamu mabuk-mabukan dan kamu selalu pulang malam. Kamu mau jadi apa papa tanya!!" Denis mengatakan semuanya dengan begitu lantang.
Risa yang tidak sengaja ingin ke kamar anaknya, karena mau membangunkan anaknya ternyata sudah keduluan dengan suaminya.
"Denis pasti sedang marah-marah, Danis juga kenapa sih nak kamu susah sekali diatur." Batin Risa dalam hatinya.
Danis terus menundukkan kepalanya, karena takut melihat wajah garang papanya.
"Danis mau jadi anak papa." Jawab Danis dengan suara lirih.
"Anak papa, papa tidak mau punya anak bandel seperti kamu." Jawab Denis geleng-geleng kepala.
"Papa maafkan Danis, Danis tahu Danis salah pa." Danis memasang wajah memelas di hadapan sang papa.
"Anak mama." Risa hendak berjalan menuju ke tempat anaknya berdiri, tapi dengan cepat Denis menarik tangan Risa.
"Tetaplah diam! Jangan membela anak bandel ini!" kata Denis dengan begitu tegas.
Risa diam saja dan kali ini Risa berada dibelakang Denis.
"Mama." Panggil Danis dengan manja.
Risa ingin sekali berjalan menuju ke tempat anaknya berdiri, tapi suaminya menahan tangannya dengan kuat.
"Apa? kamu itu harus papa kasih pelajaran biar kamu itu sadar," sentak Denis dengan nada lantang.
Denis terus marah-marah pada sang anak, tapi Risa terus berusaha menenangkan suaminya agar amarahnya redah.
"Suamiku, biarkan anak kita mandi dulu nanti baru dibicarakan baik-baik ya!" Risa memegang tangan sang suami.
"Danis, kamu mandilah terus temui papa diruang keluarga!" pinta Risa dan langsung mengajak suaminya keluar dari kamar anaknya.
Dalam hal ini Risa kudu benar-benar sabar, anaknya yang begitu manja suaminya yang begitu gampang marah gara-gara ulah sang anak.
"Dasar tidak bisa diatur, kita nikahan saja dia ma biarkan istrinya yang mengurusnya papa capek tiap hari harus marah-marah pada itu anak." Denis terus mengebu-gebu.
"Suamiku, sudahlah nanti kita bicarakan ini semua pada anak kita baik-baik! Kamu juga jangan marah-marah terus, anak juga perlu kamu lembutin biar dia itu nurut." Risa berusaha menenangkan suaminya.
.
.
Setelah beberapa lama akhirnya Danis keluar dari kamarnya, dengan setelan jas rapi tapi papanya melihat Danis masih dengan tatapan penuh amarah.
Danis duduk dihadapan kedua orang tuanya, ia sadar kalau pagi ini papanya pasti akan menyidangkannya seperti pagi-pagi biasanya.
"Marahnya papa sebentar, aku iyain, aku minta maaf tapi nanti aku ulangin lagi." Danis senyum-senyum dalam hatinya.
Danis menjadi bandel seperti ini, itu karena dulu dia pernah dikuliahkan diluar negeri oleh Denis. Tapi disana dia malah mengikuti teman-temannya yang bandel suka mabuk-mabukan.
Akhirnya Denis memindahkan kuliah Danis ke kota kelahirannya, tapi mungkin karena rasa kecanduan itu Danis hampir tiap malam minum dan suka sekali pergi ke club malam.
"Papa, Danis minta maaf." Danis memasang wajah memelasnya.
"Papa maafkan." Jawab Denis dengan cuek.
"Lihat saja nanti, papa tidak akan tinggal diam saja. Maafnya kamu itu cuma dihadapan papa dan pasti kamu akan mengulangi kebandelanmu itu lagi." Batin Denis dalam hatinya.
Tentu saja sebagai orang tua, Denis juga memikirkan cara untuk menyadarkan anaknya yang bandel dan suka menghambur-hamburkan uang tidak jelas.
"Papa paling baik deh." Danis berjalan menuju papanya lalu memeluknya.
Risa menatap mata Denis, Risa tahu dibalikin sikap manis suaminya pagi ini pasti ada niat terselubung yang Risa tidak tahu.
"Apa kamu suka mabuk-mabukan?" tanya Denis disela-sela pelukannya.
"Hanya sedikit pa," jawab Danis dengan manja.
"Baiklah, nanti malam kamu mabuk-mabukan lagi! Kalau perlu semua teman-temanmu kamu bayarin." Kata Denis disela-sela pelukannya.
Ntah mimpi apa Danis semalam, sang papa pagi ini sungguh begitu baik pada dirinya.
"Sungguh pa?" Danis memastikan.
"Sungguh anak papa, kan katanya Danis mau jadi anak papa jadi kamu harus nurut ya nak." Jawab Denis sambil tertawa dalam hatinya.
Danis melepaskan pelukannya dari papanya, lalu duduk disamping mamanya.
"Mama lihat! Papa baik sekali padaku pagi ini." Danis memeluk mama kesayangannya.
Dibelakang Danis, Denis terus senyam-senyum.
"Aku yakin pasti suamiku sedang mengatur suatu rencana." Batin Risa dalam hatinya.
"Iya nak, mungkin papa lagi kesambet kali nak. Ya sudah Danis mau sarapan dulu atau tidak?" tanya Risa dengan penuh kasih sayang.
"Tidak ma, Danis mau langsung berangkat ke kantor, oh iya ma nanti Danis pulang malam ya." Danis tersenyum pada Risa, lalu mencium tangan mamanya.
Dengan perasaan senang dan bahagia Danis langsung berangkat menuju ke kantornya.
Setelah anaknya pergi ke kantor, Denis akhirnya mengeluarkan tawanya membuat Risa menatapnya dengan tatapan agak kesal.
"Apa yang sedang kamu rencanakan?" tanya Risa dengan tatapan garang, Denis tahu pasti istrinya tahu kalau dirinya sedang merencanakan sesuatu.
"Tentu saja memberikan anakmu itu pelajaran istriku." Jawab Denis penuh kemenangan.
"Pelajaran apa? Awas saja kalau kamu sampai membuat anakku terluka." Risa menatap Denis dengan tatapan tajam.
"Aku tidak akan menyakitinya, aku juga tidak akan memukulnya. Kamu tenang saja istriku!" Denis menjulurkan lidahnya pada Risa.
"Aku hanya ingin dia merasakan kehidupan yang sesungguhnya saja sayangku." Batin Denis dalam hatinya.
Sungguh biarpun mereka sudah tua, tapi hubungan mereka masih sangat mesra.
Risa terus ngedumel tidak jelas, tapi Denis langsung menarik Risa masuk ke dalam pelukannya.
"Kamu tidak usah kawatir, aku akan melakukan yang terbaik untuk anak kita." Denis berusaha meyakinkan istrinya, disela-sela pelukannya Denis mencium kening sang istri dengan lembut.
"Aku percaya padamu suamiku, tapi jangan sampai menyakiti anak kita ya!" Lirih Risa disela-sela pelukan sang suami.
"Iya sayang aku janji." Jawab Denis yang tidak mau membuat istrinya terlalu kawatir pada anak kesayangannya.
.
.
Malam menujukan pukul 9 malam, seperti perintah sang papa malam ini Danis sedang bersenang-senang disebuah club malam yang biasa dirinya datangin.
"Kalian semua pesanlah apapun yang kalian mau, malam ini aku yang akan membayar semua pesanan kalian!!" Teriak Danis dengan lantang.
Dafa ternganga mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.
"Apa dia akan membuat masalah lagi," Batin Dafa dalam hatinya.
"Danis, apa kamu mau membuat Om Denis marah lagi?" tanya Dafa dengan nada agak kencang.
"Papa tidak akan marah, karena ini papa yang menyuruhnya." Jawab Danis sambil menikmati minuman yang mengandung alkohol itu.
"Ini semua Om Denis yang menyuruh?" tanya Dafa dengan nada kaget.
"Iya ini papa yang menyuruh!" Jawab Dani.
Ntah apa yang akan terjadi malam ini?
BERSAMBUNG 🙏
Terimakasih para pembaca setia 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Intan Puspasari Sari
byrnya pke daun jambu ajj nanti
2021-08-01
0
Qiza Khumaeroh
hahhaha papa denis sllu pya cra buat org jera,,
2021-07-31
0
Nenk Khanaya
hadeuuh ci danis
2021-05-23
0