" Cihhh... apa aku sudah gila!!!... " Dokter Romi bergumam sendiri didalam ruangan pribadi nya. Bayangan gadis itu selalu hadir disetiap mimpinya, bahkan tak terlewatkan satu malam pun. Ia ingin bertemu gadis itu, apapun alasannya. Ia mengambil ponsel nya dan menelpon seseorang, ia menanyakan apakah orang itu sedang ada dirumah atau masih berkutat dengan pekerjaannya di akhir pekan. Akhirnya setelah mendapatkan jawaban dari orang itu, senyumnya merekah bagai bunga dipagi hari.
Dokter Romi, seorang dokter muda yang tampan. Ia punya segudang prestasi, kecerdasannya membuat ia mendapatkan gelar tertinggi diusianya yang terbilang sangat muda. Banyak wanita yang tergila gila, tapi ia tak terlalu memikirkan tentang masalah percintaan. Yang ia pikirkan hanya belajar dan bekerja keras untuk meraih gelarnya.
Sekarang semua itu sudah ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya sendiri dan ia sangat bangga.
Ayahnya seorang pengusaha sukses walaupun perusahaannya tidak sebesar milik Arjuna. Ibunya seorang desainer ternama, beliau memiliki brand sendiri yang sering dipakai oleh artis papan atas dan bahkan sampai ke mancanegara. Namun hal itu tidak membuat Romi berpangku tangan pada orang tuanya. Ia lebih memilih untuk berjuang sendiri.
Entah mengapa hari ini hatinya terasa berbunga bunga karena ia tak sabar ingin bertemu dengan gadis yang selalu menghantui pikirannya. Ia bergegas menuju mobilnya dan melaju memecah keramaian kota.
Sesampainya ditempat yang dituju, ia sudah disambut oleh beberapa orang penjaga. Mereka mengangguk ramah, karena mereka sudah sangat mengenalnya. Ia sering berkunjung ketempat ini bahkan saat ia masih kanak kanak.
Ia memarkirkan mobilnya dan langsung melangkahkan kakinya memasuki ruangan yang sangat megah itu, bahkan rumah orang tuanya saja masih kalah megah dibandingkan tempat ini. Tiba tiba saja kakinya terhenti, matanya tertuju pada sebuah sudut diruangan itu. Terlihat seorang gadis mengenakan daster yang sudah lusuh, rambutnya yang indah panjang diikat kebelakang. Ia sedang memegang sebuah alat penyedot debu. Sesekali ia menyeka keringatnya, terlihat jelas diwajahnya kalau ia kelelahan.
" Ada apa kau kemari?... "
Terdengar suara seorang lelaki dari arah belakang membuatnya terkejut dan membuyarkan lamunannya.
Ia berbalik dan menoleh kearah orang itu sambil tersenyum.
" Kenapa?... apa kah aku tak boleh berkunjung kerumah sahabatku sendiri? " duduk dengan gaya santainya di sebuah sofa yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri, tanpa dipersilahkan oleh sang pemilik rumah.
Sang pemilik rumah hanya diam melihat perilakunya yang memang kurang sopan itu. Ia pun ikut duduk berseberangan dengan lelaki itu.
" Sudahlah jangan berbasa basi ROM... katakan saja apa alasanmu kemari? Aku sangat mengenal mu kau tak akan kemari kalau tanpa alasan, bukan? " kata lelaki itu sambil terus mengamati gerak gerik Romi.
Romi hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan dari sahabat masa kecilnya itu.
" Ya... aku kemari memang ada alasannya dan tak mungkin aku katakan padamu kalau aku hanya ingin melihat wajah gadis itu..."
" Tak ada alasan apapun, aku hanya ingin jalan jalan kesini. Sulit untuk bisa berjumpa denganmu, orang yang mempunyai sejuta kesibukan. Ini kesempatan langka bukan. kita bisa bertemu pada saat kita sama sama sedang tidak bekerja. " katanya sambil sesekali ia mencuri pandang melihat gadis itu sedang bekerja.
" Enyahlah...! " sahabatnya itu menjawab dengan wajah datarnya.
Dibalas senyuman oleh Romi,
" Ternyata kau tidak berubah, kau tetap seorang Tuan Muda yang angkuh dan sombong. " tertawa lepas.
Mengingat sahabat nya itu memang seorang yang angkuh dan sangat sombong, bahkan kata katanya sering membikin sakit telinga lawan bicara. Tapi tidak bagi Romi, dia sudah terbiasa dengan sikap sahabatnya itu.
" Sudah berhenti menertawakanku... seakan kau sempurna saja!!! " mendengus kesal.
Walau Romi orang nya sedikit menyebalkan tapi dia sahabat yang baik. Saat masa masa sekolah Romi lah yang sering membantunya mengerjakan tugas tugas sekolahnya. karena Romi, anak yang sangat cerdas.
" Ayolahh Tuan muda... Tamu adalah raja, ya kan... " masih dengan wajah mengejek.
Seorang pelayan datang membawakan minuman untuk mereka. Romi yang sudah merasa haus langsung mengambil minuman itu dan meminumnya.
"Juna.... Sekarang, Bagaimana perasaan mu kepada wanita itu? Celline??? Apa kau masih mencintai nya..." bertanya dengan sangat hati hati takut sahabatnya itu tersinggung dan marah.
Hanya helaan nafas yang sangat panjang didengarnya, tak ada ekspresi marah ataupun tersinggung diwajahnya. Lelaki itu mengambil minumannya dan meminumnya. kemudian meletakkannya kembali.
" Entahlah... Aku tak tau bagaimana
perasaanku sekarang. Aku tak tau apakah aku masih mencintainya atau tidak, lagi pula aku tak pernah tau bagaimana kabarnya sekarang dan akupun tak ingin mencari tahu, aku tak ingin merasakan sakit seperti dulu. " wajahnya terlihat sedih.
" Kemarin aku tak sengaja bertemu dia disebuah cafe dan kami sempat berbincang bincang, dan ia bercerita banyak tentang kehidupannya setelah meninggalkan mu. "
" Benarkah? Apa yang ia ceritakan padamu? Juna terlihat penasaran.
" Celline bilang, setelah ia meninggalkan mu. Ia menikah dengan lelaki itu tapi rumah tangga meraka hanya seumur jagung. Suaminya kedapatan berselingkuh dan meninggalkan tanpa uang sepeser pun. Mungkin kurasa itu karma karena dulu ia juga berlaku seperti itu padamu." Romi
Juna terlihat menyunggingkan sudut bibirnya.
" Jun... Maafkan aku, kemarin ia meminta nomor mu. Sebenarnya aku tak ingin memberinya tapi dia memohon mohon padaku sambil menangis. Aku terpaksa memberikannya. " Romi terlihat menyesal.
" Tak apa, biarkan dia. " kembali mengambil gelasnya dan meminumnya.
Terlihat jelas aura wajah Juna berubah. Ia terlihat lebih hangat.
" Juna kau masih mencintainya namun kau berusaha menutupinya. " Romi
" Oh ya Rom... Ada yang harus aku kerjakan, apa kau mau ikut aku ke atas? " Juna
" Tidak... tidak aku ingin disini saja " Romi menolak
" Ok kalau begitu, Jika kau ingin menemuiku, aku ada di atas diruang kerjaku." Juna
" Ok!!! " Romi
Ia beranjak pergi menaiki tangga dan memasuki ruang kerjanya. Tinggal Romi sendiri dengan senyuman sejuta makna...
" Akhirnya...." begitulah pikirnya.
Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan ternyata gadis itu sudah pergi. Ia berjalan menyusuri setiap tempat dirumah besar itu namun tak menemukannya. Ia ingat kamar wanita itu ada di ujung rumah belakang, ia bergegas menuju kesana. Setiap kamar yang berjejer tak luput dari pandangannya.
Semua pelayan wanita terpesona dengan kehadiran sosok dokter tampan itu. Apalagi lelaki itu orangnya murah senyum, ia selalu tersenyum pada setiap orang yang ditemuinya.
Jauh di ujung sana ia melihat seorang gadis sedang duduk sendiri,
" Aaaaaa.... itu dia.... Akhirnya....!!! "
Dengan cepat ia berjalan menuju gadis itu. Sekarang dokter itu sudah berada dibelakang gadis itu. Kemudian dokter itu berdehem pelan
" Ehemmm... "
Naina terkejut bukan main, ia terperanjat dan langsung menjauhi lelaki yang tak dikenalinya itu.
" Siapa anda... dan mau apa? " tanyanya gugup dan ketakutan
" Owh iyaaa aku lupa! " menggaruk lehernya
" Aduh bodohnya aku... ia bahkan tak sadar saat aku periksa! Mana mungkin dia mengenali ku... bodoh bodoh bodoh!!! "
" Kenalkan... Nama ku Romi, Aku adalah Dokter pribadi Tuan Muda. " mengulurkan tangannya ingin bersalaman sama gadis itu.
Naina masih nampak keheranan bahkan tangan itu hanya dilihatnya saja. Ia tak berani menyambutnya.
" Hmmm.... kamu pasti tak mengenali aku, dulu waktu kamu sakit dan tak sadarkan diri, Tuan muda mengirim ku kemari buat mengobatimu. " seraya menarik tangan nya kembali dan memberikan senyuman sejuta makna nya.
" Tak sadarkan diri? owh... pasti saat aku pingsan dihari ibu ku meninggal " Naina
Naina nampak mengingat ingat dan kemudian wajahnya berubah menjadi sendu, wajahnya menunduk.
" Terimakasih Tuan dokter atas bantuannya... apakah tuan ingin meminta bayaran padaku? Maafkan aku... aku bahkan tak punya uang sedikitpun.... tapi aku berjanji jika aku punya uang aku akan mencicilnya Tuan... " katanya polos dengan tatapan yang begitu menyayat hati.
Romi bingung harus tertawa karena kepolosannya atau bersedih ketika melihat wajahnya yang terlihat begitu menyedihkan.
" Tidak... kau salah paham, Aku tidak meminta bayaran kepadamu karena gaji ku sudah dibayarkan oleh Tuan Muda. hehee... " menggaruk leher lagi
Naina makin terdiam, entah apa yang sedang ada dibenaknya.
" Owh ya... Jangan panggil aku TUAN DOKTER hehe... cukup Romi saja biar kita bisa ngobrol enak. Siapa namamu? "
" Naina... "
" Naina...? wah Namamu bagus dan mudah diingat " Masih dengan senyuman khasnya.
" Tak ada senyuman sedikitpun dibibirnya, walaupun begitu ia tetap terlihat manis. Oh Tuhan... mengapa aku jadi begini??? " Batin Romi
Romi masih menatap lekat wajah Naina, membuat ia merasa tidak nyaman. Naina membalikkan badan dan kembali duduk ditempat semula. Ia kembali menyantap makan siangnya tanpa mempedulikan lelaki dibelakangnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
smg ada ke ajaibn buat naina.mintany juna di hantui sm ortuny dia sn ortuny naina.br dia sdar
2023-07-02
0
Sidieq Kamarga
Waaaah cilaka atuh, dr. Romi kamu akanmembuat marah raja setan Arjuna.kalau dia tahu kamu menemui Naina !!!
2022-06-01
0
Lhya Dian
😭😭😭😭😭aq pengen juna yg ngidam biar merasakan sakit
2022-02-23
0