Hari ini Naina benar benar tidak ingin kembali ke Rumah besar itu lagi. Ia mencoba menyampaikan hal itu kepada Bu Lastri.
"Bu, hari ini Naina tidak masuk kerja." ucap Naina seraya menundukkan kepalanya
"Kenapa, Nak? Apa kamu sakit?" Bu Lastri terkejut mendengarnya. Ia begitu khawatir lalu meraba kening Naina.
"Enggak, Bu. Sebenarnya... aku ingin mencari pekerjaan lain." ucap Naina dengan wajah sedih.
Bu Lastri nampak berpikir mendengar penuturan gadis itu. Ia curiga pasti terjadi apa-apa pada gadis itu.
"Sebenarnya ada apa Naina, bicaralah pada Ibu! Apa yang sebenarnya terjadi malam itu? Apa Tuan Muda melakukan sesuatu padamu? Jangan simpan masalah mu sendirian, Nak. Mungkin saja Ibu bisa membantumu." ucap Bu Lastri.
Naina terdiam, airmata nya kembali berlinang.
"Tida, Bu Lastri. Naina rasa tak akan ada yang mampu menolong Naina saat ini. Bu, aku mohon padamu, jangan pernah ceritakan apapun kepada Ibuku. Aku tak mau Ibuku khawatir, aku takut Ibu nanti jatuh sakit." sahut Naina sambil menangis sejadi-jadinya.
Bu Sumi sering sakit-sakitan, terlebih jika dia terlalu banyak pikiran. Maka tubuh tua nya akan mudah jatuh sakit. Naina tak ingin terjadi apa-apa sama Ibunya karena didunia ini ia hanya memiliki ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki.
Bu Lastri terdiam. Ia merasa sangat bersalah karena dialah Naina bekerja di rumah besar. Seandainya ia tidak mengajak Naina mungkin sampai saat ini Naina masih bisa hidup tenang dan tersenyum riang seperti dahulu.
"Maaf kan Ibu, Naina... " ucap Bu Lastri sambil tertunduk lesu.
"Bu, Bu Lastri kenapa sih? Ini semua tak ada hubungannya dengan Ibu. Kenapa ibu mesti meminta maaf? Sudahlah, Bu. Semua sudah terjadi dan aku tak pernah menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi padaku. Oh ya, Bu. Bukannya Ibu ingin berangkat kerja? Nanti terlambat loh!" ucap Naina sambil menyeka air matanya dan mencoba tersenyum kepada Bu Lastri.
Mendengar perkataan Naina, Bu Lastri yakin sekali ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh gadis itu.
"Maafkan Ibu, Nak. Ibu harus berangkat kerja. Kamu taukan bagaimana Bu Juli, jika ia tau ada salah satu anak buahnya datang terlambat." ucap Bu Lastri mencoba memberikan senyum terbaiknya kepada gadis itu.
"Ya, sudah jaga diri baik-baik ya. Ibu berangkat dulu!" ucap Bu Lastri seraya menjauh kemudian melambaikan tangan kepada Naina
Naina berbalik dan berjalan pulang menuju rumahnya. Di sepanjang jalan Naina terus berpikir, memikirkan bagaimana nasibnya nanti.
"Apa yang akan aku lakukan selanjutnya? aku tidak mungkin kembali ketempat itu. Tempat itu benar-benar menakutkan seperti di neraka!" batin Naina sambil terus melangkahkan kakinya.
Angin pagi itu begitu menyejukkan hati. Dedaunan di pohon-pohon yang berjejer disepanjang jalan seakan menyapanya. Dengan tatapan dan pikiran kosong, kakinya terus melangkah.
Sementara itu di Kantor Tuan Muda.
"Kemana gadis itu? Apa dia tidak masuk bekerja hari ini?" tanya Tuan Muda pada sekretaris nya sambil terus memeriksa berkas-berkas yang diserahkan oleh sekretaris nya itu.
Ternyata Tuan Muda itu tahu kalau Naina tak masuk kerja hari ini.
"Saya rasa dia tidak masuk kerja hari ini, Tuan Muda!" sahut Gabriel.
"Besok, jika gadis itu masih tidak masuk kerja, cari dia sampai dapat dan bawa dia kepadaku. Kalau dia masih menolak, seret dia kalau perlu!" ucap Tuan Muda dengan wajah datarnya.
"Baik Tuan, Muda!" Sekretaris itu mengangguk perlahan.
Keesokan harinya di rumah Naina
"Naina sayang, kamu gak masuk kerja lagi hari ini?" tanya Ibunya sambil meletakan teh didekat Naina yang termenung sedari tadi.
Bu Sumi menghampiri Naina kemudian ia ikut duduk disamping anaknya.
"Tak baik pagi-pagi begini sudah melamun!" ucap Bu Sumi sambil memasang senyuman kepada anaknya itu.
Naina menoleh kearah Ibunya dan membalas senyuman Bu Sumi kemudian kembali menatap kearah lain dengan tatapan kosong.
"Memang ada masalah apa, Nak? Hingga kamu terlihat lebih banyak melamun dan mengurung diri selama beberapa hari ini?" tanya Bu Sumi seraya mengelus rambut anak gadisnya.
"Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya bingung, aku harus mencari pekerjaan kemana lagi. Sebenarnya... aku dipecat dari rumah besar, Bu." ucap Naina seraya menundukan kepalanya. Naina tak ingin Ibunya melihat kearah matanya, nanti dia ketahuan kalau dia sedang berbohong.
"Loh... jadi kamu di pecat?" Bu Sumi kaget mendengar penuturan anak gadisnya itu. Naina mengangguk sambil terus menundukkan kepalanya.
"Memang kamu melakukan kesalahan apa sampai dipecat oleh Tuan Muda?" tanya Bu Sumi yang penasaran
"Aku tidak sengaja menyenggol vas bunga yang harganya sangat mahal, Bu. Karena aku tidak bisa mengganti vas yang sangat mahal itu akhirnya aku di pecat, Bu." ucapnya.
"Maafkan aku berbohong padamu Ibu." batin Naina
"Astaga anakku, kenapa bisa seperti itu? Apakah luka dibibir mu itu karena hukuman dari Tuan Muda?" tanya Bu Sumi penuh selidik
"Bukan, Bu! Ini murni karena Naina terjatuh dari tangga kamar utama." Naina berbohong lagi.
"Ya sudahlah... Kamu tidak usah bekerja, lebih baik kita jalani hidup kita sama seperti sebelumnya. Toh, kita masih bisa makan walaupun seadanya. Kita berkebun lagi dan hasilnya kita jual ke pasar." ucap Bu Sumi, mencoba menghibur anaknya yang sedang bersedih. Dan sekarang terlihat senyuman diwajah manisnya kemudian Naina pun mengangguk pelan.
"Ayooo, bantu Ibu memetik sayur di kebun, biar esok bisa kita jual kepasar!" ajak ibunya kepada Naina.
Naina berjalan mengikuti langkah kaki Ibunya menuju kebun mereka di samping rumah. Bu Sumi memetik beberapa macam sayuran yang sudah siap panen. Naina mengumpulkannya dan memasukkan kedalam keranjang.
Bu Sumi terus memberikan senyuman terbaiknya kepada anaknya itu sambil mencoba menghibur Naina dengan berbagai macam guyonan. Naina pun mulai menampakkan tawanya yang sempat hilang di wajah cantiknya.
Kedua Ibu dan Anak itu terlihat menikmati pekerjaan mereka di kebun. Terdengar suara Bu Sumi yang berbincang-bincang dengan Naina dari kejauhan dan terkadang suara gelak tawa pun terdengar.
Mereka tidak menyadari ada seseorang yang sedang mengawasi setiap gerak-gerik mereka dari kejauhan. Seorang lelaki dengan menggunakan Jaket berwarna hitam dengan Tubuh besar dan wajah yang sangat sangar.
"Tuan, gadis itu sedang berada di rumahnya. Dan dia hanya tinggal bersama Ibunya yang sudah tua." ucap Lelaki itu, ia menghubungi seseorang dan terdengar orang itu sedang berbicara kepadanya.
"Baik, Tuan! Akan segera kami persiapkan." kata lelaki sangar itu lagi. Kemudian lelaki itu kembali ponselnya kembali kedalam saku Jaketnya.
Dirumah besar
"Besok, lakukan dengan baik, aku tidak ingin kalian melakukan kesalahan!" ucap Sekretaris Gabriel.
Gabriel menyerahkan amplop berisikan uang kepada para bodyguard nya.
"Jangan sampai mengecewakan Tuan Muda!" sambungnya lagi
"Baik, Tuan." jawab mereka serempak.
Mereka terlihat berbahagia melihat segepok uang pemberian sekretaris itu untuk sebuah pekerjaan yang akan mereka lakukan besok.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
EndRu
kejamnya melebihi hewan tuh Juna
2023-08-25
0
Nur Lizza
juna juna kamu kok kejam dn jahat banget sm naina
2023-07-02
0
Indri Ani40
adehhh JD takut jngn2mau Di culik
2022-05-22
0