Cerita Cinta Naina
Naina adalah seorang gadis miskin. Dia seorang gadis yang lugu dan juga polos. Dia memiliki wajah yang manis dengan mata indah dan tatapan yang teduh membuat semua orang yang melihatnya merasa damai.
Dia tinggal disebuah perkampungan yang jauh dari keramaian orang banyak. Ibunya seorang janda, beliau sudah berusia lebih dari kepala lima. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kegiatan sehari harinya hanya mengurus kebun yang terletak di samping rumahnya. Kebun yang tidak begitu luas namun cukup untuk menutupi kebutuhan mereka.
Mereka berdua hidup dengan sangat sederhana dan apa adanya. Keadaannya yang serba kekurangan membuat Naina hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah pertama itupun dengan susah payah sang Ibu berjuang menyekolahkan nya.
Naina tidak pernah sedikitpun mengeluh dengan keadaannya. Dia selalu membantu ibunya berkebun dan menjual hasil kebun mereka ke pasar. Kemudian hasil penjualan itu ia belikan beras serta lauk pauknya untuk dimasak.
"Bu hasil kebun hari ini lumayan banyak, ya! Kita bisa beli beras dan juga ikan, untuk kita masak hari ini." ucap Naina pada ibunya seraya memasukan sayuran hasil panen mereka kedalam keranjang.
"Alhamdulillah, Nak. Cepat bawa kepasar, gih..." sahut Ibunya sambil tersenyum seraya mendorong tubuh anaknya dengan lembut.
Naina pun tersenyum sambil berlalu membawa keranjang yang berisi hasil panen mereka. Naina berjalan menuju pasar yang lumayan jauh dari rumahnya.
Sesampainya di pasar, Naina langsung menuju toko yang sudah biasa menjadi langganannya.
"Pagi, Bu Retno... " sapa Naina pada wanita penjual sayur yang biasa membeli hasil panennya untuk di jual kembali.
"Pagi, Naina sayang! Wah... hasil panen mu hari ini banyak juga ya..." seru Bu Retno.
" Iya bu... Alhamdulillah. " sahut Naina sambil tersenyum.
Setelah bertransaksi, Naina pergi ke toko lain untuk membeli beras dan ikan yang akan ia masak setibanya dirumah nanti. Setelah selesai membeli kebutuhan masaknya, ia kembali berjalan menuju pulang.
Naina kembali jalan kaki menuju rumahnya dan sesampainya didepan rumahnya, Naina disambut oleh sang Ibu yang sedari sudah menunggunya.
"Bagaimana, Nak? Apa uangnya cukup untuk membeli beras dan ikan?..." tanya sang Ibu,
"Iya, Bu. Alhamdulillah cukup... hari ini Naina akan masak enak buat kita..." kata Naina seraya mencium punggung tangan Ibunya.
Naina bergegas ke dapur dan dengan lincahnya ia memasak bahan makanan yang ia beli tadi. Dan setelah beberapa saat, masakannya pun sudah siap disantap. Naina segera memanggil Ibunya untuk makan bersama. Merekapun makan dengan lahap nya, apalagi sang Ibu yang sudah sangat lapar karena sejak tadi pagi dia hanya mengurus kebun mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Mereka duduk bersantai diteras rumah sambil melihat sekeliling rumah. Angin sepoi sepoi meniup rambut Naina yg indah tergerai. Rumah mereka memang kecil dan sudah tua namun tetap nyaman buat mereka tinggali. Rumah itu adalah satu satunya peninggalan almarhum Ayahnya.
Tak ada televisi atau radio yang menjadi hiburan mereka. Tapi mereka tak pernah terdengar mengeluh ataupun bersedih. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan bersenda gurau antara Ibu dan anak.
Di saat mereka sedang asyik mengobrol tiba-tiba Bu Lastri datang. Bu Lastri adalah tetangga mereka, beliau tinggal tidak jauh dari rumahnya. Bu Lastri inilah yang sering membantu mereka disaat sedang kesusahan.
"Assalamualaikum... Kalian nampak serius sekali, membicarakan apa sih?!" ledek nya seraya ikut duduk di samping Naina sambil mengelus rambut Naina yang indah.
Naina tersenyum " Wa alaikum salam, Bu Lastri. Apa kabar, Bu? Tumben siang-siang begini ibu kemari... Ibu gak kerja, ya?" tanya Naina.
Bu Lastri bekerja sebagai pelayan dirumah seorang Pria kaya dengan gajih di atas rata rata pelayan pada umumnya.
"Bekerja kok, Sayang! Tapi Ibu sudah minta izin sama kepala pelayan untuk kembali. Ada yang ingin Ibu bicarakan sama kamu, Naina. Begini, Bu Juli ingin mencari pelayan tambahan karena pelayan yang dulu berhenti. Jadi Ibu coba-coba tawarkan pekerjaan ini kepada mu, siapa tahu kamu berkenan bekerja bersama Ibu dirumah itu." tutur Bu Lastri.
Naina melihat kearah Ibunya. Raut wajah Naina saat itu seperti meminta izin kepada Ibunya untuk ikut bekerja bersama Bu Lastri. Ibunya mengerti keinginan putrinya itu, iapun tersenyum, "Semua terserah Naina saja..." ucap sang Ibu.
Naina mengangguk dengan cepat tanda ia setuju bekerja sebagai seorang pelayan dirumah itu. Dengan harapan, ia bisa memperoleh uang lebih untuk ia dan Ibunya. Sehingga Ibunya tidak perlu bersusah payah lagi mengurusi kebun mereka.
"Baiklah kalau begitu, nanti Ibu bilangin sama Bu Juli kalau kamu bersedia bekerja disana. Maaf ya, Sayang. Ibu gak bisa lama-lama karena pekerjaan Ibu masih banyak, Ibu permisi dulu, ya! Assalamualaikum..." ucap Bu Lastri.
"Waalaikum salam..." jawab mereka bersamaan.
***
Sore harinya Bu Lastri datang lagi, dia mengatakan kalau Naina sudah bisa bekerja mulai besok. Naina terlihat sangat senang. Senyumnya selalu terpancar dari wajah cantiknya.
"Besok, pagi-pagi sekali kerumah Ibu ya, Nak! Biar kita barengan kerumah besar itu." ucap Bu Lastri.
" Iyaa, Bu..." sahut Naina seraya mengangguk.
Bu Lastri pun pamit pulang kepada mereka.
***
Pagi-pagi sekali Naina sudah bangun. Setelah selesai sholat subuh dan memasak untuk mereka. Iapun segera mempersiapkan diri untuk mulai bekerja hari ini.
"Semangat!!! " ucapnya dalam hati.
Ia mengepang rambutnya menjadi dua dan memakai pakaian yang sudah sangat bagus menurutnya. Orang miskin seperti dia tidak mungkin bisa beli baju bagus dan mahal. Sekedar bisa buat makan pun dia sudah sangat bersyukur.
Baju yang ia pakai hanya baju kaos lengan panjang yang sudah lama ia beli saat lebaran beberapa tahun lalu. Dengan sebuah rok lebar dan panjang sebagai bawahan nya.
Jika dilihat penampilan Naina nampak culun namun wajah cantiknyanya tetap berbinar.
Setelah sarapan, Ia segera pamit kepada Ibunya. Ia berjalan menuju rumah Bu Lastri sambil sesekali berdendang riang. Sesampainya dirumah Bu Lastri, ternyata Bu Lastri sudah menunggunya.
"Assalamualaikum, Bu..." sapa Naina seraya mencium punggung tangan Bu Lastri.
"Wa alaikum salam, Naina. Oh ya, Naina... pekerjaan mu dirumah itu hanya yang ringan-ringan saja. Paling membersihkan rumah dan membantu tukang kebun menyiram serta membersihkan taman di samping rumah besar. Juga membantu tugas pelayan yang lebih senior ketika pekerjaan mereka menumpuk." ucap Bu Lastri.
" Iya, Bu... " sahut Naina sembari mengangguk.
" Oh ya, dan satu lagi! Kamu tau kan Bu Juli, Dia itu sangat galak jadi kalau ia menyuruh-nyuruh mu, ikuti saja dan jangan membantah..." sambung Bu Lastri dan di ikuti anggukan oleh Naina.
Bu Juli adalah seorang wanita yang galak dan karena itu ia dijadikan sebagai Kepala pelayan dirumah itu. Ia seorang wanita bujang lapuk yang belum menikah di usianya yang sudah menginjak kepala empat. Tak ada laki laki yang berani mencoba mendekatinya.
"Ehm, Bagaimana dengan Tuan muda," ucap Naina namun segera dipotong oleh Bu Lastri.
"Ssstttt... Sebaiknya tidak usah membahas tentang dirinya. Dia itu orangnya dingin dan sangat menakutkan. Jangan sampai melakukan kesalahan sedikit pun di depannya, bisa-bisa kita langsung di pecat. Cukup tundukan kepala saat melihatnya, karena Tuan Muda tidak suka di tatap." sambung Bu Lastri, kemudian Naina pun mengangguk.
Merekapun berjalan menuju pasar, yang biasa dikunjungi Naina untuk menjual hasil kebunnya. Disana ada angkot yang bisa mengantarkan mereka ke tempat tujuan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
mampir thor .lngsung ku taruk di branda
2023-07-02
0
Nuraini
mampir lagi othor syantik 🥰
2023-02-25
0
Nur Hayati
aku mampir thor 😍
2022-09-22
0