Juna menatap Naina yang masih terbaring lemah disampingnya, masih terlihat airmata menetes dari sudut matanya. Bibir yang tadinya terus meminta ampun kepada lelaki itu kini tertutup rapat, pandangannya kosong tertuju ke langit-langit kamar.
Dalam hati kecilnya yang paling dalam ada rasa Iba melihat Naina seperti ini. Melihat luka disekujur tubuh wanita itu. Namun ego dan kebencian nya mengalahkan semuanya.
Juna bangun kemudian melakukannya lagi dan lagi. Entah sudah berapa kali ia menjamah wanita itu.
Wanita itu hanya diam mematung, tak ada suara, tatapan nya pun kosong seakan ia sudah mati dan hanya ada raganya disana. Airmata yang terus mengalir memberikan jawaban semuanya kalau ia hancur, sehancur-hancurnya.
Setelah puas Juna kembali mencengkeram wajah Naina dan berkata di telinganya.
"Jangan pernah berani mengatakan hal ini pada siapapun! Atau kau akan menanggung akibatnya. Kau tak ingin kan, Ibu mu yang sudah tua bangka itu menanggung akibatnya?! Dengan sangat mudah aku menghabisinya, seperti ini!" ucapnya sambil menjentikkan jarinya dan memberi tatapan mematikan kepada gadis itu.
Naina mengangguk, kalau sudah terkait dengan Ibunya, ia tidak bisa apa-apa. Juna begitu tahu kelemahan wanita itu. Juna mendorong tubuh polos Naina hingga ia kembali jatuh ke lantai.
Bruuggkkh... Naina pun terjatuh.
"Tidur disana dan jangan ganggu tidur ku, mengerti?!" ucap Tuan Muda Juna,
Naina mengangguk pelan kemudian ia mencoba mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai dan ia ingin mengenakannya lagi. Baru saja ia ingin menyentuh pakaiannya, lelaki kejam itu berteriak sambil menjambak rambutnya.
"Siapa yang menyuruh mu berpakaian?!! Jangan berani-berani menyentuh pakaian itu lagi! Kalau tidak ingin ku patahkan tanganmu itu!!! " bentak Juna sambil memberikan tatapan mematikan itu lagi kepada Naina.
Naina ketakutan, ia mengurungkan niatnya untuk memakai pakaiannya lagi.
"Sudah tidur sana!!!" sambung Tuan Muda Juna seraya melepaskan jambakannya dengan sangat kasar. Kemudian ia berbalik dan kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidurnya yang empuk sambil memejamkan matanya.
Tinggal Naina yang masih berlinang airmata menatap punggung Tuan Muda dari bawah tempat tidur. Ia merebahkan dirinya di lantai yang dingin tanpa sehelai kainpun.
Rasa dinginnya terasa sampai menusuk tulang. Karena kelelahan yang amat sangat dan rasa sakit yang menjalar keseluruh bagian tubuh, akhirnya ia terlelap. Walau telah berada di alam tidurnya, air matanya masih terlihat menetes dari sudut matanya.
Pagi-pagi sekali Naina sudah terbangun, ia mendapati tubuh polosnya dan masih berada dalam kamar Tuan Muda. Ia melirik seseorang di atas tempat tidur mewah itu masih tertidur dengan sangat nyenyak.
Kemudian dengan cepat ia bangun dan menuju kamar mandi. Ia mandi di sana dan mengucurkan air keseluruh tubuhnya. Dengan deraian airmata, ia membersihkan dirinya dengan kasar. Ia merasa tubuhnya itu sudah sangat kotor. Berkali-kali ia menggosokkan spons ke tubuhnya dengan sangat keras hingga kulitnya terlihat memerah.
Naina teringat kejadian tadi malam dan iapun kembali menangis dengan keras. Naina benar-benar tidak menyangka nasibnya akan menjadi seperti ini. Hanya karena menatap Tuan Muda tanpa sengaja, ia harus mendapatkan hukuman sekejam itu.
Bagaimana kalau Ibunya tahu, bagaimana kalau Bu Lastri tahu kemudian ia teringat akan ancaman Tuan Muda tadi malam, ia sangat ketakutan. Takut, apa yang dikatakan oleh Tuan Muda akan menjadi kenyataan.
"Baiklah semuanya akan ku simpan sendiri!" batin Naina.
Setelah selesai mandi, ia bergegas mengambil pakaiannya yang disimpan oleh wanita kemarin di dekat lemari pakaian Tuan Muda. Iapun segera meraihnya kemudian mengenakan pakaian itu.
Naina berjalan menuju pintu kamar, ia ingin segera keluar dari ruangan yang sudah seperti neraka baginya. Namun ketika hendak membuka pintu ternyata pintunya terkunci. Dan dia tidak tahu bagaimana cara membuka kuncinya. Berbagai macam cara ia coba untuk membuka kuncinya namun tetap tak bisa terbuka.
Jalan satu-satunya, Naina harus menunggu Iblis berwajah tampan yang sedang tidur nyenyak itu terbangun dari mimpi indahnya.
"Ya Tuhan, kenapa aku terjebak di kamar ini?!" batin Naina
Naina menyandarkan tubuhnya di daun pintu. Dan perlahan tubuhnya merosot ke lantai dan terduduk disana. Airmata nya kembali membasahi pipinya yang memerah dan disudut bibirnya masih terlihat jelas lebam akibat pukulan Tuan Muda yang bertubi-tubi tadi malam.
Setelah beberapa jam ia memperhatikan sosok lelaki yang tertidur pulas itu kini terlihat menggeliat. Lelaki itu bangun sambil mengusap kedua matanya yang masih terasa berat. Walaupun ia baru bangun dari tidurnya, pesona ketampanan lelaki itu tak bisa dipungkiri. Begitu sempurna tanpa cela.
Tetapi tidak bagi Naina, lelaki itu terlihat seperti Iblis yang siap mencabut nyawanya kapan saja dia mau.
Melihat lelaki itu bangun, Naina semakin ketakutan. Ia menundukkan kepalanya dan tak berani melihat kearah lelaki itu. Tuan Muda Juna memandangi Naina dari tempat tidurnya Ia baru ingat kejadian semalam kemudian iapun tersenyum sinis.
"Masih disini kau rupanya?! Kenapa?! Kau tak bisa keluar, heh?!" ucap Tuan Muda pada Naina yang masih menundukkan kepalanya.
Naina hanya diam seribu bahasa dan tetap pada posisinya. Juna segera beranjak menuju kamar mandi, terdengar gemericik air di dalam sana. Dan tak berselang lama, ia keluar dengan pakaian lengkap. Aroma harum menyeruak keseluruh ruangan. Rambutnya pun sudah tertata rapi.
Ia mendekati Naina yang sedari tadi duduk di depan pintu. Menunduk sambil memeluk kedua lututnya. Tubuh Naina bergetar pertanda ia ketakutan, sangat ketakutan.
Di cengkeramnya lagi rambut gadis itu hingga ia ikut bangun mengikuti arah rambutnya. Mata Naina terlihat sembab karena airmata nya terus saja mengalir.
"Bukankah aku menggajimu sebagai pelayan dirumah ini? Lalu kenapa kau hanya diam dan menangis? Apa aku menyuruh mu untuk menangis?" ucapnya dengan nada yang menakutkan bagi Naina
"Ti-tidak, Tuan..." jawab Naina sambil menggelengkan kepalanya.
"Segera bersihkan tempat tidurku, aku tidak ingin ada yang melihat bercak darah di sprei ku itu... " sambung Tuan Muda sambil melepaskan cengkeramannya dan mendorong gadis itu ketempat tidur.
Kemudian ia keluar dari kamarnya menuju ruang makan. Ada meeting penting yang harus ia hadiri pagi ini.
Tinggal Naina sendiri di kamar itu, ia segera mengganti sprei nya dengan yang baru. mambawa sprei kotor itu ke ruang mencuci.
Dengan terseok-seok ia berjalan menuruni anak tangga, rasa sakit dan perih dia rasakan tepat di bagian sensitif nya.
Akhirnya dengan penuh perjuangan sampailah ia diruang mencuci. Kemudian ia membersihkan noda darah keperawanan yang telah di renggut secara paksa oleh lelaki itu, sambil menangis ia memasukannya kedalam mesin cuci.
Setelah selesai dengan pekerjaannya itu, ia bergegas menuju dapur utama. Ia ingin segera menemui bu Lastri. Sesampainya diruangan itu, ternyata Bu Lastri sudah memulai pekerjaannya.
"Bu Lastri... " sapa Naina seraya menghampiri Bu Lastri yang sedang mencuci tumpukan piring dan gelas kotor.
Bu Lastri terkejut dan segera berbalik. Matanya terbelalak melihat kondisi Naina.
" Naina!!!..."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
EndRu
piring gelas kotor sebanyak itu siapa yang Makai. padahal Arjuna sendirian Lo. apa piring gelas oara pelayan yaa
2023-08-25
0
Nur Lizza
bt juna kenak karma ny thor.bt dia bucin se bucin2ny sm nsina
2023-07-02
0
վմղíα | HV💕
malang sekali nasip mu naina
2023-03-15
0