Pagi pagi Naina sudah berjalan menuju pasar ia membawa sebuah keranjang yang berisi sayur-sayuran. Sesampainya di pasar ia segera menyerahkan barang bawaannya kepada Bu Retno,
"Pagi, Bu Retno, ini sayuran nya." ucap Naina seraya menyerahkan sayuran yang ia bawa.
"Nak, bukannya kamu bekerja dirumah Tuan Muda yang kaya raya itu? Apa hari ini kamu tidak masuk kerja?" tanya Bu Retno
"Aku sudah tidak bekerja disana lagi, Bu!" ucap Naina sambil tertunduk. Entah kenapa jika ia mendengar tentang rumah besar, ia teringat akan perlakuan Tuan Muda kepadanya.
"Owh..."
Bu Retno tak ingin bertanya lebih jauh lagi setelah melihat ekspresi Naina yang langsung berubah saat mendengar pertanyaannya.
"Nih, uangnya! Terimakasih ya, Nak. Besok, kalo masih ada sayur nya, antar lagi aja ke toko Ibu." ucap Bu Retno seraya menyerahkan uang hasil penjualan sayur kepada Naina.
Naina menyambut uang itu sambil tersenyum.
"Sama-sama, Bu. Insyaallah besok saya bawa lagi. Saya permisi dulu ya, Bu. Assalamualaikum." sahut Naina
" Waalaikumsalam... Hati-hati di jalan ya, Nak."
Naina melangkah pulang dengan hati tak karuan. Dadanya serasa bergemuruh, jantungnya berdetak kencang. Sampai ia lupa kalau ia harus membeli beras buat dimasak hari ini.
Dengan langkah tergesa-gesa, ia menyusuri jalan menuju rumahnya. Disepanjang perjalanan hanya ada pepohonan. Jarak antara rumah satu dengan lainnya sangat jauh. Bahkan letak rumahnya saja bisa dibilang di pinggir hutan karena hanya rumahnya yang ada disana.
Akhirnya dengan nafas tersengal-sengal, ia sampai di depan rumahnya. Ia berlari masuk kedalam rumah dan ternyata Ibunya sedang memasak air di dapur.
"Huuft!!!" Naina mengelap keringat yang jatuh dikeningnya. Ia senang karena ibunya baik-baik saja dan ternyata firasat nya salah.
"Kenapa kau lari-lari, Naina? kayak di kejar setan aza" ucap ibu melihat anaknya yang ngos-ngosan.
"Ah, Ibu." Naina pun tersenyum kepada ibunya
Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti didepan rumah mereka. Ibu dan anak ini saling pandang seolah bertanya "Siapa itu...?"
Kemudian mereka berjalan keluar. Saat pintu terbuka, mata Naina terbelalak. Badannya bergetar hebat. Nafasnya turun naik dengan cepat. Wajahnya benar-benar pias saat ini.
Sedangkan sang Ibu hanya terbengong melihat ada dua buah mobil mewah berwarna hitam terparkir di depan rumahnya. Di mobil pertama, keluar 3 orang lelaki berbadan sangat besar dengan wajah yang terlihat sangar.
Dan di mobil kedua keluarlah seorang lelaki yang juga bertubuh kekar namun wajahnya tidak terlalu sangar bahkan bisa dibilang tampan. Ia membukakan pintu mobil bagian belakang kemudian keluarlah seorang lelaki tampan, sangat tampan dengan setelan jas hitam yang membalut tubuhnya dan kacamata hitam yang ia kenakan membuatnya makin sempurna tanpa cela.
Naina kenal dengan kedua orang di mobil kedua. Ya, mereka adalah Tuan muda Arjuna Wijaya kusuma bersama sang sekretaris, Gabriel.
Naina ketakutan, sangat ketakutan. Ia memeluk lengan Ibunya kemudian memundurkan tubuhnya beberapa langkah.
Ketiga orang di mobil pertama, berdiri didepan rumahnya yang hanya berjarak beberapa langkah dari Naina dan Ibunya berdiri. Tak berselang lama, sang Tuan Muda mendekat ke arah Naina dan Bu Sumi.
Naina menangis ketakutan dan sang Ibu terlihat kebingungan ketika ia melihat anak gadisnya menangis seperti itu. Bu Sumi memberanikan diri bertanya kepada Para tamu tak diundang itu.
"Siapa kalian dan mau apa kemari?" tanya Bu Sumi kepada para lelaki yang sedang berdiri dihadapan nya. Tuan muda melepas kacamatanya kemudian dimasukkannya kedalam saku jas.
"Saya kemari ingin menjemput putri anda, karena putri anda masih memiliki urusan yang belum selesai dengan saya!" sahut Tuan Muda.
Juna menaikan sebelah alisnya ketika melihat kearah Bu Sumi sambil tersenyum sinis. Kemudian pandangannya beralih kepada Naina yang sedari tadi hanya bisa menangis.
"Urusan apa?! Naina, urusan apa? Sebenarnya siapa mereka" tanya Bu Sumi samb mengguncang tubuh mungil Naina.
Naina hanya bisa memandangi wajah Ibunya dengan tatapan bersalah. Tapi ia tidak berani menjawab pertanyaan dari Ibunya.
"Tuan, ampuni saya. Saya mohon, jangan ganggu saya lagi. Saya sudah berhenti bekerja dirumah anda. Dan soal itu... " bibirnya kelu tak bisa melanjutkan kata katanya. airmata nya terus mengalir dipipinya.
"Hmmm..." Juna dengan wajah datarnya meminta penjelasan lebih lanjut.
"Sa-saya berjanji takkan mengatakan hal itu pada siapapun. Saya janji dan jika saya mengingkari nya maka Tuan bisa membunuh saya." sambung Naina.
Naina tersungkur ke tanah. Kakinya seakan tak mampu lagi menopang beban tubuhnya.
"Apa yang kau bicarakan, Nak? Tentang apa? Ada masalah apa sebenarnya?" tanya Bu Sumi yang benar-benar kebingungan.
"Aku sudah bosan, bawa DIA!" titah nya.
Juna merasa sudah membuang-buang waktunya. Ia berbalik, berjalan menghampiri mobilnya kemudian Gabriel bergegas membukakan pintu untuknya. Ia masuk kedalam mobil tanpa menoleh. Kemudian disusul oleh Gabriel yang juga masuk kedalam mobil bagian depan.
Tanpa basa-basi ketiga bodyguard menyeramkan itu menghampiri Naina yang masih menangis. Satu diantaranya menariknya. Menyeretnya hingga beberapa kali ia terjatuh. Naina coba melawan namun sia-sia. Tubuhnya terlalu kecil untuk melawan kekuatan orang besar itu.
Bodyguard yang kedua menahan tubuh Bu Sumi yang sudah renta. Bu Sumi mencoba menahan anaknya namun tak berdaya. Orang itu menahan tubuh rentanya dengan sangat kuat.
Bodyguard yang ketiga bersiap membukakan pintu mobil kedua tepat disamping Tuan Muda Arjuna.
Brugkkk...
Tubuh kecil Naina dihempaskan oleh bodyguard menyeramkan itu. Naina nampak kesakitan, kemudian ia menoleh kearah Tuan Muda yang duduk disampingnya,
"Tuan, jangan bawa saya. Saya mohon, Tuan." pinta Naina sambil terisak, ia menangkupkan kedua tangannya memohon belas kasihan dari Tuan Muda. Jangankan menoleh, Lelaki itu bahkan tak bereaksi sama sekali.
"Jalan!" perintahnya
" Baik, Tuan!" sahut Gabriel
Mobil dihidupkan, Naina sempat berteriak memanggil Ibunya sebelum mobil itu melaju meninggalkan halaman rumahnya.
"Ibu!!!" teriak Naina sambil memukul mukul kaca mobil.
Ibunya hanya bisa menangis dari kejauhan, ia tidak bisa melakukan apa-apa. "Naina..." katanya lirih. Airmata wanita tua itu berlinang dikedua belah pipinya yang sudah mulai keriput.
Kemudian bodyguard yang tadi memegang tubuhnya, melepaskan bekapan tangannya. Lelaki mengerikan itu berkata kepada Bu Sumi,
"Hey, Ibu Tua! Kalau kau ingin anak mu selamat dan baik-baik saja, kau harus diam. Jangan pernah mengatakan hal ini kepada siapapun. Kalau kau berani mengatakannya apalagi melapor polisi, maka bersiaplah melihat bangkai anakmu disini!" ancamnya sambil menghentakkan kakinya ke tanah.
Bu Sumi ketakutan mendenga ancamannya, Ia tak bisa membayangkan anak gadisnya terbujur kaku.
"ANDA MENGERTI?!" suara Bodyguard itu menggema dilangit-langit kemudian dijawab dengan anggukan oleh Bu Sumi.
Kemudian mereka memasuki mobil dan pergi dengan cepat, menyusul mobil Tuan Muda yang sudah melaju.
Didalam mobil.
Hanya keheningan yang tercipta, sesekali terdengar sesegukan dari Naina. Ia tak berani menangis karena Tuan Muda benar-benar tidak suka melihat itu.
Tatapannya kosong, Ia melihat deretan rumah-rumah yang ia lewati. Begitupun Tuan Muda Arjuna, ia hanya duduk bergeming dan tatapannya fokus kedepan.
"Selamat datang didunia penderitaan Naina"
Tuan Muda berkata dalam hati kemudian bibirnya tersenyum sinis namun ia masih tetap bergeming.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Nur Lizza
aku mauny juna menderita
2023-07-02
0
Erina Munir
sadiissssss banget sihhh thoor...aku ga tega bacanya....
2023-06-09
0
Dewi Soraya
aneh bngt kwslhn naina p.ko main siksa aj.udh merkosa jg msh aj g puas.hello dy cm gadis miskin ko tega bngt sok kuasa
2023-04-29
0