"Jadi rumah sebesar ini cuma ada 2 kamar?" tanya Arka heran. Ia sekarang sudah berpindah kerumah Dika sesuai permintaan Rita.
"Iya, itu juga sama kamar ART mas." Balas Mawar dingin.
"Apaan sih mas Dika norak banget punya rumah kaya gini," desis Arka.
"Yaudah sini aku beresin baju kamu,"
"Gak perlu! aku bisa sendiri!" tegas Arka.
Arka dengan telaten menyimpan pakaiannya ke dalam lemari. Mawar yang sedang duduk ditepi ranjang terus menatap punggungnya.
"Postur tubuh dan wajah mas Arka bener-bener mirip sama mas Dika," batinnya.
"Ngapain kamu mandang aku kaya gitu?" ketus Arka.
"E-enggak mas gapapa,"
"Mas dika gak pernah bentak aku kaya gitu," batin Mawar lagi.
Meskipun Mawar sama sekali tidak mencintai Arka tetapi ia ingin berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Arka.
"Mas mau makam apa biar aku siapin,"
"Gak perlu, aku mau makan diluar." Ucap Arka.
"T-tapi mas--"
"Aku bilang aku gak mau! kamu denger gak!" bentak Arka.
Hancur seketika, perempuan yang biasanya diperlakukan layaknya ratu sekarang harus mendengar suara dengan nada keras.
"Mas bisa gak bicaranya baik-baik?" ucap Mawar.
"Gak! karena kamu itu gak penting!" tutur Arka lalu pergi keluar dari kamar mereka entah kemana.
Air mata Mawar berjatuhan, sakit sekali rasanya mengingat perlakukan Arka yang jauh berbeda dengan Dika.
"Mas aku mau kamu kembali mas, aku mohon." Tutur Mawar menatap foto-fotonya bersama Dika di dinding kamar.
***
"Hai sayang udah nunggu lama?" tanya Arka pada perempuan cantik yang sedari tadi menunggu kehadirannya.
"Ih kamu lama banget sih pasti abis mesra-mesraan sama Mawar ya?" tanya Serly.
"Idih gak sudi aku mesra-mesraan sama cewe kampungan kaya gitu, lagian nih ya selera mas Dika itu rendahan banget."
"Aku sakit hati tahu, lihat kamu nikah sama cewe lain! aku aja yang 2 tahun pacaran sama kamu gak dinikahin eh ini cewe yang asing sama kamu tiba-tiba nikah."
"Sayang kamu jangan ngomong gitu dong kan aku udah jelasin sama kamu," rayu pria 27 tahun itu.
"Iya sayang aku ngerti kok," tutur Serly memeluk hangat tubuh Arka.
"Yaudah kamu mau makan apa?" tanya Arka melepaskan pelukannya."
"Hm, apa aja."
"Baiklah cantik," goda Arka.
"Mas aku mau tanya,"
"Apa sayang?" Arka membelai rambut Serly.
"Gimana kalo suatu hari kamu cinta sama Mawar?"
"Hahaha," Arka terkekeh. "Mawar itu cuma cewe kampungan aku gak mungkin suka sama dia sayang."
"Kamu yakin mas?"
"Yakin sayang aku sangat yakin, aku itu cuma cinta sama kamu."
Serly sangat senang dengan ucapan Arka tadi.
****
Arka memarkiran mobilnya di garasi, semalam ini ia baru pulang. Walau begitu, Mawar tidak begitu peduli karena ia juga tak mencintai Arka.
Arka membuka pintu kamar, ia melihat Mawar yang sudah tertidur lelap. Sejenak ia memandangi wajah cantik Mawar. "Dia cantik tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah mencintainya." Batinnya.
Arka membaringkan tubuhnya di sofa."Aku gak sudi tidur seranjang sama cewe bekas kakakku sendiri," tegasnya.
Sebenarnya Mawar tahu Arka sudah pulang tetapi ia juga tak bisa melakukan apa-apa untuk suaminya itu karena Arka pasti akan menolak apapun yang Mawar lakukan untuknya.
Keesokan harinya Arka terbangun dan melihat Mawar sudah tidak ada lagi di ranjangnya.
Rupanya Mawar sedang memasak untuk Arka. "Ngapain cape-cape masak aku gak akan pernah makan makanan kamu." Ucap Arka dari belakang.
Mawar mengerutkan dahi nya. "Iya mas aku tahu." Balasnya dingin.
"Aku gak boleh lemah menghadapi sikap mas Arka, kalo dia cuek aku juga harus lebih cuek, kalo dia menyebalkan aku juga bisa! Terserah nanti endingnya seperti apa yang jelas aku gak mau kaya perempuan di luar sana yang lemah dan diam ketika suaminya menyakiti," batin Mawar.
Arka duduk di meja makan memandangi punggung Mawar yang sedang sibuk memasak.
"Kenal di mana sama mas Dika?" celetuk Arka tiba-tiba.
"Di kantor," jawab Mawar dingin.
"Oh, aku bingung aja kenapa pengusaha sekaya mas Dika bisa suka sama perempuan--"
"Perempuan apa? emangnya aku kenapa? ada yang salah?" sela Mawar beruntun.
"Perempuan kampungan seperti kamu Mawar,"
Hati Mawar seolah teriris dengan ucapan Arka itu. Mawar menghela nafasnya dalam-dalam. "Kampungan atau tidak itu kan sesuai selera," tandasnya.
"Tapi aku gak suka sama cewe kampungan," ucap Arka.
Mawar diam tak menjawab hinaan dari Arka itu.
"Kalo cuma mau ganggu aku masak mendingan mas Arka mandi terus berangkat ke kantor, inget sekarang mas itu pengganti mas Dika." Tutur Mawar dingin.
Arka pun beranjak dari duduknya lalu berlari kecil ke lantai atas menuju kamarnya.
Mawar membuang nafasnya dengan kasar, ia harus ekstra sabar menghadapi Arka, ia tak boleh terpancing emosi.
Selesai mandi Arka mencium aroma sedap dari lantai bawah. "Bau apa ini wangi banget bikin laper," ucapnya.
Arka menuruni anak tangga satu persatu, ia sangat menikmati aroma sedap yang masuk kedalam rongga hidungnya.
"Yakin gak mau sarapan mas?" tanya Mawar yang sedari tadi memandangi Arka yang menikmati bau masakannya.
Arka terkejut, ia tak tahu ada Mawar disana.
"Gak! gak mau! males males makan masakan kamu nanti aku di racun lagi," ketus Arka.
Mawar terus memandangi Arka. "Mas Arka mirip banget sama mas Dik kalo lagi pake baju rapi kaya gini," ucapnya dalam hati.
Sadar sedang diperhatikan Arka langsung ngegas. "Ngapain sih lihatin aku kaya gitu?"
"E-enggak mas, yaudah kalo kamu mau berangkat kerja hati-hati ya."
yakin nih Mawar gak mau bujuk aku buat makan padahal aku laper banget.
Dengan perut yang lapar Arka terpaksa harus pergi ke kantor karena ia terlalu gengsi makan masakan Mawar.
Mawar memandangi mobil Arka yang semakin menjauh. "Biasanya mobil itu mas Dika yang bawa," tuturnya.
"Mas Arka cuma wajahnya aja yang sama kaya mas Dika tapi sikapnya jauh berbeda," ujar Mawar.
Mawar masih sangat mencintai Dika, terlebih Arka tak menunjukan sedikitpun sisi baiknya pada Mawar. Bahkan untuk kesedar sarapan pagi bersama saja Arka enggan.
"Kalo malam itu kamu gak pergi mungkin kejadiannya gak akan seperti ini mas, sekarang kita pasti bahagia. Aku gak mungkin harus selalu bersabar setiap dari dengan ucapan-ucapan mas Arka, kenapa kamu harus pergi secepat itu mas, kenapa kamu tinggalin aku?" ucap Mawar, sampai sekarang ia masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Dika.
Bagi Mawar hidup ini sama sekali tidak adil untuknya, baru saja ia akan malam pengantin tetapi Dika sudah pergi meninggalkannya. Hanya kecupan pertama dan terakhir yang Dika berikan untuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Merry Dara Santika
Baru baca cerita nya dah sedih bngt
2021-08-12
0
Tanti Riski
lanjuut...
2021-08-07
0
Erni Lau
hai Thor...tlg klw bisa gunakan bahasa Indonesia yg formal spy enak bacanya😊😊
2021-08-02
0