Setelah kencan di pasar malam itu, Aku mulai jarang bertemu dengan Kiral. Kami tetap menghabiskan waktu bersama sesekali di rumahnya, tapi tidak sesering sebelumnya. Kami berdua sama-sama sibuk dengan sekolah, turnamen, dan kegiatan lainnya.
Apalagi Kiral. Ujian akhir sudah di depan mata.
Hah.. rasanya baru kemarin Aku melihat Kak Rio yang berjuang menghadapi ujian. Sekarang giliran Kiral. Kalau Aku mengedip sebentar sepertinya tahu-tahu giliran ku juga akan datang..
Hah.. melelahkan sekali jadi anak sekolahan..
"Kenapa kamu menghela nafas berat seperti itu?" Suara Pak Burhan menyadarkan ku dari lamunan.
Ia berdiri di ambang pintu sambil menggaruk janggut nya.
"Eh.. Pak" cepat-cepat ku lanjutkan pekerjaan ku. Aku sedang menyortir barang dagangan yang baru datang di gudang belakang.
"Ada masalah ya..? Pacar?"
"Ishhhh.. apa sih Pak, bukan kok"
"Jangan banyak pikiran.. kerja mu nanti gak selesai selesai.." setelah selesai menegur ku, Pak Burhan kembali ke depan. Tapi baru saja dia keluar dari gudang, Laki-laki berjanggut itu kembali padaku dengan ekspresi wajah super panik.
"Ana?! cepat bantu Sari di depan. Ada pembeli yang borong banyak barang. Dia kewalahan. Cepat!"
"Hah? apa-"
"Cepat.. cepat!"
Belum selesai Aku berkata-kata, Pak Burhan buru-buru mendorong ku keluar.
Aku mengedarkan pandangan melihat situasi toko.
Sari sedang membungkus beberapa barang terlihat sibuk sambil melayani seorang Ibu. Sementara itu, seorang laki-laki dewasa yang tidak asing terlihat sedang berdiri di dekat kasir.
Itu adalah supir pribadi Kiral, Pak Wahyu.
Begitu melihat ku dia langsung tersenyum.
"Halo Nona, lama tidak berjumpa"
Buru-buru Aku mendekat.
"Loh? Pak Wahyu? kenapa ada di sini? apa Kak Kiral...?" pandangan ku kembali menyisir seluruh toko. Dan di sanalah, di pojokan toko, Kiral sedang duduk dengan santainya di atas kursi plastik. Satu tangannya melambai kepada ku.
"Kenapa kalian di sini?" tanyaku ke Pak Wahyu.
"Hehe.." Pak Wahyu menunjuk sebuah kertas di meja kasir yang bertuliskan banyak sekali barang yang ingin di beli.
Kenapa mereka tiba-tiba datang ke toko kecil ini dan memborong banyak hal?
Pak Burhan kembali dari gudang dengan membawa dua kardus besar yang menutupi wajahnya.
"Ana! ini, cepat bantu Sari bungkus pesanan ini."
Aku dengan sigap melakukan yang di perintahkan oleh Pak Burhan. Sari yang selesai melayani ibu-ibu tadi mendekat dan membantu ku. Selama beberapa menit kami bertiga sibuk menyiapkan semua pesanan Pak Wahyu yang Aku yakin adalah perintah Kiral.
Selama Aku berkutat dengan pesanan ini, laki-laki muda yang sedang duduk di kursi plastik itu hanya memperhatikan ku sambil tersenyum. Sesekali Aku meliriknya.
Apa sih yang sedang dia rencanakan?
Sari memberiku sebuah kantong plastik besar untuk membungkus semua pesanan ini. Aku menerimanya dan memasukkan satu persatu barang ke dalam.
"stt.." Sari mencolek ku.
"Apa?"
"Itu.. orang yang sedang duduk di pojok itu.. dari tadi liatin kamu terus.. kamu kenal dia?" raut wajah Sari memperlihatkan rasa penasarannya. Kiral memang luar biasa. Kemana pun dia pergi, orang-orang selalu dibuat nya penasaran. Apalagi perempuan.
"..." aku hanya diam. tidak tahu harus menjawab apa
"Cie.. seperti nya iya ya.. dia siapa? pacar mu hmm..?"
"Apa sih.. bukan kok.."
"Masa..?"
"Mungkin bocah laki-laki itu yang bikin Ana dari tadi menghela nafas" tiba-tiba pak Burhan menimpali Sari.
"Ohhhh" Sari terkikik mendengar perkataan Pak Burhan.
Selepas itu, keduanya menggoda ku lewat tatapan mata jahil mereka
Apaan sih !
Tak lama kemudian seluruh pesanan selesai di bungkus. Pak Wahyu membayar dan membawanya ke luar. Kiral juga sudah tidak kelihatan.
Aku kembali bekerja karena beberapa pelanggan lainnya datang.
Beberapa jam kemudian akhirnya jam kerja ku hari ini berakhir.
Sebelum Aku pulang, Pak Burhan memberikan ku sebuah bungkusan kecil.
"Ana! ambil ini.. istriku di rumah membuat banyak kue kemarin. Kamu harus coba"
"Wuahh makasih banyak Pak.. asikk" ku terima bungkusan itu dengan penuh suka cita.
"Sama ini.. gaji kamu bulan ini" sebuah amplop putih di serahkan nya padaku.
"Yeey gajian! yuhuuu" senyum bahagia semakin terlihat di wajahku.
Pak Burhan ikut tersenyum lalu Aku pamit untuk pulang.
Baru berjalan beberapa langkah dari toko, sebuah motor yang kini tak asing bagiku terlihat terparkir di pinggir jalan.
Aku mendekati motor itu dan melihat sekitar. Tak terlihat pemiliknya di manapun. Kemana dia?
"Dor!!"
Si pemilik motor tahu-tahu muncul di belakang ku.
"Ishhhh Kakak! bikin kaget saja"
"Hahaha liat ekspresi mu itu hahaha" Kiral menertawakan Aku dengan puas. Apa-apaan sih dia.. Joke nya receh banget..
Ku balas saja kelakuannya dengan ekspresi datar.
"Kok Kakak belum pulang? Pak Wahyu mana?" Ku lihat sekitar ku sekali lagi. Tidak ada tanda-tanda adanya mobil hitam yang biasanya di pakai Pak Wahyu.
"Aku suruh dia mengantarkan barang-barang tadi"
"kemana?"
"Gak tahu"
Lah?
"Loh? kok gak tau sih.. yang nyuruh kan Kakak?" tanyaku bingung.
"Aku hanya menyuruhnya belanja dan membagikannya ke orang-orang. Kemana tepatnya dia memberikan barang-barang tadi Aku tidak tahu" jawabnya enteng. Dasar orang kaya kurang kerjaan.
"Ohh.. terus dari tadi Kakak nungguin Aku di sini?"
Jeda sesaat.
Kiral mengangguk tapi dengan ekspresi yang meragukan.
"Bohong"
Dia terkikik.
"Hehe iya enggak lah.. Aku baru nyampe tadi kok.. Mau main gak?" ucapnya. Ia menaiki motornya dan menepuk jok belakang memberi ku kode untuk naik.
"Jangan lama-lama loh ya.. Aku capek mau pulang"
Dia mengangguk mengiyakan. Ku ambil helm yang teronggok di jok belakang lalu memakainya.
Setelah Aku naik, ia menyalakan motor dan melaju.
Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali kami berboncengan seperti ini.
Angin berhembus kencang. Lalu lintas yang padat di lewati dengan lihai oleh laki-laki di depanku ini. Aku tersenyum. Diam-diam Aku menyukai saat kami berboncengan seperti ini dan tanpa sadar, ku eratkan pelukanku di pinggang nya.
"Kita mau kemana?" Ucapku setengah berteriak.
"Ada deh.."
"Ishhhh.. mau kemana?" tanyaku lagi. Dia tidak sedang membawa ku ke pasar malam lagi kan ya?
"Liat saja nanti. Hari ini Aku ingin membawa mu melihat pemandangan yang bagus" jawabnya cuek.
Pemandangan yang bagus?
"Kemana?" Aku masih keras kepala ingin mendengar jawaban detail nya.
"Aishhh.. sudah ku bilang lihat saja nanti"
"Tapi..akhh.." Dia membungkam ku dengan cara menaikkan kecepatan motor nya. Secara otomatis Aku semakin memeluknya erat.
Menyebalkan! lihat saja kau nanti!
Sepanjang perjalanan itu, sambil mencengkram jaketnya kuat-kuat. Aku mencaci maki laki-laki ini dalam hati sekaligus berdoa agar kami bisa sampai di tujuan dengan selamat.
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lala
Sweet... suka ih kak authorrr
2021-06-14
1