Akhirnya, latihan hari ini selesai.
Masih menggunakan baju Karate aku pergi sebentar ke toilet yang ada di belakang aula besar yang biasa di pakai untuk kegiatan club ataupun acara lainnya.
Sementara Nurul dan teman-teman Karate yang lain langsung kembali ke sekre dan bersiap untuk pulang.
Setelah selesai dengan urusanku di toilet, Aku berniat menyusul teman-teman yang lain. Tapi, seekor kucing berbulu putih menarik perhatian ku.
Kucing itu bergerak anggun, melangkah sambil menggerakkan ekor nya dan berjalan menuju area sepi yang biasanya di gunakan untuk gudang.
Aku yang terlena dengan kecantikan kucing itu mengejarnya sampai tiba-tiba kucing itu melompat ke balik pagar lalu menghilang tanpa jejak.
"Ahh.. kenapa malah melompat sih.. Aku kan hanya ingin mengelus dia sebentar saja.."
Aku menatap sinis ke arah pagar masih tidak percaya kucing tadi melompat ke sana. Lalu tiba-tiba terdengar suara seseorang yang mulai terdengar familiar di telinga ku.
"Kamu mengejarnya sambil menghentak-hentakan kaki seperti itu sih...tentu saja kucing nya jadi ketakutan"
Aku berbalik. Tepat di belakang ku, Kiral sedang berdiri dengan percaya diri sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.
"Kak.. Kiral?"
Dia hanya tersenyum tipis. Rambutnya sedikit basah oleh keringat. Sepertinya dia baru saja selesai latihan basket. Hanya saja dia sudah mengganti bajunya kembali ke seragam sekolah.
"Kakak sedang apa?"
"Liatin kamu" jawabnya ringan sambil menatap ku. Senyum tipis nya sedikit melebar.
Blush.. pipiku terasa memanas. Apa-apaan orang ini! Kenapa jawabnya begitu sih?! Bikin orang salah paham aja tahu!
"Hmm.. kenapa pipimu merah? Telinga mu juga? kamu kepanasan?" Kiral melangkah mendekati ku lagi. Ia mendekat dan sedikit membungkuk memperhatikan kedua pipi dan telinga ku.
Aku mundur satu langkah.
"Ah iya.. Aku kepanasan. Huah.. panas.." Ku kibas kan kerah baju. Pura-pura kepanasan.
Aduh! Bisa-bisanya pipiku memerah hanya karena tatapan dan senyum nya saja.
Orang ini benar-benar berbahaya.
"Benarkah?" Kak Kiral menegakkan kembali tubuhnya lalu menatap ke arah langit dan arloji di tangan kirinya.
"Padahal agak mendung. Sudah jam segini juga"
Aku mengutuki diriku sendiri di dalam hati. Benar juga ini sudah jam 5 lebih. Matahari sudah tidak se terik itu dan memang sedang mendung juga.
"Latihan! Aku habis latihan jadi tubuhku masih kepanasan.. haha.." untunglah Aku masih mengenakan baju karate ku. Kiral menatap ku dari atas hingga bawah lalu mengangguk.
"Ah benar juga."
Lalu.
"Woahhhhh benarkah?? Apa benar?"
"Iyaa hahaha gosipnya seperti itu.." suara percakapan segerombolan siswa terdengar menggelegar. Langkah mereka juga terdengar sangat jelas seperti menuju ke mari.
Tanpa berpikir panjang ku tarik tangan Kiral dan berlari ke tempat yang tidak bisa terlihat. Kami masuk ke sebuah ruangan yang berisi meja dan kursi bekas yang sudah tua dan rusak.
Tak lama kemudian gerombolan tadi tiba dan berhenti tepat di tempat Aku dan Kiral tadi berdiri. Lalu berjongkok dan mulai merokok sambil bergosip dan tertawa terbahak-bahak.
Aku menatap mereka dari tempat ku berdiri, dari balik jendela yang sudah tak berkaca.
Dasar berandal! Kenapa tidak pulang saja sih.. pakai acara merokok segala lagi.
"Kenapa kita lari?" Kiral memiringkan kepalanya heran sambil ikut menatap ke luar jendela.
"Itu kan hanya anak-anak kelas 12. Kenapa harus lari?"
"Tentu saja harus lari! Kalau mereka lihat kita sedang berduaan seperti tadi gimana?" Aku berbisik takut suaraku terdengar ke telinga para berandalan itu.
Sementara Kiral diam sejenak mendengar perkataan ku.
"Memangnya kenapa?"
"Gosip akan menyebar ke seluruh penjuru sekolah. Aku tidak mau jadi bahan gosip anak-anak"
Kiral diam tak menjawab. Lalu, bergerak hendak keluar. Tapi sebelum itu terjadi Aku tarik tangannya lagi dan mencengkram nya erat-erat.
"Kakak mau kemana? Gimana kalau mereka lihat?"
"Aku tidak peduli. Kalau kamu tidak mau mereka melihat mu, kamu saja yang sembunyi. Aku akan keluar." Kiral kembali bergerak. Sekali lagi, Ku tarik dia lebih dekat.
"Jangan. Aku tidak mau sembunyi sendirian"
"Hah.. kamu lihat itu?" Kiral menghela nafas dan menunjuk sekumpulan berandalan itu.
"Mereka merokok." ucap nya.
"Terus kenapa? Biarkan saja. Mereka kelas 12 loh. Abaikan saja"
"Tidak bisa." Suara Kiral berubah menjadi serius.
"Kenapa?"
"Kamu lupa ya, siapa Aku?"
Hah? Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Jelas-jelas dia Kiral.
"Aku, ketua OSIS SMA ini. Aku tidak bisa membiarkan siswa di sini merokok di lingkungan sekolah seperti itu." Jawabnya.
Ah! Benar juga! Selain aktif di basket dia juga ketua OSIS! Kenapa Aku sampai lupa?
Sekali lagi, Kiral bergerak hendak keluar. Namun, sekali lagi pula Aku menahannya untuk pergi.
"Tunggu Kak, Aku-"
"Woi !! kalian ngerokok lagi hah?" tiba-tiba seorang guru muncul entah dari mana memergoki para berandalan yang sedang asik merokok itu.
Guru itu adalah pembimbing salah satu club olahraga yang sepertinya baru selesai mengawasi kegiatan ekskul. Jadi dia masih berada di sekolah walaupun hari sudah se sore ini.
Sontak kumpulan siswa yang sedang berjongkok itu pun lari kocar-kacir menjauh, sedangkan guru tadi tak ingin kalah ikut mengejar sambil berteriak.
"Berhenti kalian! woi! dasar anak-anak kurang ajar! kembali kesini! kalian pikir Bapak tidak kenal wajah kalian hah! woi berhenti!"
Makin lama suara mereka makin mengecil. Aku dan Kiral akhirnya keluar dari tempat persembunyian.
"Hah.. untunglah.. ada guru yang masih di sekolah.. mereka tak akan kembali lagi kan?"
Tapi kenapa rasanya Aku masih was was ya..? dada ku berdetak kencang seakan hal yang lebih buruk akan terjadi.
"Hmm.. mereka sudah pergi." Kiral menatap ku tanpa berkedip.
"Kenapa?" tanyaku heran.
Dia hanya tersenyum. Lalu menurunkan tatapannya ke arah tangan ku yang ternyata masih mencengkram erat tangannya.
Sontak Aku melepaskan kedua tanganku. Tapi, sebelum tangan kami benar-benar terlepas, Kiral mencegah nya. Kini tangannya yang memegangi ku erat.
Aku menatap nya penuh tanya. Kenapa dia malah menggenggam ku begitu? tunggu dulu, sepertinya pipiku memanas lagi.
"Wah wah.. pipimu merah lagi. Apa kamu masih kepanasan?" ucapnya masih dengan senyuman penuh makna.
Sedikit. Sedikit saja, Aku bisa menangkap sedikit nada menggoda dari ucapannya barusan.
Dan hal itu membuat pipiku semakin memanas.
Tapi, sedetik kemudian hal yang tidak terduga datang. Sepertinya hal inilah yang tadi membuat diriku was was dan gelisah.
"Sedang apa kalian berduaan di tempat ini sambil bergandengan tangan begitu?"
Kak Rio berdiri mematung sambil memandang kami berdua dengan tatapan menyelidik. Nada bicaranya terdengar datar tetapi sorot matanya memancarkan aura membunuh kepada orang yang sedang menggenggam tanganku.
"Kak Rio.."
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments