"Oh iya, Khiana, anak Masahi yang kemarin makan malam bersama kita, menurut mu gimana?"
"Kak Kiral?"
"Ya Kiral. Bagaimana menurut mu?"
Aku menatap kedua wajah orang tua ku bergantian. Keduanya menatap ku dengan tatapan penuh harap.
"Hmm.. dia baik"
Senyum lega dan bahagia terpancar dari Ayah dan Ibu ketika mendengar jawabanku.
"Benarkan! Dia anak yang sangat luar biasa. Sebenarnya, Ayah sudah banyak mendengar kabar soal dia sejak lama dan sangat dibuat penasaran olehnya. Tapi sejak Masahi kehilangan istrinya beberapa tahun lalu, kedua Ayah dan anak itu jadi lumayan sulit di dekati."
Ah. Benar juga, Aku sempat bertanya-tanya kenapa Ibu Kiral tidak ada kemarin. Ternyata Ibunya sudah meninggal.
"Untung saja beberapa waktu yang lalu Ayah secara tidak sengaja bertemu lagi dengan dia di salah satu acara amal. Lalu kami berdua mengobrol banyak hal. Termasuk tentang kamu dan Kiral"
Ayahku berhenti sejenak. Ia menatap wajah Ibuku sebentar lalu kembali menatap ku.
"Khiana, setelah berbagai pertimbangan, Ayah, Ibu dan juga Masahi bersepakat untuk mempererat hubungan kami. Kiral adalah anak yang baik. Ayah dan Ibu yakin itu. Dan sepertinya Masahi juga menyukai mu setelah bertemu dengan mu langsung kemarin. Kami berharap agar kamu dan Kiral bisa dekat."
Deg. Ternyata benar. Mereka memang bersepakat untuk menjodohkan ku dengan Kiral.
"Apa yang Ayah dan Ibu maksud dengan dekat?" Walaupun sudah tahu apa maksud mereka. Aku tetap menanyakan pertanyaan ini. Berharap untuk mendengar jawaban yang berbeda dengan apa yang ada di bayangan ku. Walaupun sepertinya kemungkinan nya sangat kecil.
Ayah dan Ibu kembali saling bertatapan sebelum akhirnya Ibu yang menjawab.
"Ayah dan Ibu tahu kalian berdua masih sangat muda untuk ini. Kami juga sama sekali tidak ingin memaksa mu ataupun Kiral. Tapi kami sangat berharap agar kalian berdua bisa dekat dan menikah suatu hari nanti."
Aku hanya bisa menatap keduanya tanpa ekspresi. Ayah dan Ibu adalah orang tua paling hebat di mataku. Walaupun cara mereka mendidik anak-anaknya sedikit unik dari orang tua pada umumnya, tapi kami anak-anaknya tidak pernah mengeluh sedikitpun. Karena kami masih sangat dekat dan sangat merasa di cintai. Mereka berdua selalu memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Melihat mereka berdua memohon padaku seperti ini membuat ku tersentuh. Ini adalah pertama kalinya mereka mengharapkan sesuatu dari ku. Sejak kecil, Aku selalu di bebaskan mengeksplor apapun yang menarik minatku dan mereka selalu mendukung ku.
Mereka tidak pernah memarahi ku atau melarang ku melakukan apapun yang Aku sukai.
Untuk pertama kalinya Aku melihat mata mereka begitu antusias membicarakan seseorang dan meminta sesuatu dariku.
Anak mana yang tidak tersentuh jika kedua orangtuanya memohon seperti ini.
Kalau begini caranya, Aku sama sekali tidak bisa menolak.
Melihatku yang diam saja, Ibu kembali bersuara.
"Untuk sekarang kalian hanya perlu berteman saja. Kalian masih sekolah. Jangan terlalu dipikirkan. Jalani saja dulu, nanti jika kalian sudah dewasa, kalian bisa memutuskan apakah ingin melanjutkan ke pernikahan atau tidak. Ibu dan Ayah tidak bisa memaksa mu jika memang kamu tidak mau. Tapi kami harap kamu mau mencobanya"
Ah.. benar juga.. kami berdua masih sekolah. Aku tidak perlu terlalu memikirkan nya. Dan jika Aku masih di bebaskan untuk memilih apakah suatu hari Aku menginginkan pernikahan ini atau tidak, ku rasa tidak ada alasan bagiku untuk tidak mencobanya.
"... baiklah Bu, Aku akan mencobanya" jawabku akhirnya.
Kedua orangtuaku tersenyum dan merangkul ku.
Lalu, seperti tidak terjadi apa-apa obrolan kami berpindah ke hal-hal yang lebih ringan selama berjam-jam. Sampai akhirnya Aku tertidur di pangkuan Ayahku dan terbangun keesokan harinya di atas tempat tidur.
Ayah dan Ibu masih tertidur pulas di samping kanan dan kiri ku ketika aku membuka mata.
Melihat pemandangan ini membuat segaris senyuman muncul di bibirku. Mood ku tiba-tiba membaik.
Wah.. sudah lama rasanya sejak terakhir kali Aku tidur bertiga bersama mereka begini.
Lalu, tanpa membuat suara Aku turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Hoo.. liat bathtub itu.. ia seperti melambai-lambai memanggilku untuk berendam.
Maka tanpa menunggu apapun lagi, Aku menghabiskan waktuku di dalam kamar mandi sambil berendam dan bersenandung riang.
Ketika Aku selesai dan keluar, Ayah dan Ibu sudah bangun.
"Lama sekali kamu di kamar mandi. Ketiduran ya?" Ucap Ayah.
"hehehe.. habisnya sudah lama Aku tidak berendam."
"Sini sarapan lah dulu. Hari ini kamu ada acara apa?" Ibu mendorong ku ke meja dimana sudah terhidang roti, susu, dan aneka buah-buahan untuk sarapan.
Sementara Ayah menghilang di balik pintu kamar mandi.
"Hmm.. hari ini Aku harus membantu Pak Burhan sebentar di toko lalu sorenya latihan karate lagi."
Ibu mengoleskan selai kacang di selembar roti dan memberikan nya padaku.
"Baiklah akan Ibu suruh Pak Agus untuk mengantarkan mu lagi. Kamu mau langsung ke toko?"
"Tidak.. Aku harus ke kosan dulu dan mengambil baju ganti. Antar kan saja Aku ke kosan" jawabku sambil mengunyah roti. Bahkan selembar roti dengan selai kacang saja terasa lebih enak jika yang mengoleskan nya adalah Ibu ku.
"Baiklah." Ibu bangkit dan mengambil ponselnya di dekat tempat tidur. Setelah mengetik beberapa saat dia menyimpan kembali benda itu di tempat semula.
"Kapan Ibu dan Ayah pulang ke rumah?" tanyaku.
"Hari ini. rencananya kami akan mengurus beberapa hal kecil lagi sebelum pulang. Mungkin sore ini baru beres."
"hmm.."
"Oh iya, Ibu juga membawa beberapa makanan kesukaan mu dari rumah kemarin. Tapi Ibu lupa. Ini. Bagi dua dengan Rio ya."
Sekotak besar makanan tiba-tiba muncul ke permukaan meja. Aku bertepuk tangan senang melihatnya.
"Ah.. Ibu sampai tidak sempat mengobrol lama dengan Rio kemarin. Apa dia sibuk ya hari ini?"
"Kak Rio kosong kok Bu, hari minggu..
Paling dia cuman tiduran di kosan seharian"
"hahaha iya juga ya dia selalu sesantai itu di hari Minggu. Apa Ibu ajak makan siang bareng aja ya?"
"Ihhh jangan.. jangan Bu!"
"Loh kenapa?"
"Aku tidak bisa ikut. Jangan pergi makan-makan tanpa Aku"
"hahaha tapi kamu kan udah makan-makan semalam di sini."
"Enggak. Pokoknya ga boleh"
Enak saja. Aku tidak mau ditinggal sendirian sementara mereka bersenang-senang.
"hahaha baiklah. Bagaimana kalau kita berempat makan malam bersama malam ini sebelum Ayah dan Ibu pulang?"
"eh? bukannya kalian mau pulang sore?"
"ya sudah kalau tidak mau, Ibu ajak Rio saja makan siang hari ini"
"Enggak! enggak boleh! oke.. ayo kita makan malam berempat malam ini. Aku akan cepat-cepat pulang sehabis latihan" rengek ku akhirnya.
Ibu kembali tertawa melihat respon ku tapi akhirnya mengiyakan.
Hari itu, akhirnya kami berempat benar-benar makan malam bersama, tanpa gangguan siapapun.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Suri Hadassa
Buka Hati menorehkan 10 like buatmu Thor, Semangat 💪💪
Ditunggu feedbacknya ya 😊🙏
2021-05-20
1