Ramainya pasar malam memancarkan kesenangan dari wajah-wajah ceria para pengunjung nya.
Anak-anak, orang dewasa, orang tua. Semuanya berkumpul berbagi tawa dalam kesederhanaan.
Sebelum Kiral menarik ku lebih dalam ku tahan sebentar tangannya.
"Tunggu Kak, tunggu sebentar"
"Apa?"
"Kalau ada yang mengenali wajah kita gimana?"
Kiral sepertinya baru sadar juga. Tempat seperti ini sangat rawan di datangi orang-orang yang mengenal kita di sekolah.
Kiral menarik ku ke sebuah kios pedagang kecil tak jauh dari tempat kami berdiri tadi. Kios itu menjual beraneka ragam kaca mata. Kiral membeli dua. Satunya dia berikan pada ku.
"Pakai ini" Ia menyodorkan sebuah kaca mata berbingkai hitam yang tentu saja tanpa minus.
"Ah benar juga ya.. kalau pakai ini mungkin orang-orang tidak akan sadar" Segera ku pakai kacamata itu. Kiral juga memakai kacamata yang sama.
"Tapi Kak, sepertinya penampilan kita juga masih mencolok"
Bagaimana tidak. lihatlah laki-laki yang sedang bersama ku ini. Walaupun pakaian yang ia kenakan terbilang kasual, tetapi siapa pun yang melihatnya pasti menyadari perbedaan harga yang sangat kentara dari pakaian yang di pakai oleh orang-orang lain yang berada di sini.
Ia lalu menarik ku ke kios lainnya. Kini ia membeli sebuah topi hitam untuk dirinya sendiri dan sebuah syal untuk ku.
"Tutupi wajah mu dengan ini"
Yep. sepertinya ini sudah lumayan. setidaknya wajah kami tersamarkan dengan atribut ini.
Baiklah ayo kita mulai bersenang-senang.
"Kamu mau naik sesuatu?" Tanya Kiral.
Ku tatap matanya yang sedang antusias melihat hal-hal yang ada di sekitar nya.
Hahaha.. siapa sangka seorang Kiral, manusia yang terlihat memiliki semuanya ini begitu senang hanya dengan pasar malam?
"Hmm.. bagaimana kalau kita naik bianglala kak?" Aku menunjuk sebuah wahana yang lumayan banyak di minati oleh banyak orang.
Kiral mengikuti arah telunjuk ku.
"Maksud mu benda itu?"
"Iya."
Tiba-tiba Kiral terlihat seperti ragu.
"Tapi.. besinya terlihat sudah karatan. Apa tidak apa-apa kita menaiki benda itu?"
Lah kenapa dia jadi ragu. Yang duluan mengajak ku ke sini siapa?
"Bukankah Kakak tadi yang mengajakku kesini? Tidak apa-apa Kak.. lihat tuh.. orang-orang juga banyak yang naik dan wahana nya aman-aman saja. Yuk" Ku tarik tangannya mendekati wahana.
Kami membeli karcis dan mengantri. Setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya kami naik wahana ini.
Wajah Kiral sedikit pucat ketika kami bergerak ke atas.
"Apa benda ini benar-benar aman?" tanya nya.
Hmm.. kenapa Aku jadi penasaran ingin mengerjai nya ya?
Kami duduk berhadapan. Ketika posisi kami berada tepat di atas, Aku bangkit dan duduk di sebelahnya.
Wajah pucat Kiral berubah menjadi terkejut.
"Hey! Kenapa tiba-tiba pindah? gimana kalau kita jatuh?" ucapnya pada ku.
Sebelum dia bisa melanjutkan perkataannya, Aku kembali lagi ke tempat ku dan sedikit menghempaskan tubuh.
"Khiana! Jangan bergerak-gerak seperti itu"
"Hahahaha.. " Aku hanya tertawa melihat ekspresi wajahnya. Seharusnya Aku rekam wajahnya tadi. Tak ku sangka wajah yang biasanya kalem dan tanpa ekspresi itu bisa berubah menjadi seperti itu.
Selama beberapa putaran, akhirnya Kiral memegang kedua tangan ku dan menahan lutut ku agar memastikan Aku tidak bergerak-gerak lagi.
Begitu kami turun, wajah pucat nya baru kembali seperti semula.
"Aku tidak ingin naik benda itu lagi"
"kenapa? bukankah tadi itu menyenangkan?"
"Tidak. Aku tidak suka"
"Apa ini pertama kali nya Kakak naik Bianglala?"
"Kamu kira Aku ini alien apa? tentu saja tidak. Aku sudah sering naik London Eye sejak kecil"
"Ya tidak bisa di samakan dengan London Eye juga sih Kak"
"Sama saja.. mereka sama-sama Bianglala"
Ya tapi London Eye kan jauh lebih mewah dari ini.
"Kamu mau naik yang lain lagi?"
Ternyata walaupun bilang tidak suka, dia tetap penasaran dengan wahana lainnya.
Aku mengangguk dan menarik tangannya.
Kami mencoba satu demi satu dan setiap menaiki satu wahana, wajah kalem nya selalu berubah menjadi pucat pasi.
Sebenarnya dia itu menikmati pasar malam ini atau tidak sih?
Setelah menaiki hampir semua wahana. Aku mengajaknya untuk duduk di sebuah bangku.
"Hah.. capek juga ya.."
"Kamu haus?"
"Heem"
Kiral lalu membeli sebotol air mineral dari pedagang asongan.
Tak jauh dari tempat kami duduk, seorang anak sedang berdiri sambil memakan permen kapas.
Kiral menunjuk anak itu.
"Kamu lihat anak itu?"
Aku mengangguk.
"Kamu mau permen kapas?"
Aku menggeleng.
"Kenapa? bukankah itu yang dilakukan orang-orang yang sedang pacaran kalau pergi ke tempat seperti ini?"
Blush.. pipiku langsung memerah.
Pacaran? Jadi dia menganggap ini kencan?
"Hmm.. ya.. betul sih.. tapi Aku tidak terlalu suka permen kapas. Eh.. maksudku Aku suka.. tapi saat ini Aku sedang tidak ingin permen kapas"
Aku berdiri dan menarik tangannya lagi. Lalu menunjuk sebuah kios yang menjual jagung bakar.
"Dari pada permen kapas, Aku ingin itu"
"Jagung bakar? kenapa jagung?"
"Ya.. ingin aja.."
Jagung bakar lebih mengenyangkan dari pada permen kapas. Jawabku dalam hati. Tapi Aku tidak ingin mengatakan nya pada Kiral.
"Baiklah" Kami lalu membeli dua buah jagung bakar.
Sambil menikmati Jagung bakar, kami duduk di sebuah bangku yang lumayan jauh dari hiruk pikuk orang-orang.
"Kak, foto yuk?"
Aku mengeluarkan ponsel ku dari saku.
"Foto?" Tanyanya sambil kebingungan. Aku mengarahkan kamera ponsel ke wajah kami berdua.
"Heem.. yuk.. satu, dua.."
Cklik. Satu foto terambil.
"Wuah.. lumayan.. kalau di pikir-pikir, ini pertama kalinya kita selfi bareng ya Kak?"
Dari samping ku, Kiral ikut memperhatikan hasil jepretan ku.
"Iya ya?" jawabnya.
"Kalau begitu ayo kita ambil sebanyak mungkin foto malam ini"
Dia meraih ponselku lalu mengambil sendiri potret kami dalam beberapa pose. Setelah puas, kami lanjut makan jagung lagi.
"Aku tidak pernah menyangka Kakak tertarik dengan tempat seperti ini" Tanyaku.
Kiral terlihat termenung sebentar sebelum menjawab.
"Aku selalu penasaran dan iri dengan kehidupan orang biasa"
Sebuah jawaban yang tidak aku sangka akan keluar dari mulutnya.
"Benarkah? kenapa?"
Kiral melanjutkan.
"Soalnya.. kehidupan mereka sangat berbeda dengan kehidupan ku. Aku sering bertanya-tanya, mereka tidak memiliki apa yang Aku punya tapi kenapa wajah mereka selalu tersenyum. Mereka terlihat lebih hidup dengan dunia mereka yang sederhana itu"
Kedua mata Kiral berbinar saat mengatakan hal itu. Membuat ku tersenyum.
"Belakangan Aku malah terpikirkan untuk tinggal di kosan sempit seperti mu. Karena setiap kali kamu cerita soal kehidupan mu di kosan, Aku jadi tambah penasaran. Tapi, tentu saja Ayah ku tidak akan mengizinkan nya"
Sejenak, senyum bahagia ku berubah menjadi senyum kecut.
Laki-laki ini.. tidak tahu rupanya duka anak kos itu seperti apa? tentu saja yang Aku ceritakan itu hanyalah hal-hal menarik nya saja..
Andai kamu tahu Kak.. realita anak kos..
"Itu kan yang terlihat di luar saja Kak.. jauh di dalam hati orang-orang ini, mereka juga berharap bisa hidup nyaman di rumah besar seperti Kakak. Kita tidak pernah tahu kehidupan sebenarnya yang di jalani orang. Jadi, kita hanya perlu bersyukur atas apa yang kita miliki."
Kiral hanya menatap ku sambil tersenyum. Lalu mengelus kepalaku.
"Sudah makannya? sudah larut.. jam malam kosan mu pukul 10 kan. Yuk pulang"
Hari itu pun kami tutup dengan berboncengan sampai depan kosan ku
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lala
Cute!
2021-06-14
1