Aku berdiri di luar warung sambil menunggu Kak Rio yang sedang membayar makanan kami.
Langit sudah mulai menggelap. Gerimis mulai turun.
Sesaat kemudian Kak Rio keluar.
"Oh gerimis" Kak Rio menatap langit sebentar lalu bertanya.
"Kamu bawa payung?"
Aku mengangguk dan mengeluarkan sebuah payung lipat dari dalam tas.
Lalu kami berjalan beriringan di bawah payung yang sama.
Tak lama kosan Kak Rio terlihat. Sebelum Kak Rio masuk, ku pegang sedikit ujung seragamnya.
"Sebentar Kak."
"Ada apa?"
"Hmm.. itu.. sebenarnya.. tadi siang Kak Kiral mengajak ku bicara di perpustakaan"
Sorot mata tak suka terpancar lagi dari kedua mata Kak Rio. Aku tahu, agak beresiko untuk membahas hal ini dengan Kak Rio sekarang. Tapi, Aku benar-benar tak bisa menahannya lagi. Hanya Kak Rio lah satu-satunya orang yang bisa Aku percayai untuk mendengar hal ini.
Aku melanjutkan.
"Tadi, intinya dia bilang.. kalau Ayah dan Ibu.." Aku diam sebentar, tiba-tiba ragu untuk melanjutkan.
"Ayah dan Ibu apa?" tanya Kak Rio tak sabar.
"Ayah dan Ibu, menjodohkan ku dengan Kak Kiral"
"Hah!?"
"Dia bilang, Ayahnya dan orang tua kita sudah sepakat untuk menikahkan kami berdua suatu hari. Itulah sebabnya kita makan malam bersama kemarin malam. Aku juga bingung dan tak percaya saat mendengar nya tadi, tapi.. Kak Kiral menyuruhku untuk menanyakan nya sendiri kepada Ayah dan Ibu."
"Hah.. hahaha omong kosong apa lagi ini. Bocah itu paling hanya mengerjai mu. Perjodohan hahaha tidak mungkin. Orang tua kita tidak mungkin melakukan-"
"Tapi dulu Kak Raline juga di jodohkan kan? Orang tua kita menjodohkan Kak Raline dengan salah satu anak kenalan mereka di Amerika." Potong ku.
"Lagi pula, sepertinya Kak Kiral bukanlah tipe orang yang suka berbohong ataupun mengerjai orang lain."
Selama beberapa detik hanya suara gerimis air yang semakin membesar lah yang terdengar di sekitar kami berdua.
Lalu, Kak Rio kembali bersuara.
"Tolak saja" ucapnya.
"Jika memang benar mereka menjodohkan kamu dengan bocah itu, tolak saja. Dari kacamata ku, Aku bisa melihat bocah itu sepertinya akan sangat merepotkan mu di masa depan. Aku tidak tahu apa, tapi seperti ada sesuatu yang menggangu ku soal bocah itu. Dia memang cukup populer dan mengesankan dengan bakat dan kepintarannya. Tapi ada sesuatu padanya yang membuat ku kurang nyaman. Batalkan saja perjodohan nya."
Saat itu, Aku tidak tahu jika ucapan Kak Rio ini adalah pertanda bahwa memang benar akan terjadi sesuatu di masa depan.
Andai Aku bisa mengulang waktu kembali, Aku ingin berteriak kepada diriku di masa itu untuk menuruti perkataan Kak Rio.
***
Malamnya, setelah ragu untuk menelpon Ibu atau tidak, akhirnya Aku memberanikan diriku untuk memencet tombol panggil lalu menunggu sambungan telepon.
Setelah nada tunggu berbunyi beberapa kali, suara Ibu akhirnya terdengar di ujung sana.
'Halo, Khiana?'
"Halo, Bu"
'Wah wah.. baru saja Ibu mau menelepon, Kamu sudah makan nak?'
"Sudah Bu, hmm itu-" baru saja Aku akan mulai bicara Ibu ku memotong.
'Ah baguslah. Kamu tahu, Ayah dan Ibu masih ada di kota ini. Kamu mau bertemu sebentar? Ada hal yang harus kita bicarakan. Ibu sudah suruh Pak Agus untuk menjemput mu. Dia sudah di jalan sekarang. Nanti kamu menginap saja di sini. Besok kan hari minggu.'
Apa yang mau mereka bicarakan? Perjodohan?
"Oh baik Bu"
'Ok. Bersiaplah dan tunggu Pak Agus datang ya. Kita bertemu nanti di sini'
Klik. Panggilan terputus begitu saja.
Aku terdiam menatap langit-langit mencoba menerka-nerka apa yang ingin di bicarakan kedua orangtuaku.
Kalau memang soal perjodohan apa yang harus Aku lakukan? Perkataan Kiral tadi siang di perpustakaan kembali muncul di kepalaku.
'Bagiku menikah adalah bisnis. Dengan siapapun Aku menikah nanti, sama saja'
Ya. Sebenarnya sejak Aku melihat Kakak tertuaku, Kak Raline menikah karena perjodohan Aku tahu bahwa suatu hari nanti Aku juga akan berada di posisi yang sama dengannya.
Pada akhirnya menikah bagi keluarga ku yang adalah seorang pengusaha, hanyalah sebuah ajang untuk memperluas koneksi dan memperlancar bisnis.
Jika Aku melihat Kakak ku Raline, dia terlihat bahagia-bahagia saja dengan pernikahan nya. Tapi, tidak semua orang bisa seperti dia kan?
Kiral nampaknya juga bukan laki-laki yang tidak baik sih. Tapi, ucapan Kak Rio tadi juga mengganggu ku.
Akhh!!? Aku harus bagaimana? Kenapa di usia semuda ini Aku sudah harus memikirkan pernikahan? Aku hanya ingin hidup normal saja seperti gadis-gadis seusiaku!!
Tak mau memikirkan apapun lagi, Aku bangkit dari tempat tidur. Lalu membuka lemari pakaian dan mengambil celana jins serta cardigan dan memakainya.
Lalu ku sisir sedikit rambut ku dan mengikat nya tinggi-tinggi.
Tak lama kemudian, Pak Agus datang. Aku turun dan langsung masuk ke dalam mobil.
Pak Agus membawaku ke Hotel yang sama seperti kemarin. Lalu mengantar ku menuju kamar Ayah dan Ibu.
Ibu memeluk ku erat lalu menyuruh ku duduk di sofa. Dia segera mengambil sepotong cheese cake dan secangkir teh untuk ku.
Ayah sudah duduk di sofa sejak Aku datang. Aku mendekati dan memeluk nya. Kami belum sempat melakukan hal ini kemarin karena ada Kiral dan Ayahnya. Setelah melepaskan pelukan, kami bertiga duduk di sofa sambil menikmati cheese cake dan teh.
"Bagaimana sekolah mu Khiana?" Tanya Ayah.
"Baik-baik saja. Semuanya lancar." Ucapku singkat. Sesuap cheese cake masuk ke dalam mulutku. Ahh enaknya.. kapan ya terakhir kali Aku makan makanan seperti ini? sesaat Aku jadi lupa tujuan ku di panggil ke sini.
"Lalu kegiatan ekskul dan pekerjaan mu?"
"Ah iya.. Aku sedang latihan untuk turnamen karate SMA tahunan yang katanya akan diadakan dua bulan lagi. Mulai Minggu ini Aku latihan 4x seminggu. Kalau kerjaan, karena jadwal latihan ku lebih padat, Aku sudah meminta izin kepada Pak Burhan untuk masuk 2x seminggu saja dan dia mengizinkanku"
"Ah.. begitu baguslah. Beritahu Ayah kalau tanggal turnamen mu sudah di umumkan. Ayah akan mengosongkan jadwal untuk menonton mu bertanding" ucap Ayah sambil mengelus kepalaku.
Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Sebagai seorang pengusaha, Ayah dan Ibu adalah manusia tersibuk yang pernah ku kenal. Tetapi, sejak kecil setiap kali aku ikut perlombaan atau berulang tahun, mereka berdua tidak pernah absen untuk datang. Begitu juga dengan kedua kakak ku. Ayah dan Ibu selalu datang ke setiap acara penting anak-anak nya. Kami semua selalu menjadi nomor satu bagi kedua orang tua kami.
Percakapan kami mengalir membicarakan soal sekolah, karate, dan pekerjaan ku di toko.
Lalu, pertanyaan yang Aku antisipasi dari tadi akhirnya terucap dari bibir Ayahku.
"Oh iya, Khiana, anak Masahi yang kemarin makan malam bersama kita, menurut mu gimana?"
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lala
suka suka suka suka suka
2021-06-14
1