Hari Minggu ini sehabis latihan karate Aku buru-buru pulang ke kosan dan mandi. Toko Pak Burhan masih tutup, jadi seperti kemarin, Aku punya waktu luang yang sangat panjang hari ini.
Selesai mandi Aku berjalan sebentar ke kosan Kakak ku, Rio. berbeda dengan kosan ku yang melarang adanya lawan jenis yang masuk, kosan Kakak ku ini lebih fleksibel dengan tamu yang datang. Lagi pula penjaga kos nya juga mengenaliku dan tahu kalau Aku adalah adiknya Kak Rio.
Tanpa basa basi ku buka saja pintu kamar kos Kakak laki-laki ku ini.
Brak!
Pintu terbuka. Sudah ku duga dia tidak mengunci pintunya.
Penghuni kamar ini sedang terlentang di atas tempat tidur tak sadarkan diri.
Aku mendekat dan duduk di atas tempat tidur.
Plak.
Ku darat kan sebuah tamparan yang lumayan keras di pipi kanannya. Seketika Kakak ku langsung membuka matanya dan mengerjap-ngerjap.
Begitu kesadaran nya terkumpul, dia baru menyadari keberadaan ku dan langsung memaki-maki.
"Hahahaha"
"Kurang ajar kamu ya.. berani-beraninya menampar Kakak mu sendiri"
Kak Rio bangkit dan melempar ku dengan bantal.
"Habisnya tidur terus sih kerjaannya. Kerja kek, belajar kek biar produktif gitu loh"
Kak Rio kini menutup mulutku dengan selimut.
Setelah bergumul sebentar, kami berdua berhenti karena kelelahan.
Kak Rio pergi sebentar ke kamar mandi. Aku, sebagai seorang adik yang baik hati membereskan tempat tidur nya dan beberapa barang-barang yang berserakan di lantai.
Dasar. Bahkan ketika kamarnya berantakan begini pun masih bisa-bisanya dia tidur pulas begitu.
"Udah makan belum? masak mie instan yuk" ucap Kak Rio yang tiba-tiba sudah berdiri di belakang ku.
"Yuk!" Aku menyahut semangat. Entah kenapa mie instan buatan Kak Rio selalu terasa luar biasa enak. Padahal tidak ada bahan khusus yang dia masukkan. Tapi rasanya selalu spesial di lidah ku.
Kak Rio mengambil dua bungkus mie instan dari lemari. Lalu kami berdua turun ke dapur yang di pakai bersama-sama dengan penghuni kos yang lain.
"Tumben hari Minggu gini sepi Kak. Pada kemana?"
Biasanya hari Minggu begini kosan selalu ramai bukan hanya oleh para penghuni nya tapi juga teman-teman yang datang dari luar.
"Tahu nih.. semalam habis main game sampai subuh. Mungkin mereka masih tidur sekarang"
"Hmm.. pantesan ajaa.. Kakak juga ikutan?"
"Iya lah.." jawabnya cuek sambil memasukkan air ke dalam panci.
Aku membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan lainnya.
Berbeda dengan ku yang mencari uang dengan bekerja di toko, Kakak ku ini pintar di pem programan. Dia mencari uang dari dalam kamar kos nya dengan mengandalkan laptop dan koneksi internet saja.
"Bukannya belajar buat ujian, malah main game.. Aku laporin Ibu nih.."
"Laporin ajaaa.. Nilai ku dari dulu bagus terus tuh"
Aku mendelik mendengar jawabannya. Kakak ku itu walaupun pemalas, tapi otak nya encer. Sejak kecil Aku hampir tidak pernah melihat dia belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi nilai di sekolah nya selalu bagus. Bahkan dia selalu masuk rangking tiga besar di kelas.
Sungguh sebuah fenomena alam yang membingungkan.
"Udah kepikiran belum kak, mau lanjut kuliah di mana?"
"Udah"
"Serius? lanjut kemana?"
"Singapura. NTU"
"Hah? kenapa Singapura?"
"Ada tawaran beasiswa jalur prestasi di sana. Kampus nya bagus, terus dekat juga dari Indonesia. Lagi pula Kakak juga di tawari magang juga di salah satu perusahaan tekno di sana"
Aku yang sedang memotong-motong sawi sontak menghentikan kegiatan ku dan berbalik menghadap Kakak ku.
"Hah? seriusan? bahkan dapat kerjaan magang juga!? kok bisa?"
"Bisa dong.." Kak Rio hanya menjawab sambil lalu pertanyaan ku. Dasar.. menyebalkan.
Tapi tiba-tiba nadanya jadi lebih serius. Ia menambahkan.
"Perusahaan itu adalah perusahaan Ayah nya bocah itu"
bocah itu? Kiral maksudnya?
"Hah.. sudahlah.. Aku malas membicarakan soal itu. Cepat sini masukan sawi nya."
Aku memasukkan sawi ke dalam panci yang berisi mie dan telur. Woah.. perutku mulai lapar..
Sambil memakan mie instan, percakapan kami beralih ke soal perjodohan.
"Kau masih sering bertemu dengan bocah tunangan mu itu?" ucap Kak Rio dengan nada menyindir.
"Tunangan apa? kami belum bertunangan kok.."
Saat mendengar bahwa Aku mengiyakan perjodohan ini, Kak Rio adalah satu-satunya yang tidak senang dengan hal ini.
Walaupun tidak ia perlihatkan, Aku bisa melihat raut kecewa dari wajahnya. Tentu saja. Dia pasti kecewa padaku padahal sudah dengan jelas saat itu ia memperingatkan ku soal Kiral.
Tapi, Aku mencoba untuk mengabaikannya.
"Kakak sebentar lagi lulus dan tidak bisa menjaga mu di sekolah. Dengarkan perkataan ku baik-baik. Walaupun di masa depan kalian berdua ada kemungkinan untuk menikah, jangan bergaul sampai melewati batas dengan nya sampai kalian benar-benar sah. Ingat kalian berdua masih sekolah."
Nada bicara Kak Rio serius sekali. Aku mengangguk dengan sungguh-sungguh.
Ya. Kalau soal itu, Aku sudah tahu. Aku tidak akan berani sampai melewati batas seperti itu.
"Hah.." Kak Rio menghela nafas.
"Memikirkan bocah itu akan menjadi adik ipar ku rasanya memuakkan sekali.. cih.."
"kenapa?"
"Entahlah.. Kamu tidak tahu saja saat bocah itu kelas satu seperti apa. Dari sejak baru masuk ke sekolah, bocah itu sudah sangat mencolok dan mencuri perhatian banyak orang. Aku paling tidak suka dengan orang-orang yang terlalu mencolok seperti dia"
"Memang nya kenapa? lagi pula dia terkenal dengan hal-hal yang positif kan?"
"Hah! Kakak juga punya tuh hal-hal positif. Tapi tidak pernah Kakak umbar. Kakak tidak mengerti kenapa dia bisa santai saja hidup dalam keadaan seperti itu. Kamu tahu kan segila apa fans nya di sekolah? cih.. dasar.. artis saja bukan.."
"Hahaha apa Kakak iri dengan nya?"
"Kenapa harus iri? kehidupan santai Kakak jauh lebih nyaman dari kehidupan gemerlap bocah itu.. ishh.. bikin ilfil saja. Kamu tahu, seberapa kagetnya Kakak saat melihat bocah itu di malam kita makan bersama dengan Ayah dan Ibu? Kalau saja bukan karena untuk menjaga kesopanan, saat itu Kakak mending pulang saja"
Ya ampun, sebegitu benci nya kah kak Rio dengan Kiral? Aku baru tahu kak Rio sudah tidak suka dari lama.
"Eh ngomong-ngomong kak, boleh Aku tanya sesuatu?"
"Kenapa?"
"Saat itu. Saat Kakak melihat kami berdua di sekolah waktu itu, apa yang terjadi diantara Kakak dan Kak Kiral?"
"Kenapa memangnya?"
"Aku hanya penasaran"
"Kakak hanya mengobrol saja"
"Benarkah?"
"Ya.. dan sedikit menasehati dia agar tidak dekat-dekat dengan kamu"
"Ceritakan detailnya"
"Tidak mau."
"Ayolah kak"
"Tidak. Sana cuci piring" Makanan kami sudah habis. Kak Rio meletakkan sumpit nya di atas mangkuk yang kosong. Lalu berjalan kembali ke kamar nya.
"Ishhhh" dengan enggan Aku mencuci semua peralatan yang sudah kami gunakan.
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Lala
Iya jadi inget kosan wkwk kangen ngerantau
2021-06-14
1
Aisya M
Jadi kangen kosan ku wkwk
2021-06-02
2