Tak lama kemudian satu set sushi terhidang di hadapanku.
Benar juga. Saat menginap dengan orang tuaku kemarin di Hotel, Ayah menceritakan sedikit soal latar belakang Ayah nya Kiral.
Kakek Kiral, adalah orang Jepang asli. Dia menikah dengan seorang perempuan Indonesia dan di karuniai seorang putra. Putra nya, Masahi selanjutnya meneruskan perusahaan keluarga. Salah satu cabang perusahaan nya yang terkenal adalah restoran ini yang cabang nya bahkan sudah ada di beberapa negara Asia tenggara dan Jepang sendiri.
Kami berdua mulai makan. Perbedaan siomay kaki lima dengan sushi ini begitu terasa di mulut ku.
Seketika, walaupun perut ku sudah kenyang dengan siomay, selera makan ku bangkit lagi begitu sushi ini menyentuh lidah ku.
Tak kusadari senyuman muncul di bibir ku. Ketika Aku melihat Kiral menatap ku dengan tatapan penuh makna Aku baru mengubah mimik wajah ku seperti semula.
"Kamu senang sekali makan ya?" Ucap Kiral.
Aku hanya tersenyum malu.
"Saat pertama kali Aku mendengar cara orang tua mu mendidik anak-anaknya, Aku sedikit kaget. Tapi itu juga yang membuat ku penasaran. Selama ini Aku sering memperhatikan mu di perpustakaan. Kamu hanya minum susu saja setiap hari. Setidaknya walaupun kamu harus belajar menghidupi dirimu sendiri, makanlah dengan benar dan teratur"
Apa!? Jadi benar Kiral sudah sering memperhatikan ku? Selama ini, jika kami berpapasan di perpustakaan ekspresi nya selalu datar dan tidak menunjukkan tanda-tanda ketertarikan sama sekali. Ternyata dia memperhatikan ku?
"... Kakak sering memperhatikan ku? sejak kapan?"
Ekspresi wajah Kiral sedikit terkejut.
"Hmm.. lumayan lama.. Suatu hari Aku melihat kamu sedang duduk di kursi pojok perpustakaan sambil belajar dan minum susu. Besok nya Aku melihat kamu lagi di tempat yang sama. Setelah beberapa hari berlalu, ternyata Aku selalu menemukan mu di jam istirahat di kursi pojok itu. Saat itulah kamu sedikit menarik perhatian ku. Siswa mana coba yang setiap jam istirahat hanya belajar di perpus sambil minum susu kotak. Kamu unik dan berbeda dengan siswa-siswa lainnya"
Apa? Seorang Kiral memperhatikan ku sejak lama? Apa Aku bermimpi??
"Lalu.. beberapa waktu lalu, ketika Ayah ku mulai memberitahu ku soal perjodohan, entah kenapa.. Aku senang saat tahu bahwa kamu lah orang yang di jodohkan dengan ku"
Suara Kiral saat mengatakan kalimat barusan mengecil dari sebelumnya, tapi Aku bisa dengan jelas mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya.
Dia.. senang di jodohkan dengan ku?
Tiba-tiba atmosfer di sekitar kami berdua menjadi terasa canggung.
Ku teguk sedikit air lalu mulai mencari topik baru untuk dibicarakan.
"Anu.. Kak, sepertinya Aku sudah tidak pernah melihat Kakak ada di perpustakaan atau di sekitar aula olahraga belakangan ini"
Kiral terdiam sebentar sebelum menjawab.
"Ah.. Kakak mu menyuruhku untuk tidak muncul dihadapan mu selama di sekolah. Jadi Aku sengaja menghindari mu"
Kak Rio? Sudah kuduga ada sesuatu yang terjadi diantara mereka berdua saat itu.
Kak Rio agak mudah terbawa emosi. Ku harap mereka tidak sampai bertengkar.
"Apa ada sesuatu yang terjadi saat Kak Rio melihat kita berdua waktu itu?" sumpah Aku benar-benar penasaran.
Kiral tersenyum lagi. Tapi hanya salah satu ujung bibirnya saja yang naik.
"Dia.. Kakak mu itu sangat berbeda dengan mu ya? Kakak mu pemarah sekali. Dia mengancam ku jika dekat-dekat dengan mu"
Mengancam ?!
Aduh.. Kak Rio!
Lalu Kiral menaruh sumpitnya dan menatap ku penuh arti.
"Tapi, itu tidak masalah.. karena sebentar lagi Kakak mu akan lulus, lagi pula ku dengar kamu juga sudah sepakat untuk menerima perjodohan ini kan"
Aku tersedak mendengar ucapannya. Buru-buru ku ambil se gelas air lagi.
"Aku kira, kamu akan menolak perjodohan ini. Ternyata tidak. Kenapa?" Matanya menatap lurus ke mata ku. Mencari-cari sendiri jawabannya pada sorot mata ku.
"Aku rasa tidak ada salahnya untuk mencobanya. Ayah dan Ibuku sepertinya sangat bersemangat dengan perjodohan ini. Kedua keluarga juga sudah setuju. Aku juga tidak punya pacar atau semacamnya. Karena itu, Aku sama sekali tidak punya alasan untuk menolak. Lagi pula dari pengalaman ku beberapa hari ini dengan Kakak, ataupun dari cerita yang ku dengar dari orang-orang tentang Kakak, sepertinya Kak Kiral adalah orang baik"
Ekspresi wajah nya berubah seketika saat Aku mengatakan kalimat terakhir.
Apa itu? Kenapa ekspresi nya jadi begitu?
"Begitu ya? Syukurlah" Ia kembali memegang sumpit dan bersiap memasukkan satu sushi lagi ke dalam mulutnya.
"Tapi.." Aku melanjutkan.
"Aku hanya bilang akan mencobanya" mendengar hal ini tatapan Kiral kembali lurus ke kedua mata ku.
"Kita berdua masih sangat muda. Masih ada banyak waktu sebelum hari pernikahan. Orang tua ku membebaskan diri ku untuk memilih apakah Aku akan meneruskan hubungan ini sampai pernikahan atau tidak. Jadi, walaupun Aku bilang setuju sekarang, belum tentu suatu hari nanti kita akan benar-benar menikah. Untuk saat ini, Aku hanya akan mencoba untuk mengenal Kakak terlebih dahulu"
Tatapan penuh arti Kiral kembali terpasang di wajahnya.
Lalu, tanpa di duga dia tertawa.
"Hahaha.. jadi maksud mu, kamu berpotensi akan mencampakkan ku di masa depan?"
mencampakkan? apa maksudnya?
Sebelum Aku bisa merespon ucapan nya, Kak Kiral kembali berkata.
"Baiklah.. Aku mengerti apa maksud mu. Kalau begitu ayo kita coba dulu. Kita lihat bagaimana perkembangan hubungan ini kedepannya"
Lalu, dia kembali melanjutkan makannya dengan lahap.
Sampai selesai makan, kami berdua tidak mengangkat pembicaraan seputar perjodohan lagi.
Tanpa di duga, obrolan kami mengalir seperti air. Aku tidak menduga Kiral ternyata lumayan banyak bicara. Selama ini, image nya adalah seseorang yang menjaga jarak dan bicara secukupnya kepada lawan jenis. Bahkan saat makan malam dengan keluarga waktu itu, dia juga sama sekali tidak bicara sedikit pun kan.
Perlahan, sepertinya Kiral mulai memperlihatkan sisi lain dari dirinya pada ku. Walaupun kami belum lama ini benar-benar berkenalan, tapi rasanya ini adalah langkah awal yang baik bagi kami berdua.
Selesai makan, Aku diantarkan sampai ke depan kosan.
Begitu Aku baru masuk ke dalam kamar, ponsel ku bergetar. Sebuah pesan dari nomor asing muncul.
Aku membukanya.
'Cepat mandi dan tidur cepatlah malam ini. Jangan lupa kunci kamar mu sebelum tidur'
Aku tersenyum. Itu adalah pesan dari Kiral.
Tadi, sebelum berpisah dia minta nomor ponsel ku.
'Baik Kak, selamat malam' jawab ku cepat.
Dan dengan sendirinya, Aku melakukan hal yang persis di perintahkan oleh laki-laki itu.
Malam itu pun, Aku tertidur pulas dengan perasaan yang bahagia.
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
mentari
bahasanya keren..mudah dipahami,tpi kenapa likenya dikit
2021-05-29
3