Beberapa hari kemudian hari-hari ku berjalan seperti sebelumnya. Aku bahkan sudah hampir melupakan soal perjodohan.
Walau demikian, Kak Rio masih 'mengawasi' ku di sekolah. Ia bahkan mulai mengajakku berangkat dan pulang sekolah bareng. Rasanya lucu sekali karena kami tidak pernah melakukan hal itu sejak sekolah dasar. Tapi Aku sama sekali tidak merasa terganggu. Justru Aku merasa sangat senang.
Sementara itu, Kak Kiral sama sekali tidak terlihat di manapun. Biasanya kami setidaknya berpapasan di perpustakaan atau di dekat aula olahraga. Tapi sejak kejadian dengan Kak Rio, Aku belum pernah melihatnya kembali.
hmm.. sebenarnya apa yang terjadi diantara mereka berdua saat Aku tinggal waktu itu ya? Aku belum sempat menanyakan nya ke Kak Rio.
"Eh Khiana? Mau langsung pulang?" Nurul berlari menyusulku yang sudah berjalan menuruni tangga.
Bel tanda pulang sudah lama berbunyi.
"Iya.. hari ini latihan kan libur.. toko juga lagi tutup. Pak Burhan lagi pulang kampung bareng keluarga nya"
Hari ini adalah salah satu hari terlangka yang pernah terjadi dalam keseharian ku. Jarang sekali Aku bisa libur begini. Bahkan hari minggu pun, biasanya Aku akan sibuk latihan dan bekerja di toko.
"Woah.. mumpung kamu ga ada kerjaan, ikut Aku yuk" Nurul maju ke hadapan ku. Otomatis Aku menghentikan langkah.
"Kemana?" firasat ku agak kurang baik.
"Nonton pertandingan basket" saut Nurul antusias.
"Hah? Enggak ah.. males"
Pasti itu pertandingan basket sekolah ini kan. Kiral pasti ada di situ. Aku belum mau melihatnya lagi.
Aku sudah menerima perjodohan ini. Keluarga ku pasti sudah memberitahu keluarga nya. Saat ini rasanya Aku malu sekali kalau ketemu.
Aku berjalan kembali dan mempercepat langkah. Nurul mengekoriku dari belakang sambil terus mengoceh.
"Ishh.. ayok.. Khiana.. kapan lagi coba ada kesempatan buat kita main bareng.. kamu kan sibuk terus Na.. yuk!"
Memang benar sih. Nurul dan Aku hanya bertemu di sekolah saja. Selama Aku berteman dengan dia, kami sama sekali belum pernah main bareng.
Tapi kalau nonton pertandingan basket sekolah ini Aku tidak mau!
Maafkan Aku Nurul..
"Enggak ah.. kita ke kosan Aku aja yuk, nonton film" rayu ku.
"Enggak. Mending nonton basket ajaa.." Nurul tetap keras kepala dengan keinginan nya.
"Tumben deh ngajak nonton basket. Biasanya juga gak pernah"
Anak ini kenapa sih tiba-tiba merajuk minta ditemani nonton basket?
"Nah itu dia! Aku gak pernah nonton basket, makannya sekarang harus nonton basket"
Lah? Aku sama sekali tidak mengerti dengan logika berfikir Nurul.
Tiba-tiba, Nurul merajuk. Dia berjalan ke pinggir dan menghempaskan dirinya di bangku taman.
Aku mendekati nya walaupun enggan.
"Kamu tahu kan ini hari apa?" rengek nya.
Hari apa? Aku berfikir sejenak.
"Hari Sabtu"
"Ish! Bukan itu maksudnya. Iya bener emang hari sabtu, tapi ada apa di hari ini?"
Aku hanya memandangi wajah Nurul kebingungan. Memangnya hari apa?
"Hah.. " Nurul menghela nafas frustasi.
"Hari ini, adalah hari ulang tahun ku. Kamu lupa ya?"
oh iya! benar juga.. seperti nya beberapa waktu yang lalu Nurul pernah bilang kalau ulang tahun nya akan segera datang. Tapi Aku benar-benar lupa.
"Oalahh.. selamat ulang tahun Nurulll.. maaf lupa.. hehe.. "
Aku adalah tipe orang yang sering lupa dengan tanggal-tanggal penting seperti ulang tahun. Bahkan terkadang ulang tahun ku sendiri.
"Hah.. hari ini kedua orangtuaku sedang pergi keluar kota untuk beberapa hari. Mereka sepertinya juga lupa ini hari apa. Aku tidak menyangka sahabat ku sendiri juga lupa" Nurul masih belum selesai merajuk.
Nurul adalah anak tunggal yang sangat dekat dengan kedua orangtuanya. Itulah kenapa kadang sifatnya bisa sangat manja seperti ini.
Aku segera duduk di bangku bersamanya sambil merayu.
"Oke.. oke.. kalau begitu sebagai ucapan maaf, ayok.. nonton.."
Nurul menatap ku penuh semangat.
"Nonton basket?"
Aku mengangguk.
"Yes!" Nurul melompat kegirangan dan tanpa menunggu lama, ia langsung menyeret tanganku untuk pergi.
Pertandingan basket diadakan di sebuah pusat olahraga terbesar di kota ini. Jaraknya lumayan jauh.
Aku dan Nurul pergi dengan angkot. Beberapa menit kemudian kami sampai di tempat tujuan. Tak disangka walaupun ini adalah pertandingan tingkat sekolah tapi penonton yang datang luar biasa banyak. Bahkan tempat parkir pun membludak.
Dengan susah payah Nurul menyeret ku untuk duduk di bangku depan yang kosong. Ternyata Nurul bahkan sudah membeli tiket untuk kami berdua.
Sementara itu, pertandingan sudah dimulai sejak tadi.
Dari arah lapangan, Aku bisa melihat Kiral yang sedang memegang bola orange. Entah kenapa ia mudah sekali di kenali. Auranya memancar paling terang diantara pemain-pemain yang lain.
Woah.. ini pertama kalinya Aku melihat dia bermain basket. Kiral terlihat berbeda dengan jersey basket itu.
"Eh, Khiana tahu gak?" Nurul tiba-tiba menyiku ku.
"Apa?" Aku menjawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari lapangan.
"Katanya, club Basket laki-laki sekolah kita yang sekarang ini adalah yang terkuat dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. Katanya, generasi yang sekarang punya potensi besar jadi bibit pemain basket ternama. Makannya penonton nya seheboh ini dan katanya sih banyak club basket profesional yang datang untuk mengincar para pemain.. dan yang paling bikin heboh, kamu tahu gak siapa yang paling diincar?"
Aku menggeleng.
"Ketua OSIS kita. Selebriti sekolah, Kak Kiral!"
Aku tertegun dengan ucapan Nurul.
Ya Tuhan. Kenapa sepertinya Kiral memiliki segalanya ya? Dia bagaikan tokoh fiksi yang sempurna. Akademik, fisik, attitude, harta, popularitas, bahkan olahraga. Dia punya semuanya.
Aku tidak percaya diriku yang hanya remahan roti ini dijodohkan dengan seseorang se sempurna dia. Pantas saja Ayah begitu antusias ketika membicarakan soal Kiral.
Dia memang sangat menakjubkan. Siapa coba yang tidak mau punya menantu seperti dia.
Ku perhatikan Kiral yang sedang bermain di tengah lapangan dengan seksama. Bahkan Aku pun yang sama sekali tidak mengerti soal basket bisa tahu kalau permainan Kiral memang luar biasa.
Gerakannya halus. Seakan sedang menari.
Teriakan orang-orang di sekitar ku semakin menggila ketika Kiral berhasil mencetak angka. Saat itu Aku baru sadar bahwa mayoritas penonton ternyata adalah perempuan. Bahkan mereka membawa banner-banner besar dan berbagai atribut bertuliskan namanya.
Wah wah.. luar biasa..
Satu jam kemudian, pertandingan berakhir. Pemenangnya tentu saja adalah sekolah kami. Kami semua bersorak gembira meneriaki para pemain. Merayakan kemenangan. Bahkan Aku pun ikut teriak.
Tak kusangka ternyata menonton basket bisa se menyenangkan ini.
Di penghujung acara, semua pemain berkumpul di tengah lapangan dan saling membungkuk untuk berterimakasih atas pertandingan yang sudah dilaksanakan.
setelah itu, para pemain sekolah ku berjajar menghadap bangku penonton dan menunduk sekali lagi untuk memberikan ucapan terimakasih terutama kepada para pendukung.
Dan saat itulah, pandangan ku dan Kiral bertemu.
.
.
.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments