Restoran tempat ia bekerja sudah tutup beberapa jam yang lalu setelah Selesai dibersihkan.
Para pegawainya bersiap-siap untuk pulang.
Kecuali Anara yang masih betah duduk sendirian di pojokan sambil melamun.
" kamu ngapain di situ? Ayo pulang..." tegur Susi, salah satu pegawai Restoran.
" Duluan deh! aku bentar lagi.." sahut Nara.
"Yakin!? Emang nggak takut tinggal sendirian di ruangan seluas ini, serem kali!"
"Yakin...Udah pulang aja! yayank kamu udah nungguin didepan itu.."
" Terserah deh..! Aku pulang ya.!? sebaiknya kamu juga cepat pulang, diluar agak mendung, Angin juga bertiup cukup kencang, kurasa sebentar lagi akan hujan, kau akan kesulitan mendapatkan bus di cuaca ekstrim " Suci mengingatkan sebelum pergi.
Anara mengiyakan pelan.
Bagaiman bisa pulang, jika dia masih belum bisa mendapatkan uang untuk membayar Marco esok.
"Aku malu, minta pinjaman lagi ke manager, Kemarin baru ngambil pinjaman untuk Ayah berobat. Bila begini terus aku pasti akan dijadikan istri bandot tua mata keranjang itu"
Haruskah menikahi Marco sebagai jalan keluar nya? Membayangkan saja Anara merasa merinding.
Sudah tua, Istrinya banyak, gemuk, bertubuh gempal, pendek, dan berkaki pincang, di tambah sepak terjangnya yang terkenal kejam dan bengis.
Anara mendesah seraya menggelengkan kepala dengan keras.
menepis pikirannya yang melantur.
Angin mulai bertiup di luar restoran di selingi hujan yang sangat deras. Udara semakin dingin, membuat Anara menggigil.
Hujan sepetinya akan lama dan lebat malam ini
Anara melihat phonselnya,
" Sudah hampir jam dua belas malam.."
Phonsel itu terus bergetar.
Ibu berulang kali menelpon.
" Ibu pasti sedang cemas, saat ini. Biasanya jam sebelas malam sudah sampai di rumah"
" Gawat! aku harus segera pulang, jika hujan begini.
bus akan lebih cepat berhenti beroperasi..bisa-bisa aku tak mendapatkan bus terakhir.."
Anara bergerak panik.
Dia menyambar sebuah payung dan tak lupa mengunci pintu restoran.
Bus berhenti operasi jam satu malam tepat.
" Bu Anara ada lembur, ibu dan ayah tidur saja jangan menunggu Nara.."
Anara mengirim pesan.
Lalu meletakan phonselnya kembali kedalam tas.
Anara berlari menerobos hujan, tak perduli tetesan hujan sedikit mengenai bajunya.
Mengabaikan suhu dingin yang mengigit.
Jalanan semakin sepi, untungnya ada lampu lampu jalan yang menerangi, hingga dia berani berjalan seorang diri di atas trotoar yang sudah kosong.
Segerombolan pemuda melintas.
Perasaan Anara menjadi tidak enak.
"Guess, ada cewek jalan sendirian malam- malam..." Salah satu pemuda menghentikan langkah di ikuti tan- temannya.
" Kunti, kali" celetuk lainnya.
" Ngaco, kakinya napak di bumi, nggak mungkin hantu...."
Terdengar mereka tertawa trbahak- bahak, membuat
Anara semakin menciut nyalinya.
Salah satu Pemuda mendekat.
" Cantik..."
Dia berkata pada teman- temannya
" Jangan ganggu aku.." Bentak Anara.
Bau Alkohol menebar dari mulut pria- pria itu. Rupanya mereka sedang mabuk.
"Udah dibungkus, bro. lumayan buat cemilan"
" Dikira gue makanan, kali, main bungkus dan di cemil, Dasar tukang mabok" Batin Anara.
" Setuju, sikat, Lumayan kita bisa senang- senang malam ini."
Anara mulai memasang acang- acang untuk melarikan diri.
Tapi tangan ke empat pemuda itu sudah mengukung dirinya.
Anara terpojok dan mereka berhasil menyeretnya bersama.
"Tolong....Hmmmmmpppppfff"
Teriakan Anara berhenti
Mereka langsung membekap mulutnya agar tidak lagi berteriak.
"Hei, pengecut! Lepaskan gadis itu, brengsek!"
Ke empat pria yang sedang dalam pengaruh Alkohol itu menoleh.
Seorang laki- laki berbadan tegap dan jangkung berdiri di bawah temaram lampu. Hujan membasahi Pakaiannya, Jas dan dasi yang sedikit longgar. sepertinya dia tidak terlalu perduli.
" Gueess, Ada pahlawan kemalaman. Bro, mending Loe pergi,, deh! jangan ikut campur urusan kita, Nanti Loe celaka."
"Aku akan pergi, tapi lepasin gadis itu!" Bentak Pria itu tak gentar dengan ancaman para berandalan.
" Udah, Bro. Hajar! Ngapain basa- basi segala, Biar kapok! haha"
Salah satu dari mereka memegangi Anara dan yang lainnya mulai mengeroyok pemuda di bawah hujan membabi buta.
Pemuda itu sangat tangguh, meski di keroyok, mengeluarkan segala jurus dan tenaga. Tetap saja, dengan mudah pria itu mengalahkan mereka.
" Dasar Banci ! kalian hanya pria lemah hanya berani menyakiti wanita," dia mencemooh.
"Tinggalkan gadis itu, sebelum aku mematahkan semua tulang- tulang kalian."
Ke empat pria mabuk yang sudah Babak belur itu lari tunggang langgang ketakutan.
Anara bernafas lega
Keadaan sulit seperti ini sudah biasa dia jalani. Padahal biasanya dia akan waspada, tapi karena malam ini pikirannya sedang kalut, Anara malah bertemu pemuda berandalan.
Dia menghampiri pria yang sudah mepenolongnya
Anara tetegun Pria itu....
Basah kuyup.
Dan dia...
Anata merasa mengenalnya.
Jaraknya terlalu jauh dan agak gelap.
" Terima kasih, Tuan" ucap Anara
" Lain kali, hati- hati.."
katanya singkat.
Lalu, dia pergi begitu saja.
" Tunggu!" panggil Anara
Anara sangat penasaran, merasa tidak asing dengan laki- laki itu.
Mendadak hujan semakin deras di selingi angin kencang, kilat, dan guntur
" Ya ampun, Sepertinya Hujan badai... " Serunya panik perlindungan. Lupa dengan pemuda yang sedang di kejarnya
Dari kejauhan, Anara melihat sebuah bangunan ruko yang berderet dan dia berlari ke arahnya berteduh sementara waktu. Beberapa menit berlalu.
Hujan mulai reda menyisakan sedikit curah.
Anara ingat, tadinya membawa payung.
Dia menjatuhkannya saat di serang para berandalan.
"Pasti tertinggal di trotoar,"
Dia kembali ke lokasi untuk mencari payung.
Langkahnya terhenti ketika melihat sebuah mobil di pinggir jalan dan seorang pemuda yang sedang gusar, berdiri dibawah guyuran hujan dengan kap mobil yang terbuka.
Tubuhnya jangkung, gagah, memakai kemeja putih yang di gulung asal hingga ke siku.
"Dia, pemuda yang menolongku, tadi..."
Anara mendekat
" Tuan...!" panggil nya pelan.
Pria itu menoleh.
" Kamu belum pulang!?" Tanyanya Aneh.
"Kau itu, seorang gadis apa jelmaan. Malam- malam, hujan- hujanan, keluyuran sambil bawa - bawa payung.."
Pemuda itu berkata acuh sambil kembali berkerja mengotak- ngatik mesin mobilnya.
Lalu berdiri melihat Anata tanpa ekspresi.
Kini Anara bisa melihat wajahnya dengan jelas.
" Ternyata pria itu..." teringat pada kejadian restoran beberapa waktu lalu.
Ternyata dia bertemu lagi dengannya.
Pria itu berdiri dengan seluruh tubuhnya sudah basah kuyup.
Dia tidak lagi memakai jas, tersisa kemeja basah dengan lengan di gulung asal, rambut basah acak- acakan berdiri di bawah guyuran hujan,temaram lampu mendukung keadaan.
Mahluk itu teramat sangat seksi dan indah....
Air liur Anara menetes
Anara merasa dadanya sesak.
" kau sedang apa? masih suka memelototi aku?" tanyanya tiba- tiba.
Glek!
Anara menelan Salivanya,
bagai di siram air cuka, kecut.
Anara langsung berpaling,
malu hati karena perkataan Pria itu.
"Ck..sial!"
Anara mendengar dia mengumpat sambil melihat ke arah mesin mobil.
"Anu... Bolehkah, saya membantu!?" tanyanya pada pria itu
" Maksudmu..? tanya pria itu, memandang Anara dengan mata Elangnya yang tajam dan dahi berkernyit.
"Saya akan coba memperbaiki mobil Anda.."
pria itu tidak menjawab, tatapan matanya jelas sedang meragukan tawaran Anara.
Dia yang sudah mengerti segala macam jenis mesin saja gagal memperbaiki mobil itu.
Lalu seorang gadis muda menawarkan diri untuk memperbaikinya, Gadis mengerti apa soal mesin??
"" Dia meremehkan aku" batin Anara tersenyum smirk.
"Jangan bergurau, aku sedang tidak dalam kondisi ingin bergurau" Elang ketus.
Anara menggeleng
" Aku serius kurasa aku bisa memperbaikinya"
Anara meyakinkan.
" Sudahlah! Anda tidak punya pilihan saat ini. serahkan saja padaku."
Menyerahkan payung yang pegang berserta tas pada Elang.
Anara menggantikan posisi Elang membetulkan mobil model sport itu
" Kau yakin? bisa memperbaikinya, jangan sampai mobilku semakin rusak parah, karena sifat sok pintar mu itu, karena Aku yakin kau tak akan mampu membayarnya"
Anara tak menanggapi.
Karena serius bekerja.
Beberapa menit kemudian...
' Coba, hidupkan mesinnya." pintanya dengan tangan penuh oli.
Dengan wajah tak yakin Elang masuk dan menghidupkan mesin.
Ajaibnya mobil itu menyala.
"Ya Tuhan, dia hebat sekali.." Elang menatap senang dan kagum pada Anara lewat kaca depan .
Elang keluar dari mobilnya.
" kau hebat sekali" puji Elang tulus.
"Dulu, Ayahku memiliki bengkel. Aku suka datang dan sering membantunya. Memperbaiki berbagai jenis mobil, syukurlah aku mengerti sedikit soal mesin." Anata merendah.
"Oh ya, bolehkah aku minta tissue?" Anara
memperlihatkan tangan yang belepotan oli.
Elang segara mengambil tisuue dari dalam mobil serta memberikan pada Anara.
" Terima kasih.." ucap Anara kalem setelah selesai, menyerahkan kembali kotak tissue pada Elang di selingi senyum manis.
Sayangnya Elang tak membalas Bahkan tak juga berterima kasih.
Anara tidak tersinggung, sudah mengganggap sebagai balas budi atas jasanya menolong Anara saat di keroyok para berandalan mabuk.
Pemuda itu kelewat kaya dan sempurna untuk melihat senyum manis gadis miskin seperti dirinya.
Lihat saja mobil miliknya saja harga ratusan milyar.
"Anda bisa pulang sekarang" kata Anara kembali memamerkan senyumannya.
Sekilas melirik Jam
" Sudah larut, saya juga harus pulang"
Bus pasti sudah berhenti beroperasi, dia akan kembali ke Restoran Dermaga dan menginap.
Anara menjulurkan kedua tangan dengan telapak tangan yang terbuka, tanpa bicara.
Sebenarnya tanpa sadar Sejak tadi Elang tak pernah melepas tas dan payung Anara.Membawanya kemanapun dia bergerak seolah menjaganya baik- baik.
Elang mengapit kedua benda itu di ketiak, berusaha mengeluarkan dompet dari saku celana.
Dia mengambil beberapa lembar uang dengan jumlah yang cukup banyak menurut Anara, tanpa menghitung memberikan semua uang tersebut pada Anara.
" Apa ini!?" tanya Anara bingung sambil menimbang jumlah uang itu.
" Bayarannya..Bukankah kau menunggu untuk dibayar??" cibir Elang.
Anara bingung sesaat.
Lalu menggeleng cepat.
" Aku menunggu anda mengembalikan tas dan payung milikku. Anda tidak lihat? aku sudah basah kuyup begini.." jelas Anara sambil menutupi bagian tubuhnya yang mulai menerawang.
memperlihatkan bagian tubuh indahnya dibalik kemeja.
Elang mengikuti pandangan Anara.
Wajahnya membeku saat tak sengaja melihat bayangan intim bagian tubuh Anara.
" Apa yang kau lihat?" pekik Anara malu segera menutup asetnya
Wajah Elang memerah dia segera berpaling, cepat- cepat mengembalikan payung serta tas.
" Ma- maaf." Ucapnya gugup.
Elang merasa malu pada diri sendiri.
"Sebenarnya, aku butuh sekali uang ini. Apa boleh meminjam nya dulu? nanti aku kembalikan..Aku bekerja di Restoran Dermaga milik anda, Silahkan meminta Ibu Kintan memotong setengah gajiku untuk melunasinya" kata Anara tanpa jeda.
Tanpa menunggu jawaban
Anara sudah lari meninggalkan pria itu sendirian.
" Dasar gadis aneh! Bukannya dia mau pulang kenapa dia kembali ke arah dia datang?
Karena khawatir, Elang mengikuti Anara diam- diam.
Gadis itu kembali ke Restoran dan masuk ke dalamnya.
" Apa dia mau tidur sendirian di sana?"
guman Elang
"Sudah jam dua pagi...padahal aku bisa mengantar dia pulang...Tapi sudahlah! kurasa di sana juga aman."
Elang memutar kembali kendaraanya, dia juga butuh pulang dan istirahat.
"Rupanya dia..." Elang tersenyum, teringat pada gadis muda yang mengacaukan makan siangnya di dermaga.
" Astaga! bagaimana bisa aku lupa padanya? gadis itu benar-benar aneh!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Novita Sari
tak lanjut terus thoor😂
2022-09-14
0