Pria itu membawa Elang pulang ke gubuk milik Dewi. Gubuk kenangan bagi mereka bertiga.
Pria itu, Elang, dan Dewi.
Alam bawah sadar nya meminta Elang untuk bangun. Samar, Bau aroma terapi begitu menyengat menembus hidungnya
Tubuhnya juga terasa lebih hangat.
Perlahan tapi pasti kesadaran nya sedikit demi sedikit mulai kembali.
Elang pun membuka mata. Awalnya terasa berat dan semua terlihat samar dan buram.Mengerjapkan lalu menutup mata saat cahaya masuk melalui retina.
"Ah silau.." Mengerjap, Elang menutup matanya dengan telapak tangan saat cahaya masuk melalui retina.
Dia seperti baru terbangun dari mimpi panjang yang menakutkan.
Melirik ke setiap sudut ruang sempit.
Mendesah pelan saat tubuh terasa begitu lemah lunglai.
" Ibu..." Panggil Elang pelan. Setelah kesadarannya pulih dan otaknya mulai bisa berpikir jernih.
Elang anak kecil polos nan malang, menganggap semua yang ia lalui hari ini adalah mimpi
"Ternyata, Elang hanya mimpi..." katanya.Tersenyum dan
Menghela nafas lega. lalu melihat sisi sebelahnya.
" Ibu kemana? Ibu...!!" panggilnya lirih.
Bingung mencari sosok Ibu, Sebab Ibu selalu berada di ranjang reot itu Ibu tidak boleh kemana- mana sebab sedang sakit.
" ibu! Ibu!?" panggil Elang, berulang kali
Elang merasa sebuah bayangan tinggi besar mendekat ke arah ranjang.
Dia melihatnya penuh rasa takut.
"Bapak siapa!!?
Pria itu menyeringai.
"Rupanya, kau sudah Bangun!?"
Pria itu duduk di sana di sudut masih dengan senyum seringai di bibirnya.
" Kau si- siapa?" Ulang Elang semakin gemetaran.
Laki laki asing itu.
terlihat santai dengan tangan bersedekap di dada.
Firasat Elang bilang, pria ini bukanlah orang baik.
Elang tak suka padanya
dan mulai merasa tak Aman.
" Ibu..ibu...!" panggil Elang mulai panik.
Pria itu beringsut, bangun dan mendekat.
Tanpa perasaan pria itu mencengkram kuat pundak Bocah malang itu hingga membuat Elang meringis sakit. Mengunci tatapan Elang.
"Jangan sakiti aku Tuan..Ibu tolong..! sakit." Elang menangis mengiba.
"ApanKau lupa, hah!" Hardiknya dengan mata melotot.
"Ibumu sudah mati, sudah dikubur sore tadi? sudah terbaring dalam tanah... sudah jangan cengeng!!" bentaknya tanpa empati sedikit pun.
" I-Ibu meninggal!? Jadi Se- semua itu bukan mimpi?"
Elang bicara pada diri sendiri dengan berlinang air mata.
" Bohong! bapak siapa!? kalau bicara jangan sembarangan. Bapak pasti bohong! Ibu tidak meninggal, Ibu masih hidup..." Elang meratap
Laki- laki itu mengangkat bahunya acuh.
" Terserah padamu...Dasar anak bodoh! di bilangin kok ngeyel.
" Kau pingsan sore tadi di pusara Dewi. Apa kau lupa? aku yang membawamu pulang"
Otak kecil Elang memutar kembali memory beberapa jam lalu.
"Ja- jadi semuanya memang nyata, bukan mimpi, Ibuku sudah pergi...?"
Anton berjalan mendekat mengelus kepala Elang
" Ckckck...kasihan.." ejaknya. seraya menggeleng kan kepalanya.
"Rupanya kau tadi lupa ingatan..." Anton tertawa geli seolah Elang sedang melucu saat ini.
Tatapan Anton beradu dengan mata Elang yang teduh.
Anton meneliti wajah bocah itu berlama- lama. Ada binar kagum terpancar di sana.
"kau memang pantas menjadi putraku. Lihat wajahmu sangat mewarisi ketampanan ku.." ucapnya pongah.
pernyataan Anton membuat Elang terpancing.
"Si-si- siapa bapak, sebenarnya?"
"Tak perlu kaget, Namaku Anton dan aku Bapakmu.." j Anton mengenalkan diri dengan malas.
" Bapak..!?" Elang mengulang kalimat Anton. Seolah mendengar sesuatu yang aneh.
Elang dengan mata polosnya menatap Anton lama meneliti nya.
Pria itu terlihat menakutkan bagi Elang.
"Ibu bilang, Bapak sudah mati."
Anton tergelak, tertawa sampai matanya berair.
Elang sampai berpikir jika laki- laki itu sudah gila.
Sejak tadi hanya tertawa dan tertawa bahkan saat Elang bersedih dia juga tertawa.
Padahal Elang tidak sedang bergurau.
Anton masih terkekeh geli
" Ternyata kau sudah dibohongi ibumu,anak manis..."
Anton bangun dan berjalan keluar dari kamar.
"Ibumu wanita yang bodoh, aku bersyukur dia cepat mati.."
Elang menyusul dan berteriak dengan lantang
"Ibu ku bukan wanita bodoh!!! Ibu pintar dan baik!!"
" Iya..Iya.. terserah padamu" Anton mengibaskan tangannya malas menanggapi
Tapi tetap meneruskan langkahnya berdiri didepan pintu berbalik menghadap Elang.
kau mau tetap tinggal sendirian disini atau ikut pulang bersamaku?" tanya Anton.
Elang berdiam diri tatapan matanya begitu polos dan menggemaskan tapi Anton sama sekali tak tersentuh.
Lama menunggu mebuat Anton tak sabar dan dia berkata,
"ok! terserah padamu... Aku tidak akan memaksakan kehendak."
Tanpa pikir panjang, Pria itu melangkahkan pergi keluar dari gubuk. Meski sebenarnya hanya ingin menggertak.
"Tunggu..!" panggil Elang menyusul Anton.
Anton tersenyum.
Apa yang dia pikirkan terjadi.
" Bapak..E-Elang ikut bapak saja"
Anton menghentikan langkah menunggu Elang mendekat
Elang menunduk takut dengan jemari saling menaut.
Anton berjongkok mengusap kepala Elang pelan.
" Anak pintar..."
Karena tak punya punya pilihan, Elang memilih ikut Anton. Sebagai anak kecil yang masih memiliki Naluri dan rasa takut menghadapi dunia yang luas, Elang butuh orang dewasa untuk menjaganya.
Elang lupa tentang pesan Dewi sebelum meninggal untuk mencari kakeknya .
Anton begitu gembira menyambut keputusan Elang.
" Bagus, keputusan yang tepat. siapa namamu?" tanya Anton.
" Elang Dirgantara, pak.."
" Hmmmmmm, nama yang bagus dan gagah, cocok denganmu."
"Ayo lekas! berkemas sebelum malam makin larut. Ingat! bawa baju secukupnya saja jangan merepotkan aku, karena kita harusmenggunakan angkot untuk pulang ke rumahku."
Elang mengangguk dan mulai berkemas. Dia hanya membawa sebuah ransel, memilih baju terbaik yang ia miliki.
Anton menggandeng Elang, menyeret anak kecil itu bersamanya.
"Elang senang, bertemu Bapak. Tapi kenapa ibu berbohong mengenai keberadaan bapak?" tanya Elang saat mereka berada di angkot.
Anton merasa Elang cukup cerdas dan sedikit cerewet.
Anton tertawa menanggapi pertanyaan putranya.
"Kau pasti akan tahu, Alasannya, mengapa Ibu mu mengatakan demikian"
jawab Anton sekenanya di selingi senyum jahat.
perkampungan itu kumuh dan miskin.
Banyak pria- pria Tatoan tampang sangar hilir mudik
keadaanya jauh lebih buruk dari tempat tinggal Elang sebelumnya.
wanita-wanitanya, rata-rata berpakaian sexy dan minim sekali. Sepanjang jalan memasuki kampung Tak ada keramahan yang menyambut.
Kampung pemulung itu terkesan liar dan bebas tak cocok menjadi sebuah hunian untuk bocah yang sedang dalam masa pertumbuhan seperti Elang.
Jujur dalam hati Elang juga merasa takut untuk tinggal di Sana.
Tetapi dia bertekad akan beradaptasi dengan baik.
Semoga saat mengenal mereka, praduga buruk Elang bisa sirna.
Anton mengajaknya berhenti didepan rumah berdinding triplek dan anyaman bambu.
Anton mengetuk pintunya tak sabaran..
"Berisik..!!" Terdengar suara wanita melengking tinggi dari dalam.
Seorang wanita, sebaya ibu Elang dengan pakaian sangat terbuka, memakai kutang dan kain sarung keluar menyambut mereka dengan ekspresi tak bersahabat
"Punya nyali loe..buat pulang..! " Dia membentak Anton dengan mata melebar hingga hampir melompat keluar.
" Jangan banyak bacot loe! laki pulang bukan disambut malah marah - marah.." sahut Anton tak kalah ketus.
" Dasar laki pengangguran, paling juga juga kehabisan uang makanya nekat pulang.."
Wanita itu berusaha menghalangi Anton masuk kedalam rumah.
Elang melihatnya ketakutan, meski miskin dan hidup serba sulit, ibu tak pernah bersikap dan bicara kasar padanya.
Sementara kedua oranng dewasa ini justru mempertontonkan hak yang sama sekali tidak pantas.
Mereka terus berdebat hingga beberapa menit berlalu kukuh didepan pintu hingga menjadi tontonan gratis para tetangga yang berniat menonton Drama secara real
" Siapa yang loe bilang pengangguran? "
"Elo, lah! masa Gue" ketus Sri
"Jangan ngebacot,
Loe urusin aja nih bocah! Gue ngantuk mau tidur, minggir!!" Mendorong tubuh wanita itu sambil mengangsurkan Elang dengan kasar pada wanita itu.
" Nah loh ! anak siapa lagi yang loe culik..!" teriak Sri mengalahkan suara lolongan anjing tetangga malam itu.
Dia menyusul Anton cepat ke kamar.
" Siapa Anak itu?" wanita itu bertanya curiga.
Jelas merasa keberatan jika Elang ikut tinggal bersama mereka.
" Dia anak gue dengan Dewi" sahut Anton datar seolah semua itu bukan sebuah kesalahan
Sri sontak terdiam sesaat kehabisan kata. Sementara
Amarahnnya sudah mencapai ubun-ubun
" Cih! punya nyali Loe?!bawa anak perempuan² bodoh itu kerumah gue, emangnya emaknya kemana?, yang benar saja!? Nyuruh gue buat rawat anak mantan loe. otak elo udah konslet!???"
Anton menghela nafas jengkel, wanita memnag mahluk yang menyebalkan batin Elang.
" Kemarin Emaknya mati, Udah Loe ikutin aja permainannya, gue, yakin kita nggak bakal rugi bakal Rugi" kata Anton duduk bersandar di tembok
" Enak banget kalau ngomong, yang nyari makan dirumah ini gue,.ngidupin elo aja gue setengah mati,.malah loe suruh ngidupin anak loe juga" hardik Sri kesal.
" Loe bisa diam kagak!, dengerin nih ya, kita bisa manfaatin itu anak buat cari uang, gue bakal nyuruh dia ngemis dipinggir jalan, diperempatan lampu merah, atau kita bisa mengajarinya mencopet."
Jelas Anton membujuk Sri.
Sri terdiam.
wajahnya melunak.
" Gimana, loe paham sekarang..udah mendingan loe kasih makan tuh anak.
lihat aja wajahnya yang cakep kayak gue, pasti banyak orang yang bakal iba padanya."
" Iya loe ada benarnya juga..gue setuju deh, loe emang bajingan, anak sendiri aja tega loe manfaatin" kata Sri keluar kamar meninggalkan Anton sendirian.
Sri mendekati Elang, kali ini wajahnya jauh lebih ramah.
" Masuk sini," ajaknya.
Elang masuk dengan patuh
" Loe udah makan?"
Elang menggeleng pelan.
" Belum Bu,.."
" Ikut gue ke dapur ya, kita makan.."
Elang mengikuti wanita itu dengan patuh.
Dia makan dengan lahap dengan lauk seadanya yang diberikan oleh Sri.
Sri memperhatikan Elang seksama saat bocah itu menikmati makanannya.
"Bocah ini memang ganteng, kulitnya begitu putih bersih,hidung nya mancung, bibir penuh berbentuk busur panah dan merah alami, rambutnya lebat, hitam mengkilat dan lurus. Dia pasti akan menjadi pemuda tampan jika dewasa nanti.
ketampanan yang diwarisi dari Anton dan Dewi yang memiliki paras sangat cantik.
" Aku yakin jika ia mengemis pasti banyak yang akan jatuh iba. dan jika ia mencopet pasti tak akan ada yang curiga padanya. sempurna"
Sri tersenyum licik
" Ibu, elang sudah selesai."
Sri menoleh pada elang, mengalihkan pikirannya.
Dia membereskan piring dan
membawa anak itu menuju kamar kosong.
" Istirahatlah sepuasnya karena besok hari kau tak akan memiliki waktu untuk berleha leha lagi" kata Sri pada Elang.
Setelah mengantar elang, Sri kembali ke kamar nya sendiri. Dia melihat Anton tidur nyenyak menghadap tembok
" loe lihat kan? anak gue ganteng " Anton membalikan badan tiba-tiba menghadap Sri.
" Sial, gue kira loe udah tidur." umpat Sri kaget
" Anak laki-laki itu emang menuruni ketampanan gue, sayangnya gue nggak tertarik buat melihara anak. bikin repot. tapi, tetap aja gue bangga bisa nyetak anak sesempurna itu"
"Buat apa wajah ganteng ,kalau kantong kosong, ibaratnya nih, seperti Padang pasir dimusim kemarau, kering gersang,dan tandus, tak bisa menghasilkan apa-apa
Sri menyindir.
Dia merasa ketampanan Anton tak ada gunanya, tak bisa dipakai menghasilkan uang.
Selain enak dipakai diranjang.
Anton membalikan badan kembali menghadap tembok kesal pada sindiran pedas istri mudanya itu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
May Tanty
lucu juga menyedih kn
2021-05-14
0
Ara Adara ara
ngakak sendiri baca Omelan mbk Sri yg nyindir Anton🤣
2021-03-24
0