Melihat kondisi Dewi, Elang hanya bisa menangis.
" Bu, Elang panggilkan dokter ya?" bujuk Elang.
" Tidak sayang. Ibu tidak mau jauh- jauh dari Elang."
kata Dewi dengan muka pucat pasi.
Tubuhnya sudah sangat dingin.
" Tapi...Ibu tampak kesakitan
" Elang tidur saja, ibu sudah baikan" Bujuk Dewi susah sekali bicara normal dengan rasa sakit mendera.
Elang menggeleng
"Tidak! Elang tidak mengantuk , mau jagain Ibu. Ibu sakit. Ibu saja yang istirahat.."
Bantah Elang membuat Dewi tersenyum.
" kamu memang anak baik. Doakan ibu, ya sayang..."
Elang memejamkan mata d patuh, mulai berdoa dengan khusyuk.
Sesaat kemuadian dia membuka mata.
" kenapa ibu belum sembuh juga,? apa mungkin doa Elang kurang banyak Bu?." tanya Elang polos menatap wajah Dewi yang pucat.
" Bukan begitu sayang...belum waktunya saja ibu sembuh" sahut Dewi menghibur
"El, harus janji, bila terjadi sesuatu pada Ibu, El harus pergi ke rumah kakek, ya?"
" Tidak!" sahut Elang tegas
"Elang tidak mau!. Ibu nggak boleh pergi, Elang tidak mau tinggal dirumah kakek, Elang sayang ibu. Mau ikut ibu..." Elang menangis keras seraya menciumi wajah ibu.
Dewi tertegun.
" Sayang..dengar ya? Elang belum bisa ikut ibu...nanti suatu hari nanti....kita pasti ketemu lagi. Elang harus janji mau ke rumah kakek, jika tidak ibu marah pada Elang.."
Karena takut pada ancaman Dewi, Elang mengangguk dengan wajah kecewa.
Sebenarnya hati Dewi teramat sakit melihat Elang putus asa begitu.
uhuk!
uhuk!
Dewi menutup mulutnya dengan telapak tangan..
Nafas nya semakin pendek dan terputus putus dengan dada turun naik sangat cepat, mata mendelik menahan rasa sakit yang sangat hebat.
Berulang kali berusaha menghirup udara sebanyak mungkin. Padahal tadi kondisi sudah lebih baik.
" IBU...!! IBU..!!!" Elang mulai berteriak- teriak panik.
Wajah Dewi sangat pucat bagaikan kapas.
Jemari Mungil Elang tak henti menggenggam erat tangan ibu yang mulai sedingin es.
Dia ingin mengalirkan kekuatan pada wanita itu.
"Ibu...tangan ibu dingin sekali."
Dewi tak menjawab.
Uhuk..!!
Suara batuk mengalahkan suara Elang
Batuk itu tak mau berhenti, Dewi lelah sekali
Darah segar mengalir di sudut bibir.
cepat- cepat Elang menyeka
"Ibu..! Ibu berdarah..!! Elang panggil dokter ya..!!?"
Dewi menggeleng lemah.
" Tidak, Elang. Ibu sudah tidak kuat."
Elang meraih tangan Dewi dengan cepat kembali menatapnya lekat.
" Ibu harus kuat, harus kuat.." kukuhnya.
Hembusan Nafas Dewi memelan, Matanya tak lepas memandangi Elang
Ritme nafas mulai tak teratur, satu tarikan nafas terakhir, mata indah itu terpejam untuk selamanya dengan tangan menggenggam jemari mungil milik Elang.
Dewi meninggalkan dunia ini.
' IBUUUUUU.......!!" Elang berteriak
" Toloooong...! Toloooong...! seseorang tolong Ibukuuuu...!"
Elang histeris berlari keluar tak tentu arah.
memegangi sembarangan orang yang dia temui.
Tetangga mulai berdatangan ke rumah kardus milik Dewi.
Kapasitasnya tak mampu menampung semua orang.
Sebagian dari mereka hanya berdiri di luar. Sisa Tumpukan kardus bekas yang di kumpulkan menjadi alas duduk bagi mereka.
Melihat tubuh kaku Dewi mereka tahu jika wanita baik namun bernasib malang itu telah pergi untuk selamanya
" Sabar El, ibumu sudah sehat dan bahagia saat ini."
" ibu tidak sakit lagi pak?" tanya Elang polos
pria itu menggeleng
"Tidak! ibumu sudah bahagia sekarang.."
"Kita laporkan saja pada Dinas sosial biar mereka yang mengurus Jenazahnya." usul seseorang, yang kasihan pada Elang
mana mungkin anak sekecil Elang harus mengurus pemakaman ibunya.
sementara mereka sendiri juga tak punya uang.
Semua menyetujui
Setelah mendapat bantuan dari petugas Dinas sosial, akhirnya Ibu Elang berhasil di kuburkan.
Elang tertinggal sendiri di makam. Mereka sudah mengajaknya ikut pulang bersama tapi anak itu keras kepala, dia masih belum ikhlas berpisah dengan ibu.
Hingga para tetangga membiarkan dia dengan keinginananya.
Elang terlihat seperti anak kucing telantar. Pakaian lusuh, kotor, dan compang camping.
Dia terus bicara pada makam ibu,seolah ibu masih hidup
" Lihat ibu, Elang tidak menangis...Kata bapak tadi, Ibu sudah sembuh dan bahagia. Elang juga bahagia..lihat kan Bu.."
Elang sangat lelah,sejak pagi dia belum memakan apa pun.
Bukan tak ada makanan.
Tetangga cukup murah hati mengantarkan makanan untuk Elang dan Dewi.
Tapi Elang tidak merasa lapar..
lelah, lapar, jiwa yang terguncang membuat fisik Elang melemah.
Tubuhnya terkulai lemah dan pingsan di pusara.
Keadaan mulai gelap gulita
Terlalu larut dengan perasan duka. hingga tak bisa merasakan rasa selain rasa sakit dan sedih.
Sesosok tubuh tinggi dan tegap berjalan mendekati makam.
Dia berhenti tak jauh dari tubuh kurus Elang yang terbaring tak sadarkan diri.
Pria itu menatap Elang selama beberapa menit tanpa bicara.
Wajahnya datar dan mengeras.
Elang terlihat layaknya bocah pada umumnya polos dan lucu. Elang bahkan memiliki wajah jauh lebih tampan dari anak kebanyakan.
Seharusnya di bisa jatuh sayang padanya.
Tubuh kurus Elang terasa ringan saat ia
menggendong dan membawanya di dada ala bridal style.
Ada sedikit rasa kasihan dalam hati saat tubuh kecil itu berada dalam dekapan. Tapi dengan cepat, ia menepis perasaan itu
Tak ingin ada ikatan Emosi apa pun dengan bocah tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Fatma Kodja
mampir thor, ceritanya berbau bawang merah 🥲🥲🥲🥲
2022-01-03
0
Daniel Opc
👍
2021-05-13
0
Puspus
bagussss
2021-05-05
0