Seperti biasanya, Elang dan Sisi janjian untuk mengamen bersama.
Mereka berkeliling sana-sini tanpa kenal lelah. Sayangnya fisik Elang enggan diajak kompromi, Karena tidak makan sejak malam serta tak sarapan pagi membuat dia cepat kelelahan. Saat matahari makin meninggi, Suhu panas mmebuat Elang lelah dan lemas, Tubuh gemetar, Kakinya tak lagi mampu berkompromi untuk menopang tubuh.
Elang merasa pusing dan matanya berkunang-kunang.
" El, kamu kelihatan pucat dan lemas. Kamu sakit!??" Cemas Sisi, ketika sadar Kondisi Elang yang tidak normal.
Sisi menuntun Elang duduk di trotoar.
Debu dan asap menambah rasa tidak nyaman bagi Elang.
Sisi mengamati Wajah Elang dari dekat.
Gadis itu tiga tahun lebih tua dari Elang. Wajar jika Lebih peka dan dewasa dalam bersikap.
"Lebih baik kamu pulang, tidak usah kerja dulu. Kamu pucat sekali."
"Aku baik-baik saja, kak. Aku lemas karena pagi tadi nggak sempat sarapan. Setelah rehat, Bentar lagi juga pulih
Sisi tak memaksa. Dia tahu Anton akan menghukum Elang jika pulang sebelum waktunya.
Akhirnya sisi mengajak Elang istirahat di taman kota yang lokasinya tak jauh dari tempat mereka mengamen.
" Kakak belikan kamu, nasi bungkus ya?" Seraya pergi.
Tapi Elang memanggilnya cepat
" kak, tunggu!!"
sisi menghentikan langkah, "Ada apa??"
"Ini..."
Elang menyerahkan sepuluh lembar uang seribu hasil ia mengamen hari ini.
"Pakai uang kak sisi saja.." tawar Sisi
"Jangan, kak!" Elang memaksa sisi menerima uang nya, Hidup Sisi juga sulit, Elang tak ingin menambah bebannya.
" Ya sudah! kakak pergi dulu ya.."
Setelah pergi selama lima belas menit, Sisi kembali.
" Ni! Nasi bungkusnya, gimana mau kerja? lemas begitu.." Gurau Sisi.
Elang tak sabar membuka bungkusan nasi.
"Ayo, kak. Makan sama-sama..." tawar Elang meletakan bungkusan nya di tengah- tengah.
"Tidak!, aku bawa bekal kok.."
Elang tersenyum, lalu mulai menikmati makanannya dengan penuh rasa syukur.
Disela mengunyah makanan Sisi terus memperhatikan elang yang makan dengan sangat lahap. Iba sekali melihatnya.
Elang yang malang sering kali tak mendapat jatah sarapan pagi.
SIsi mengeluarkan kotak bekal yang selalu ia bawa
Mereka makan berrsmaa dengan lahapnya.
" Akhirnya, makanannya enak dan Aku kenyang sekali, kak.
" Kita ngamen lagi,Yuk!? biasanya siang begini lalu-lintas lagi padat- padatnya.. sebab jam makan siang.
Setelah perut kenyang mereka kembali mengamen.
Tak terasa hari sudah menjelang sore.
Elang mengeluarkan semua uang yang ia dapat ingin menghitung sebelum diserahkan pada Anton.
Wajahnya menjadi ketakutan, Saat tahu hasil yang ia peroleh sangat sedikit, bahkan ia
juga memakai sedikit untuk membeli makan siang tadi.
"Gawat! Bapak pasti marah, dia pasti akan menghukum ku"
Benar saja, tiba dirumah Anton sudah menunggu dimuka pintu dengan wajah seperti singa lapar.
" Mana uang hasil kerja mu?" Tanyanya dengan suara membentak, merogoh paksa kantong celana Elang.
" Apa ini? hanya segini.."
plak!
" Bocah dungu, seharian kerja cuma dapat segini??"
Elang menunduk ketakutan sambil mengelus pipinya yang ditampar.
" Ma-ma-maaaf pak..."
" Kalau cuma segini, mana bisa gue pakai taruhan??"
Elang diam. Tentu saja dia tak berani menjawab apalagi membantah
" Kudengar kau mengamen..Apa benar!??" Bertanya penuh selidik, Bagi Elang Anton terlihat sangat menakutkan.
" E-e-Elang mengamen Pak.."
Mendengar jawaban Elang, kemarahan Anton makin menjadi.
"Bocah dungu,!, gue nyuruh loe buat ngemis,nyopet, kenapa loe ngamen???"
Dia menarik kasar telinga Elang karena geram.
" Ta-tapi.... ibu bilang, ngemis dan nyopet perbuatan yang salah, Elang nggak mau" jawab bocah itu polos.
" Ibu loe udah mati, udah dimakan cacing tanah..goblok!, Emangnya siapa yang ngasih loe makan? siapa!??" hardik Anton. sambil menonyor kepala Elang.
"Elang janji, besok bakal kerja lebih giat lagi.."
Anton tertawa tiada henti, seolalmendengar sebuah lelucon yang sangat konyol
Elang bergidik.
"Masih nekat mau ngamen besok. mau ngamen lagi besok?!?, gue bilang loe harus ngemis, nyopet..bukan ngamen,.loe ngerti kagak!?? kuping loe budeg amat!?"
" Tapi...."
plak!
Tangan kekar Anton kembali mendarat di pipi.
Tubuh Elang terhuyung tersungkur ketanah.
"Ampun pak...Elang janji nggak ngamen lagi. Ampuuuun...."
Disela pukulan dan tendangan kaki Anton yang mendarat bertubi-tubi ditubuh kecil Elang.
Hampir saja dia menginjak tubuh kurus Elang, jika salah Sri tak segera datang melarai.
Elang pasti celaka.
" Loe udah gila ya? mau bunuh darah daging sendiri!?" Dia menarik tangan Anton menjauhi Elang.
Elang berusaha bangkit.
Menepis tangan Sri Anton mendekat berjongkok mensejajarkan diri dengan elang yang duduk ditanah. Dicubitnya dagu bocah malang itu.
" Aaaa..Sa-a-kit pak.." Elang terisak menahan sakit.
" Dengarin bocah,!! kalau loe kagak patuh sama aturan gue, gue bakalan jual loe keluar negeri, paham!!!"
" I-iya...Elang patuh pak"
Dengan cepat ia menjawab karena takut dengan ancaman.
" Bagus" sahut Anton sambil tertawa puas.
" Sekarang masuk kekamar, ingat tak ada makan malam buat loe.. loe dihukum..!!"
Elang langsung masuk kamar masih dengan air mata mengalir deras dipelupuk mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Listiyani
ah membayangkan nya nyesek banget
2021-03-20
0