Kintan gegas memeriksa ruang VVIP.
Dia geleng- geleng kepala melihat kekacauan yang ada di ruangan itu.
"Segera bereskan semua kekacauan itu, lalu temui aku di ruanganku"
" Baik,Bu.."
lesu Anara menjawab.
Anara hanya bisa pasrah , Selesai membersihkan ruangan khusus itu, Anara lanjut menemui kintan sesuai perintah.
" Duduklah!" pinta Kintan pada Anara
"Apa yang sudah terjadi? kenapa kacau sekali" tanyanya.
" Bu, maafkan kesalahana saya, tolong jangan pecat saya. saya khilaf." Kata Anara terbata.
" Khilaf!? memangnya kau melakukan apa? tak tahan melihat makanan enak Itu, lantas diam- diam memakan makanan pesanan mereka?"
" Bukan!?" sahut Anara.
kenapa Bu kintan punya pikiran konyol begitu?
"Aku..aku hanya menatap Pria itu" kata Anara Lirih.
" kau menatap Elang. dan pria itu mengamuk? dengan membuang seluruh makanan?"
" Bukan!?"
Ck..! Kenapa Kintan semakin aneh.
" Sabar ya, Nara..kamu pasti bisa.." Batin Anara.
" lantas kenapa? jangan bertele- tele, Nara. kau membuatku semakin pusing"
" Saat aku menatapnya aku tersandung meja dan menumpahkan semua makanan."
Jelas Anara dalam satu tarikan nafas.
Kintan langsung tertawa tertawa terbahak- bahak.
" Kenapa kau bisa seceroboh itu Sih?" tegur Kintan, setelah dia berhasil menghentikan tawa.
Anara menunduk dalam diam.
" Maaf Bu, saya tak sengaja mengagumi wajah pria tadi dia....hmmmm, sangat... "
"Tampan.." sahut Kintan cepat.
Anara mengangguk lesu.
" Bukan hanya kau yang berpikir begitu. semua wanita yang melihatnya berpikir sama."
"Dia itu pimpinan kita, pemilik restoran ini kau tahu..!?"
Anara mengangkat wajahnya lalu menggeleng.
" Apakah ibu akan memecat saya?" Anara kembali beryanya sedikit gugup.
Kintan menghela nafas.
" Tidak, aku hanya memberi peringatan saja, lain kali tolong berhati-hati, Tuan Elang bukan pria yang ramah, kau lihat sikapnya.. untung dia tak memintamu untuk dipecat."
" Baiklah Bu, lain kali saya akan hati-hati" ulang Anara lega, karena kintan memahaminya.
" Ya sudah, lanjutkan pekerjaanmu. jangan memelototi pria tampan lagi.."
Anara keluar dari ruangan Kintan dengan hati malu
" Memelototi pria tampan katanya..? Oh, Tuhan, seolah aku wanita yang haus lelaki saja.. hiks.." Anara berjalan lesu sambil mnunduk.
"Aku tidak pernah memelototi pria tampan. hanya saja, pria tadi berhasil membuat diriku sedikit teralihkan." batin Anara.
Didalam perjalanan kembali ke kantor, Elang masih tersenyum sendiri.
Shane melirik melalui kaca spion.
" Tuan.." panggilnya
Elang kaget dan langsung bermuka datar melihat Shane.
Shane tahu, Elang sedang menertawakan kecerobahan gadis pelayan tadi.
Memang lucu sekali.
Seluruh wajahnya berlepotan saos dan seekor kepiting ukuran besar menggantung tepat di dadanya mencapit erat Disana.
di tambah wajah polosnya yang terlihat lucu karena malu.
Seandainya saat itu tak ada Elang, Shane akan tertawa terbahak-bahak menikmati kesalahan konyol yang di lakukan Gadis itu.
******""""”****************"""""""********
Pagi berikutnya di dalam sebuah rumah sederhana.
Prang....!!
suara gelas pecah karena dibanting. Pecahannya berserakan dan mengotori lantai
"Hai, Pak tua!! Cepat kalian untuk membayar..!!!?" Bentak pria berambut gondrong dengan kumis tebal di atas bibirnya.
Anara memegangi tubuh lemah Ayah.
Mereka sama, bingung dan takut.
Tapi berusaha tetap tenang agar tidak makin di tindas.
Anara merasa tubuh Ayah gemetar, karena memaksakan dirinya untuk berdiri menghadapi para rentenir yang mengacau dirumah mereka.
Keluarga Anara memiliki hutang sebesar tiga ratus juta rupiah pada Marco.
Rentenir yang terkenal kejam dan tak punya perasaan.
Tak ada niat meminjam uang pada mereka jika tidak dalam keadaan sangat mendesak.
Itu terjadi saat mereka tak punya pilihan lain.
Sebuah keadaan memaksa keluarga Anara berhutang.
kini harus menanggung resiko di perlakukan kasar oleh mereka.
" Tu-tuan..ka- kami pasti akan membayar, hanya telat dua hari, biasanya putri saya juga tak pernah telat membayar." sahut Ayah, takut-takut.
" Tuan..tolong kasihanilah kami,. Ayah baru keluar dari rumah sakit. Saya janji, pasti akan membayar lunas seluruh hutang kami. Tapi tolong beri kami sedikit waktu..Saya janji Tuan.." mohon Anara.
Ayah Anara mengindap kanker darah stadium empat sehingga harus sering melakukan keumotherapy di rumah sakit.
Mereka butuh uang untuk biaya pengobatan.
Brak!!
Sebuah kursi kayu di Meja makan menjadi amukan Sang penagih. kursi itu patah Jadi dua setelah di banting.
" Jan..jangan, Tuan, jangan rusak rumah saya.." Iba Ayah menghentikan aksi pria bar- bar itu yang di bantu anak buahnya. ikut membanting dan Memecahkan barang- barang tanpa ampun..
Dimas, adik Anara yang masih kelas dua SMP memeluk Ibu agar tidak panik dan menangis.
Siapa yang tidak takut pada para preman itu.
Lelah berteriak dan marah marah pria itu duduk di Kursi dan memandangi Anara tanpa berkedip.
" Apa yang kau lakukan mengapa memandangi putriku seperti itu?" Ayah bergerak di depan Anara, menghalangi jarak pandang si kumis tebal pada Anara.
Pria itu menyeringai senang.
" Aku tahu caranya agar kalian tak perlu lagi membayar hutang pada Tuan Marco.."
Anara menatapnya pria itu curiga.
Benarkah ada cara yang masuk akal untuk melunasi hutang pada Marco?
Sebab hutang Marco itu beranak Pinak.
Setelah di bayar, hutang Anara bukan nya terlihat berkurang tapi justru semakin bertambah.
"Adakah caranya? " Tanya Anara tak yakin tapi juga pensaran.
" Kau hanya perlu menjadi istrinya, kurasa kau cukup cantik jika di poles.." Pria itu menyeringai licik.
" Tidak!!" sahut Ayah dan Ibu hampir bersamaan.
" Kami akan melunasi hutang, tapi bukan dengan cara menjual putri kami pada bandot tua itu..!" sahut ibu tiba- tiba dengan wajah tegang.
Pria itu tersenyum mengejek
" Terserah!!" Aku akan beri waktu satu malam untuk berpikir. Jika sampai besok kalian tak bisa melunasi hutang- hutang, Maka, jangan salahkan aku bila harus membawa gadis ini untuk kuberikan kepada boss. Aneh sekali! dikasih jalan mudah kalian tidak mau, jika anak gadis kalian menikahi tuan besar, hidup kalian juga pasti terjamin dan enak.."
Ucap pria itu seraya pergi dan membanting keras pintu rumah Anara.
ibu, menyonsong Anara dan memeluk gadis itu.
" Ibu tidak akan membiarkan kamu di bawa pergi oleh mereka. Kita kan menjual rumah ini, uangnya bisa kita pakai melunasi seluruh hutang." kata Ibu tiba- tiba dengan senyum tulus mengukir di wajahnya.
" Ayah setuju" ada sahut Ayah.
" Tidak!" Anara tidak setuju, jika rumah ini di jual, kita akan tinggal di mana?"
" Kita bisa tinggal di bengkel. meski sempit dan kecil yang penting hutang kita pada Marco Lunas."
" Amara tetap tidak setuju.
" Rumah ini banyak meninggalkan kenangan indah di hati kita semua. Kita masih memiliki satu hari dan satu malam untuk berdoa pada kemurahan Tuhan."
Anara akan mencari cara untuk membayar hutang.
" Ayah..bagaimana jika kita tak bisa melunasi, apakah Anara akan menikah dengan Tuan Marco itu? kita semua tahu, Tuan Marco itu seorang yang sangat mesum. Dia menikahi banyak gadis, saat dia merasa bosan pada gadis - gadis itu, Mereka akan di buang atau dijadikan gadis - gadis penghibur di klub malam Miliknya.Bahkan ada yang diperjual belikan." Ibu berkata ketakutan.
" Tenanglah Ibu... Anara tak mungkin mau dinikahi bandot tua kejam itu, Anara akan mencari cara agar kita semua selamat dari kekejaman Marco.
Anara berkata sambil memeluk Ibunya.
Cairan bening mengalir di pipi menangisi keadaan yang kurang beruntung.
" Ayah, ibu.. Dimas berhenti sekolah saja, biar bantu kakak cari uang.." ucap Dimas tiba-tiba.
" Kamu jangan melantur, Dimas, biar kakak saja yang memikirkannya, kamu fokus saja sekolah !" hardik Anara
Dimas menunduk sedih.
" Ayah sudah bilang, tak perlu bersusah payah mengobati ayah.. meski kalian berusaha sekuat apapun, Ayah tetap akan pergi, penyakit ayah sudah tak ada obatnya sayang.." Ayah.membelai kepala Anara penuh kasih sayang.
" Pengobatan itu memang tak bisa menyembuhkan ayah, tapi bisa membuat ayah lebih lama hidup bersama kami.." sahut Anara getir.
" Hidup ayah hanya menyusahkan kalian, biarkan ayah pergi saja nak..."
Dimas dan Nara segera memeluk ayah.
" Tidak ayah! Dimas masih butuh ayah, ayah nggak boleh pergi.."
" Dimas benar ayah, kami masih butuh ayah, jangan berpikir yang tidak-tidak Anara pasti akan melakukan papa pun demi ayah."
Dulu mereka adalah keluarga yang harmonis,
ayah yang penyayang, ibu yang ramah dan lemah lembut, meski sederhana mereka selalu bahagia.
Hingga leukimia merubah segalanya.
Nara berhenti kuliah dan bekerja, bahkan mereka harus terikat hutang piutang dengan rentenir terkenal dikota ini.
Hidup mereka setiap bulannya sepeti Neraka.
diambang putus asa dan kecemasan.
Marco, memiliki anak buah super kejam dan sadis.
bisa-bisa bisa nyawa mereka taruhannya jika tak mampu membayar hutang.
Tapi apa boleh buat? bila demi Ayah Nara rela.
" Ayah jangan khawatir, Anara akan mencari cara untuk melunasi hutang pada tuan Marco."
Anara tidak tahu caranya, mungkin pada akhirnya terpaksa harus menikahi pria itu.
Namun saat ini dia masih berharap akan ada keajaiban yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments