"Urus saja bocah itu agar besok kuat dan sehat. Siapa tahu, dia bisa menghasilkan uang yang banyak untuk kita." Anton membalas sindiran Sri.
Meski pun masih kecil, Elang mengerti apa yang mereka bicarakan. Juga rencana buruk mereka terhadapnya. Ternyata dia telah dibawa memasuki kandang macan bersiap untuk diterkam sewaktu- waktu bila macan itu merasa lapar.
" Ibu... Elang takut.." rintih Elang dalam hati.
Bocah kecil sepertinya mana bisa melawan? Dia hanya anak umur delapan tahun.
Elang pasrah dan berdoa, semoga cepat dibebaskan dari kedua manusia jahat itu.
Elang menjadi ragu pada Anton
Benarkah pria itu bapak kandungnya?
Kini Elang tahu, kenapa ibu merahasiakan tentang keberadaannya, Bapak. Ternyata hanya seorang pecundang memang tak patut untuk di ingat.
Dia figur yang jahat sekali.
Lelah dengan pikirannya, tanpa sadar Elang tertidur dengan memendam sedih dan rasa takut.
Pagi berikutnya.
"Ingat! makanan ini tidak gratis, Loe harus kerja buat bayar makanan yang udah Loe makan di rumah gua, paham!?." Sri meletakan sepiring nasi dan telur mata sapi dihadapan Elang dengan wajah bengis.
"Jangan malas macam bapak Loe, tahunya cuma judi dan main perempuan."
Elang mengangguk polos. meski tak mengerti semua perkataan Sri yang sama sekali tak pernah ramah padanya.
Matahari bersinar ceria, cahayanya hangat menerobos ventilasi jendela kamar yang kini ditempati Elang.
Sebuah kamar sempit yang di batasi sekat triplek.
Pagi ini, Elang bersiap memulai hari baru dalam hidupnya.
Pagi-pagi sekali, Anton mengantarnya ke persimpangan lampu merah. Seperti rencana Anton, Elangi diminta mengemis dari satu mobil ke mobil lain yang menunggu lampu merah berakhir..
" Hai! Anak baru, ya?" tegur seorang gadis.
rambutnya lurus, berkulit hitam manis.
" Iya.." sahut Elang malu-malu
Gadis itu tersenyum manis.
" Namaku Sisi. Kau siapa?"
" Elang.." menjawab pendek-pendek setiap pertanyaan Sisi.
Sisi gadis cerewet tapi ramah.
Dia langsung akrab berteman dengan Elang. Sisi gadis pengamen suaranya merdu sekali
Elang mengaguminya.
Karena merasa cocok Elang dan Sisi cepat akrab dan mereka mulai bersahabat.
" Kak... Aku ingin mengamen seperti kakak, Aku tak mau mengemis." ucap Elang suatu hari.
" Kau tak takut bapakmu marah? katamu bapakmu galak."
" Aku akan merahasiakannya, lagipula aku sudah biasa mengamen dulu, saat ibu sakit.." jelas Elang.
" Aku sih, terserah padamu saja.."
" Nanti kita ngamen sama- sama ya kak.."
Sisi mengangguk setuju.
Akhirnya tanpa diketahui Anton dan Sri, Elang mulai mengamen.
Bersama Sisi mendatangi setiap persimpangan lampu merah, tenda tenda makanan, serta taman kota, menghibur orang-orang. Suara sisi sangat bagus cocok sekali menjadi penyanyi.
Sudah sebulan lamanya Elang tinggal bersama Anton dan Sri.
Pekerjaan Anton berjudi sepanjang hari, uang yang di hasilkan Elang selalu di rampas dan dihabiskan di meja judi.
Sementara Elang sering melihat Sri, Ibu tirinya membawa laki-laki yang berbeda setiap malam menginap di kamar.
Setiap malam kamar Sri selalu sangat berisik. Elang sama sekali tidak bisa tidur nyenyak bila ada pria asing di kamar Itu.
Dindingnya yang hanya selembar triplek tipis membuat Elang sering mendengar suara decitan ranjang ,*******, serta Jeritan Erotis dari Sri dan pasangannya.
Elang tak mengerti mengapa selalu mendengar Sri menjerit- jerit kesakitan ingin sekali menolong nya, tapi takut.
Sebab yang lebih Aneh lagi, ketika pagi harinya saat keluar dari kamar, Sri terlihat baik-baik saja dan bahagia.
Elang sering bercerita pada Sisi mengenai perilaku Sri. Namun sisi menolak menjelaskan.
" Siapa bocah ini, Sri..!?" Tanya salah satu pria. Melihat bocah itu melotot padanya dengan wajah tak bersahabat.
" Anak tiri gue.." jawab Sri malas.
" Oh, anaknya Anton..?, ganteng sekali."
" Napa, Loe suka? dasar pedofil, jangan macem- macem sama anak nya Anton, bisa kelar hidup Loe"
Pria itu tertawa.
" Gue kan, cuma Nanya?, siapa juga yang ***** sama bocah laki-laki. Nggak level gue, Pisang makan Pisang. Haha.."
Pria hidung belang itu terbahak sembari menyondorkan selembar duit seratus ribuan.
"Makasih ya, Sri sayang...! puas banget gue dengan Service Loe, goyangan loe emang top Sri..." Menoel dagu Sri juga tangan menjalar kemana- mana.
Sri melirik Elang sedikit risih ketika tatapan polosnya melihat Sri aneh.
" Ish...Abang genit benget, itu ada anak tiri gue ngelihatin kita.."
"Maaf, Abang doyan nyolek- nyolek-, Dek Sri."
" Idih!...Si Abang genit. Awas ketahuan bini Loe, Bang.."
" Sial kamu! jangan sebut- sebut bini gue, dong! Alamat sial gue nanti..."
Gurau pria itu seraya berlalu meninggalkan rumah Sri dengan sepeda motornya.
Sri tertawa puas melihat selembar uang ditangan. Dia masuk rumah sambil mengipas- ngipas uang di tangan, hasil kerjanya semalam
"Liumayanlah! pagi-pagi udah dapat pelanggan."
Elang bengong melihatnya.
" Sebenarnya apa yang dilakukan perempuan itu dalam kamarnya? teriak teriak gak jelas, tertawa cekikikan, eh keluar dapat duit.. Aneh...!!"
Elang geleng geleng, lalu sibuk kembali dengan tutup botol bekas.
Tutup itu akan ia pipihkan, lalu dilubangi tengahnya dan di beri kawat serta dipasangi kayu.
Maka jadilah alat musik sederhana pendukung pekerjaan Elang.
Membeli sebuah gitar butuh uang.
Jadi dia harus kreatif.
"Hei bocah! sudah sarapan belum?" tanya Sri tiba- tiba sok perhatian.
Elang senang bukan main merasa diperhatikan Sri.
Seraya tersenyum dia menjawab penuh semangat.
Sebab tak biasanya Sri bertanya.
Biasanya Elang jarang mendapatkan makanan bila uangnya habis dirampas Anton.
Sri sudah bersiap pergi dengan baju super minim full dandanan menor.
Berdiri tolak pinggang didepan Elang.Tubuhnya menebarkan Aroma menyengat minyak wangi murahan.
Belum, Bu.."
jawab Elang tanpa ragu
Kasihan... lugu sekali bocah ini.
Padahal Sri hanya ingin mengerjai saja.
"Kalau mau makan...! cari duit yang banyak dulu, masih ingat kan peraturannya, ada uang ada makanan."
Ucap Sri tanpa iba, Sambil melenggang pergi meninggalkan Elang.
Perasaan Elang terluka melihat kepergian sosok wanita itu dengan tatapan sendu. sambil mengelus perutnya yang lapar.
Dengan menahan lapar, Elang menuju simpang lampu merah, untuk bekerja .
Meski dengan perut yang lapar Elang tetap semangat mengamen.
" Semoga aku bisa segera dapat uang, Agar bisa beli sesuatu untuk di makan" doa Elang dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Novita Sari
baru baca thor...melas😔tp aq lanjut bacaa🤗
2022-09-14
0
Sari Wong
ini novel bagus banget suka aku bacanya
2021-05-15
0
May Tanty
kasihan..aq Ampe nangis😭😭😭😭
2021-05-14
0