Pagi-pagi sekali kapal yang di tumpangi Hikmal dan Nabil merapat di pulau tujuan..
Kapten menepikan kapal di sekitar Anjungan bukit.
Menggunakan perahu karet Hikmal dan Nabil meneruskan perjalanan menuju pulau.
Tak lupa membayar kapten dengan sangat mahal, Atas jasa yang luar biasa nekat mempertaruhkan nyawa demi menolong mereka lepas dari surga dunia yang diciptakan oleh Marco.
"Hati-hati kapten. Jangan sampai rahasia ini bocor. Sebab bukan hanya kami yang akan celaka jika Marco mengetahui pelarian ini" Hikmal mengingatkan.
" Tentu Tuan. Saya pasti akan menjaga rahasia ini seumur hidup saya.
Tuan-tuan, semoga kalian mendapat keberuntungan dan hidup baru di pulau ini."
Setelah berpamitan, Kapten kapal kembali pulang ke Ibukota.
menuruni geladak kapal
Nabil melihat Elang yang masih tertidur. Hikmal menggendongnya menuruni geladak kapal.
"Bagaimana kondisi anak itu?"
Hikmal meletakkan diatas perahu karet hati- hati.
" Dia belum sadarkan diri...
Entahlah, Bil. Jika anak ini tewas, kita kuburkan saja di pulau ini."
" Hish...! kau memang suka mencari pekerjaan dan masalah.." umpat Nabil.
Hikmal terkekeh
"Jika bukan pencari masalah tak mungkin aku terlibat bersama Marco, Bil."
Nabil ikut terkekeh.
"Hatiku tak tega melihatnya, seseorang pasti menyuruh bocah ini mencopet. Gue yakin, Bos nya ada di antara orang orang yang menonton kemarin.."
"Lihat.. wajahnya begitu polos, sikapnya juga sopan dan baik, aku sempat bicara dengannya sebentar." jelas Hikmal.
Nabil ikut memperhatikan wajah Elang.
"Loe benar..Bocah ini sangat tampan. kasihan sekali, tapi bagaimana dengan orang tuanya, apa mereka tak akan mencari...?"
Hikmal menggeleng-.
"Kurasa bocah ini sebatang kara. Terbaring dalam kondisi kritis sendirian di atas jembatan. Aku tidak yakin dia punya orang tua."
"Hmmm...kau benar."
Mereka terus mengobrol santai sampai tak sadar sudah tiba di bibir pantai.
"Akhirnya, kita tiba..."
Nabil melompat dari perahu di susul Hikmal.
Keduanya mendorong perahu menepi. saat tiba dibibir pantai, melihat berkeliling dengan kagum.
Pulau itu sangat indah meski sunyi.
"Yakin, ini tempatnya?" Tanya Nabil tanpa melihat Hikmal. Dia terlihat waspada
" Kapten yang mengantar kita tak mungkin salah. Dia sudah sering datang kepulauan ini." Hikmal menyahut dengan. penuh keyakinan.
Hikmal mengeluarkan tubuh Elang, meletakkannya di atas pasir yang dipayungi Batang kelapa.
setelah itu melanjutkan mengeluarkan barang- barang dari perahu karet yang di bawa dari kota. Menyusun barang bawaan di atas pasir.
Barang-barang itu merupakan perlengkapan yang akan di pakai selama tinggal di pulau oleh Hikmal dan Nabil meletakakan rapi di sekitar tubuh Elang.
Terakhir Hikmal mengempeskan perahu karet, melipat dan menyimpannya dalam wadah agar tidak bocor serta rusak.
"Semoga pulau ini memang mengandung Emas, dengan begini kita bisa kaya.." Nabil terkekeh.
" Pokoknya! Aku tak mau bekerja dengan cara yang haram lagi"
" Tentu, Bil. Mulai sekarang kita akan menjadi penambang Emas di pulau ini..."
" Ku dengar di pulau ini, juga tinggal para penambang lain yang datang lebih dahulu daripada kita. Apakah mereka tak akan marah dengan kedatangan kita?" Cemas Nabil.
" Entahlah, kita coba saja bernegosiasi dengan mereka" sahut Hikmal.
Setelah selesai dengan pekerjaan berbenah, Hikmal dan Nabil memasuki pulau. Sebagian benda yang dibawa mereka tanam di dalam pasir, karena tak sanggup membawa semua sekaligus. Saat sudah mendapat tempat tinggal mereka akan kembali untuk mengambil peralatan yang tersisa.
Pulau itu cukup bersih, indah dan terawat.
Mereka tak menemui binatang buas. Masuk lebih jauh mereka mendapati sudah ada pondok- pondok kecil dengan Jalan-jalan setapak yang cukup nyaman yang bisa di lalui.
Kekhawatiran Nabil hilang saat beberapa pria yang berpapasan menyambut ramah mereka.
Ternyata mereka sangat bahagia bila ada orang baru yang datang ke pulau.
" Sepertinya kita diterima di sini, Bil.."
Nabil tersenyum senang dan mengangguk.
" Wah! penambang baru ya? pasti baru datang dari kota..!"
Seorang pria yang jauh lebih tua dari Nabil dan Hikmal mendekat.
Menyalami keduanya penuh semangat.
" Aku Hendro." ia mengenalkan diri.
'Pagi, Pak Hendro. Terimakasih mau menyapa kami, aku Hikmal dan ini sahabatku Nabil." Hikmal mengenalkan diri.
" Tentu saja, kita sesama pencari rezeki harus saling bersikap ramah, apalagi ditempat terpencil begini." sahut Hendro.
" Hmmmmmm..Anda benar sekali.."
Pergilah ke arah sana, kalian bisa membangun pondok serta berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menunjuk pada sebuah lahan yang cukup luas, namun masih dipenuhi ilalang dan semak belukar.
"Perlu kerja ekstra keras membersihkannya. Banyak sekali rotan yang menjalar kemana-mana." jelas Hendro seraya terkekeh.
" Anda benar pak.." Nabil sambil mengamati lahan itu.
Lalu Hendro menjelaskan juga, jika kapal-kapal yang membawa kebutuhan pokok ke pulau hanya datang tiga hingga empat bulan sekali. Jadi mereka di anjurkan untuk kreatif dan rajin bila ingin tetap hidup dipulau ini.
Hikmal dan Nabil dengan sungguh-sungguh mendengar penjelasan Hendro
" Kalian membawa anak kecil?" Melihat Elang yang belum sadarkan diri dalam gendongan Nabil.
" Oh, ini putra saya pak." Bohong Hikmal.
"Istri saya sudah meninggal, jadi terpaksa membawa putra saya kemana pun saya pergi."
Hendro manggut-manggut.
" Kasihan sekali.." membelai kepala Elang.
" Hati-hati nyamuk malaria bisa mengigit nya."
Hikmal mengucapkan terima kasih atas perhatian Hendro.
Setelah beristirahat, serta sarapan makanan kaleng yang mereka bawa, tak lupa menawarkan beberapa pada hendro, mereka dituntun hendro mencari kayu untuk membuat pondok sebagai tempat tinggal mereka.
Sore menjelang mereka baru menyelesaikan Rangka, lantai dan atap.
Disela bekerja tak lupa Hikmal mengobati Elang dengan menggunakan dedaunan yang ia dapat dihutan,Serta obat yang dibawa dari kota.
.
Elang mulai sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
zudith
ini novel keren loh, knpa sdkit yg like nya
2022-06-09
0