Helikopter yang di kendarai Elang mendarat mulus di lapangan Khusus Helipad yang di bangun di atas lahan pribadi dengan luas puluhan Hektar di sebuah daerah pinggiran kota.
Dengan hati sedikit berdebar, Elang turun dari dalam Helikopter itu.
netranya menyusuri lapangan hijau itu.
Dia melihat sebuah Rumah bak istana berdiri Kokoh beberapa ratus meter tak jauh dari lapangan.
Elang berdecak kagum dalam hati.
Tidak menyangka jika dia pemilik rumah mewah itu.
Dua laki- laki beda generasi menyongsong, bersama menyambut.
" Selamat datang, Tuan Elang dirgantara. Perkenalkan, saya Shane Alkan, putra Hendro. Mandor tambang yang bekerja di pulau bersama Ayah dan paman Anda. Saya adalah Asisten utama yang diangkat oleh Tuan Hikmal dan Nabil untuk mengurus seluruh perusahaan yang anda miliki di kota."
Shane menundukkan kepala untuk menghormati Elang.
Elang tersenyum, Seorang pemuda tampan masih muda mungkin usianya sebaya dengan Elang.
" Saya, Akihino Takashi, Tuan. Penanggung jawab rumah tangga sekaligus yang mengurus semua keperluan anda dan properti di lahan ini."
Seorang pria paruh baya. Pertengahan 50 tahunan, berpakaian rapi, kemeja putih, dasi kupu- kupu, dan celana panjang bahan hitam, ikut mengenalkan diri.
" Terima kasih. Tuan Shane dan Tuan Akihino, karena sudah mau repot menyambut saya..."
"Tidak perlu sungkan, Tuan muda. Sudah kewajiban kami untuk melayani anda." sahut Shane cepat.
Tuan Akihino memerintahkan supir untuk mengangkat barang bawaan Elang dan membawanya ke sebuah mobil sedan Mercedez Benz yang terpakir tak jauh dari lapangan HeliPad.
Sebuah ransel berisi beberapa helai pakaian yang sengaja Elang bawa dari pulau.
Mobil itu berhenti di teras dan Elang di bawa memasuki rumah yang sangat megah itu.
Pelayan berseragam Abu-abu sudah bersiap menyambut sejak awal, mereka berdiri berjejer tegak di depan pintu utama. Hino mengenalkan mereka satu persatu sampai menyebutkan tugas mereka masing- masing...
Meski tak terlalu penting, Tapi Elang tetap merekam baik- Baik dan berusaha menghafal orang- orang yang bekerja di rumahnya yang berjumlah sekitar tiga puluh orang itu.
Wajar tentunya memiliki banyak pekerja rumah tangga, Rumah yang di dirikan Hikmal dan Nabil luasnya sudah bagaikan hotel saja.
Elang sendiri di buat terkagum- kagum begitu melihat Rumah tersebut.
Benar- benar bagai memasuki sebuah Istana.
Jauh sekali berbeda dengan rumah di pulau.
Elang berandai- andai.
Jika saja Paman dan Ayah mau menempati menikmati semua ini.
Sayangnya mereka lebih bahagia hidup di pulau secara sederhana dan bebas.
Elang tak pernah bermimpi dirinya bisa memilki semua ini. Mengingat bertapa miskinnya dirinya dan ibu dulu...
Ayah dan pamannya benar- benar pria yang tulus dan baik hati
🔥🔥🔥🔥
Kabar baik beredar di perusahaan Eagle Big Land Group (EBL Group)
Pemimpin Utama EBL akan datang dan mulai memimpin perusahaan secara langsung.
Akan diadakan pesta penyambutan yang sangat meriah.
Kantor utama yang akan di tempati pimpinan mulai berbenah mempercantik diri.
Di pasangi umbul- umbul dan spanduk.
Bendera- bendera berlambang perusahaan berkibar di seluruh sudut halaman dan taman.
Semua orang yang terlibat merasa sangat antusias.
Setelah Selama hampir dua puluh tahun perusahaan berdiri, baru kali ini mereka akan dipimpin dan bertemu secara langsung dengan sang pemilik.
Bos besar yang selama ini hanya dikenal lewat nama dan sepak terjangnya yang tegas dalam mengelola perusahaan.
Pimpinan yang di rindukan kehadirannya karena telah mendirikan perusahaan EBL group dan mampu bertahan dan terus melebarkan sayap hingga ke luar Negeri.
Rencananya akan ada jamuan makan mewah bagi seluruh karyawan dan para tamu undangan.
Akan ada souvernir dan door prize mewah.
Akan ada perhargaan bagi karyawan yang berprestasi.
Oleh karena itu, semua orang sangat bersemangat menantikan hari itu.
Seluruh eksekutif dan staff tinggi perusahaan memakai Jas dan dasi sudah menunggu di Lobby perusahaan.
Untuk menyambut sang Pimpinan baru.
Elang tentunya akan di dampingi Shane, Asisten utama Kepercayaan Hikmal dan Nabil.
Saat mengikuti keseluruhan acara.
Meski di pandangan orang- orang dia terlihat tenang tapi sebenarnya
Elang sangat gugup.
Dia terus meyakinkan diri, bahwa dia sudah terlihat gagah dan sempurna.
Jas dan kemejanya mahal yang ia kenakan sudah di setrika khusus dan rapi bahkan ia memakai sepatu mahal sudah disemir oleh Hino sampai licin dan mengkilap.
Apabila ada Seekor nyamuk nekat maka akan tergelincir bila mendarat di sana.
Elang memutuskan memakai kacamata hitamnya memasuki Lobby. Tak ingin ada yang melihat matanya yang tidak fokus.
Done. Semua sempurna
"Tuan..."
Shane menegur Elang.
Ketika Elang ragu- ragu turun dari Kendaraannya.
Padahal Shane sudah membuka pintu lebar.
Shane adalah putra Hendro, Mandor tambang yang di kenal Hikmal dan Nabil saat awal datang ke pulau.
Elang menghembuskan nafasnya mengusir gugup
"Thank you, Shane.."
Elang melangkah Turun dari Mobil dan memasuki Lobby dan langsung mendapat sambutan hangat.
" Wowww! tampannya."
" Masih muda ternyata...."
"Ya Tuhan...apakah aku sedang tidak berhalusinasi, Dia malaikat atau dewa? Ah tolong...! jantungku akan meledak"
Para Eksekutif wanita mulai berbisik- bisik membicarakannya .
Dengan penuh keyakinan Elang memasuki
Aula yang sudah di siapkan sebagai tempat Acara utama.
Kembali dia mendapat sorotan dari para karyawan, yang tidak menduga Pimpinan utama EBL Group masih sangat muda.
Elang diminta memberi sambutan di atas podium.
Saat itulah ia mengumumkan tentang kematian kedua Orang yang sudah merawatnya sedari kecil.
Mata Elang sempat berkaca- kaca karena menahan luapan kesedihan.
Para eksekutif perusahaan banyak yang kecewa, Saat mengetahui kabar duka cita yang di bawa Elang.
Karena tak sempat bertemu dengan Hikmal dan Nabil secara langsung.
Meski memimpin perusahaan dari jauh,kepemimpinan keduanya sangat bijaksana, selalu memperhatikan kesejahteraan pegawai dengan baik dan adil.
Sebenarnya bukan mereka tidak pernah bertemu dengan Hikmal atau Nabil
Mereka saja, selama ini, tidak mengenali kedua petinggi perusahaan itu.
Padahal, setiap awal bulan, Hikmal dan Nabil rutin datang ke perusahaan- perusahaan miliknya
tapi hanya dengan penampilan nyentrik dan sederhana.
wajar jika tak ada yang mengenali mereka, kecuali sebagian kecil dari mereka.
Tepuk tangan bergemuruh setelah Elang selesai.
Pembawa acara melanjutkan sesi acara selanjutnya
Sedangkan Elang mulai mencoba mengakrabkan diri dengan wakil- wakilnya dan general manager, kedepannya akan membantu Elang mengelola semua usaha yang di rintis oleh ayah dan Paman.
Elang punya Rencana akan melakukan sidak pada seluruh perusahaan.
Selesai dengan protokol penyambutan, Shane Mengantarkan Elang berkeliling Kantor utama yang berupa gedung tiga puluh lantai.
Untuk menyapa staff, para manager dan seluruh pegawai.
Seharian ini akan di habiskan Elang untuk mengenal seluk beluk kantor.
Rasa gugup memenuhi rongga dada, pertama kalinya Elang berhadapan langsung dengan banyak orang asing.
Elang memang tak suka keramaian, dia mencoba menyembunyikan rasa gugup dengan sikapnya yang dingin tak banyak bicara.
Berbagai bentuk penghormatan dia terima.
Bahkan ada yang memberikan Elang sebuket bunga dan coklat.
Elang di bawa berkeliling, Tak ada yang menyangka jika pimpinan EBL Group masih muda dan tampan.
Dalam sekejap
Elang pun menjadi topik hangat yang di perbincangan di antara sesama karyawan wanita yang terpesona padanya.
Elang benar-benar menjadi bintang yang bersinar di perusahaannya sendiri.
Beberapa hari kemudian Elang mengadakan rapat dengan seluruh bawahan yang berkepentingan.
Elang tahu, banyak di antara mereka yang meragukan kemampuannya untuk memimpin perusahaan yang di rintis Hikmal dan Nabil.
Selain usia yang masih muda, kurang pengalaman, serta asal-usul Elang yang berasal dari pulau terpencil membuat petinggi perusahaan meremehkannya.
Baiklah, Elang hanya perlu menunjukan kemampuannya pada semua orang.
Wajar jika mereka meremehkannya.
Selama ini Elang tak pernah terlibat dalam manajemen perusahaan.
Dia hanya bekerja di saat di butuhkan.
Saat kondisi perusahaan terdesak atau saat Hikmal dan Nabil membutuhkan saran dan masukan ketika mendirikan sebuah perusahaan baru, saat itulah Elang menunjukan kemampuannya.
"Kumpulkan semua berkas- berkas penting dari setiap perusahaan di bawah Naungan EBL, aku ingin memeriksa semuanya"
" Baik, Tuan.."
Shane melihat sekilas pada Elang.
Pria itu terlihat sangat dingin dan tak banyak bicara. Sungguh berbeda dengan sosok Hikmal dan Nabil
Elang mendongak sadar sedang di perhatikan oleh Shane
" Ada apa?" tanya Elang tiba- tiba menyadarkan Shane dari pikirannya
Shane lebih tua lima tahun dari Elang.
"Maaf...saya melamun. akan segera Aya lakukan sesuai petunjuk anda.Tuan"
Shane bergegas keluar sambil menghela nafas.
sungguh dia merasa gugup bila berhadapan dengan lelaki itu.
Dia mulai meminta staff dan manager perusahaan- perusahaan EBL mengirimkankan fail perusahaan ke pusat.
Hanya dalam waktu satu jam semua berkas sudah memenuhi meja Elang.
" Tuan, apakah anda ingin makan di suatu tempat? atau ingin saya memesankan sesuatu untuk makan siang? " tanya Shane setelah masuk ke ruangan Elang.
Karena jam makan siang sudah lewat sekitar satu jam yang lalu, tapi Elang belum juga berhenti memeriksa berkas- berkas yang menggunung di atas mejanya.
Elang melirik Jam yang melingkar di pergelangan tangan.
" Pesankan tempat di restoran seafood yang enak.."Pinta Elang. Dia memang sangat mengemari makanan laut.
" Baiklah Tuan."
Shane menghubungi sebuah restoran seafood yang sangat terkenal untuk memesan tempat.
Saat dalam pejalanan menunju restoran, mereka melewati beberapa persimpangan Lampu merah yang mengingatkan Elang pada kenangan masa kecilnya.
Sosok Kecilnya yang sedang mengamen bersama seorang gadis cilik bersuara merdu.
Sisi, Gadis berkulit hitam
manis yang baik hati.
Yang selalu membantu Elang saat lapar dan sakit.
Meski usianya tiga tahun di atas Elang. tapi tubuhnya yang mungil membuat dia terlihat jauh lebih muda dari umur yang sebenarnya.Bibir Elang tersenyum mengenang sahabatnya
"Kenapa dulu, aku tidak pernah bertanya tentang tempat tinggalnya."
Elang mendesah kesal
"Sisi...dimana kamu sekarang?
" Maaf apakah Tuan tidak nyaman karena terus terjebak oleh lampu merah?"
Tiba- tiba Shane bertanya Karena terus melihat Elang mendesah seolah sedang kesal.
" Shane, bisakah kau membantuku mencari seseorang yang hilang...??"
Elang melihat Shane dari kaca spion yang memantulkan wajah Shane.
Shane sedikit terkejut Saat Elang membuka suara, Pasalnya sejak dari kantor mereka sudah berdiam diri sepanjang jalan.
" Tentu, Tuan...saya bisa mencobanya.."
" Dia adalah teman masa kecilku.."
" Saya akan segera mencari setelah mendapat data-data."
Elang mengangguk.
" Aku hanya memiliki sedikit info mengenai dirinya. kuharap kau bisa menemukan nya secepat mungkin.
" Baiklah.."
Sahut Shane singkat
Mereka tiba di Restoran Seafood.
Restoran itu terletak di pinggir pantai yang berhadapan langsung dengan laut.Letaknya tak jauh dari Dermaga.
Dari Restoran mereka bisa langsung melihat laut lepas. Kapa- kapal besar yang berlabuh serta kumpulan Boat dan perahu nelayan aneka bentuk dan rupa.
Tiba di depan Pintu seorang Wanita cantik memakai blazer dan rok sebatas Lutut menyambut Ramah kedatangan Elang dan Shane.
"Nona Kintan Salsabila, pengelola sekaligus manager restoran Seafood EBL" Jelas Shane mengenalkan wanita itu pada Elang.
Elang hanya melirik sekilas dibalik kacamata hitam yang membingkai matanya dia melihat jam sebentar.
"Aku sangat lapar, bisa kita langsung menuju tempat yang sudah di pesan?"
Tanya Elang mengabaikan uluran tangan Kintan yang ingin bersalaman dengan Nya.
" Baik, Tuan" Ujar Kintan kecewa.
Shane dan Elang di antar memasuki ruangan VVIP Restoran.
Kintan mulai menjelaskan menu terbaik yang di miliki restoran,
agar Elang bisa memilih yang dia sukai dari seluruh menu yang di sediakan.
"Cukup!." Elang langsung menghentikan suara Kintan.
" Berikan saja yang sudah ada. Aku akan memakan apa pun dari menu yang ada di restoran asalkan tidak beracun dan haram"
" Apa saja..Tuan?" Tanya Kintan seolah tidak mendengar.
Elang tak menjawab tapi mengibaskan tangannya mengusir Kintan pergi.
Shane hanya bisa menghela nafas menggelengkan kepala melihat sikap Bosnya yang acuh tak acuh itu.
Padahal Kintan sangat cantik. Dan Shane yakin kintan sedang berusaha menarik perhatian Elang tadi.
Sebelum pergi Kintan melirik Elang sekilas, Pria itu sedang menatap lurus keluar dinding kaca dengan mata menerawang.
Dinding itu langsung menghadap ke arah laut biru dengan pasirnya yang halus dan putih.
Nun Jauh di sana, di sebrang laut itu terdapat sebuah pulau kecil yang amat dia rindukan.
Dia hanyut bersama Kenangan bahagia selama berada di pulau itu.
Kintan keluar dengan wajah Jengkel dan bersungut- sungut kesal.
" Huh! sombong sekali, ganteng sih, tapi Sikapnya itu bikin orang naik pitam."
Kintan sudah pernah bertemu Elang sebelumnya, saat acara penyambutan di gedung EBL group.
Dia termasuk salah satu wanita yang punya niat
ingin memikat hati seorang Elang Dirgantara.
Pimpinan EBL Group.
Selain tampan dia juga kaya raya. Sebagai manager restoran yang bernaung di bawah perusahaan Elang, Kintan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu sang Pimpinan tampan.
Hari ini kesempatan pertama itu datang. Tapi Kintan malah menuai kecewa
Sikap Elang yang dingin membuat Kintan tak tahu harus bersikap bagaimana.
"Ibu terlihat sangat kesal? Ibu baik- baik saja?"
Melihat Wajah Kintan yang masam setelah keluar dari Ruang Vvip, salah satu pegawai Kintan menegurnya.
Kintan tidak menjawab. Tapi justru memberi Perintah pada pegawai itu.
"Tolong kamu layani kedua pria yang ada di ruang Vvip, berikan mereka menu terbaik yang ada di restoran kita." ujarnya.
Anara mengiyakan meski merasa aneh, dengan sikap Managernya yang biasanya Kintan ramah tamah.
"Tapi, Bu. Ada beberapa menu favorit di restoran ini, saya harus menyajikan yang mana?"
" Terserah kamu, katakan pada koki untuk memasak menu terbaik restoran, aku tak mau nanti dipecat bila dia kecewa".
" Baik Bu.."
" Aku mau istirahat di ruanganku sebentar, kepalaku pusing.Dan tolong katakan pada Koki nggak pake lama" tegas Kintan sebelum pergi
Meski ragu, Anara segera meminta koki menyiapkan makanan.
Dia tidak ingin pelanggan khusus itu menunggu.
Tadi Manager bilang takut di pecat berarti tamu itu memang istimewa karena bisa memecat seorang Kintan Salsabila.
Dengan jantung berdegup kencang, Anara masuk ke dalam ruang VVIP.
Membawa nampan berisi kepiting saus asam manis, Cumi bakar dan Lobster goreng ukuran jumbo.
semua dimasak secara Khusus oleh Cheff terbaik Restoran.
Dengan hati-hati meletakkannya dihadapan Elang dan Shane.
Mata Anara sempat melirik sekilas kearah Shane yang tersenyum ramah ketika mengucapkan terimakasih.
Sedangkan pria satunya hanya melirik sekilas ke arah makanan yang Anara hidangkan. Lalu berpaling malas pada Anara.
Anara langsung terpukau ketika melihat wajahnya secara utuh.
Wajahnya yang terbingkai sempurna,Matanya yang memiliki tatapan dalam dan tegas di naungi bulu mata lebat nan lentik,hidung mancung, bentuk Bibir yang penuh dan merah alami, di bungkus Kulit yang putih mulus,dengan rahang yang kokoh dan indah.
Anara belum pernah melihat ada pria sempurna seperti dia di dunia nyata, kecuali di televisi.
Pria itu sepertinya sudah kenyang hanya dengan melihat pemandangan di luar Restoran.
Matanya yang berwarna kecoklatan terus aja melihat lautan. Seolah menunggu sesuatu muncul dari dalamnya.
Anara meletakan Nampan di dada
" Selamat menikmati makanannya, Saya pamit, Tuan?" Dengan mata tak lepas memandang ke arah Elang.
Sungguh pria yang beruntung, sudah kaya, ganteng berkuasa lagi" batin Anara
Rasa iri menjalar dihari Anara.
Duk...!
Karena tak fokus pada dirinya, kaki Anara tak sengaja menyandung kaki meja, dia jatuh terjerembab di atas meja mendarat tepat atas makanan yang sudah ia tata di atas meja kedua tamu Vvip itu.
Kedua tamu itu aontak berdiri.
Percikan saos dan kuah yang tumpah ikut menciprati jas mereka.
Menyadari kesalahannya Jantung Anara hampir meledak.
Malu dan takut menjadi satu.
Dengan Gugup Anara berdiri tegak.
Berharap dua manusia itu mau memaafkan kecerobohannya.
Dengan wajah yang pucat pasi, Anara berusaha meminta maaf.
Dia berharap lebih baik pingsan saat itu juga.
Dua manusia tampan yang masih kaget dengan tragedi menggelikan itu masih berdiri terpaku.
menetralkan keterkejutannya secara bersamaan keduanya melihat tajam ke arah Anara.
"kau baik-baik saja !??" tanya Shane panik, berusaha membantu Anara.
" Sial! kenapa kau Bodoh sekali!?" seru Elang tiba- tiba sambil menyeka jasnya yang belepotan saus dengan Tissue.
" Maaf, tapi saya tersandung karena tidak konsen"
Nara menundukan wajahnya.
" Semua ini terjadi karena. salahmu Tuan.." batin Anara.
" Siapa suruh kau membuatku tidak fokus..." masih berbicara dalam hati
" Kau tidak konsen karena sibuk memandangi aku, begitu!?" ujar Elang tiba- tiba
"Iya....eh tidak, Tuan. tentu saja tidak" Anara tertawa salah tingkah.
Elang mengeram
" Kau pelayan yang tidak punya sopan santun. Tidak seharusnya kau melakukan sesuatu yang membuat pelanggan tidak nyaman"
" Maksud Tuan."
" Kau terpana melihat lelaki tampan hingga kau lalai dan merugikan pelanggan, Apa kau selalu bersikap memalukan seperti itu kepada setiap pelanggan laki- laki yang memilki wajah menarik?"
" Apa!? maksud Tuan berkata begitu apa?
" Jangan mengelak. aku tahu kau tersandung karena terus memandangiku. apa wajahku sangat tampan hingga membuatmu tak bisa berpaling?" Elang terus mencerca Anara memojokannya.
" Kalau kerja pake mata, bukannya melototi pelanggan, Kau sungguh tidak punya tata Krama sebagai wanita.." ucap Elang tanpa Tedeng Aling- Aling.
Bukannya kasihan, Elang semakin menambah rasa malu Anara yang semakin memerah mendengar omongannya, mengalahkan kulit kepiting yang kini sedang bergantung mencapit ketat di bagian yang paling memalukan di dada Anara.
" Maaf Tu-tuan..aku..aku.."
" Kau terpesona padaku, bukan.?" potong Elang cepat.
Shane sampai menahan senyum mendengar ucapan Elang. dia tak menyangka jika ucapan Elang bisa sangat lucu dan sangat narsis.
Padahal dia terlihat pendiam serta acuh.
Elang sedang mengerjai Anara.
Anara mencoba menata hati, masih bertahan, mendengar omongan Elang yang menyudutkannya.
meski rasa malu menjalar hingga ketulang belulang.
"kau sadar? kau sudah membuang waktu kami"
Elang tak melanjutkan Kalimatnya, dia memutuskan Batal makan dan keluar dari Ruang VVIP.
" Tuan, jangan pergi..."
Anara berusaha menarik lengan Elang"
" Jangan sentuh saya, tanganmu kotor belepotan saos" tegur Elang.
"Aku tak punya waktu untuk melanjutkan semua ini..." ucap Elang
" Ta-tapi tuan..."
Elang dan Shane sudah keluar.
" Apa yang terjadi? mengapa Pakaian Anda menjadi penuh noda dan kotor?" Kintan tergesa menghampiri.
Pelayan anda sangat ceroboh, dia jatuh menumpahkan semua makanan" Jelas Shane melirik Anara iba. meski merasa kasihan dnega kesialan gadis itu,
Mau bagaimana lagi dia juga harus berkata jujur
" Suruh pelayanmu untuk fokus bekerja dan tanamkan padanya untuk tidak terbiasa menatap pelanggan dengan cara tidak sopan sehingga mengacaukan pekerjaannya." Pungkas Elang sambil keluar dari Restoran.
Setelah Elang dan Shane pergi.
Kintan melihat Anara penasaran
Mata indahnya terlihat tajam dan bengis
" Oh tuhan, mati aku.." guman Anara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Novita Sari
olala...anara..ada2 aja😒
2022-09-14
0