Pagi hari nya, Anton kalang-kabut mencari Elang.
Bukan karena cemas atau tiba-tiba jatuh sayang padanya. Anton takut jika Elang mati, maka ia pasti akan kehilangan mesin pencari uang.
Bagaimana bisa berjudi bila tak ada yang memberinya uang??
"Duh, Sial!. Kemana bocah itu?! Apa dia kabur??"Anton putus asa, lelah berputar- putar di pun duduk di tangga jembatan penyebrangan, tempat terakhir ia melihat Elang.
Anton sudah keringatan, cuaca sangat panas.
Melihat ke arah beberapa pengemis dan pengamen lain yang berseliweran di sekitar jembatan.
Anton mendekati.
"Apakah kalian ada melihat seorang anak kecil, tingginya segini" mengangkat tangan nya setinggi perut"
"Berkulit putih, mukanya cakep kayak gue, ngemis disini?" Tanyanya.
Setiap pengemis yang di tanya menggeleng kepala, tanda tak ada yang melihat atau mengenal Elang.
" Anak itu di pukuli siang kemarin di jembatan itu kerena kepergok mencopet." Menunjuk ke atas jembatan penyebrangan.
kata salah satu pengamen kecil yang kebetulan melihat Elang.
"Kemarin sore saya melihat, dia duduk di ujung tangga, Pak. Kondisinya memprihatinkan. Dia menolak pertolongan orang- orang.
Akhirnya semua orang membiarkannya sendiri"
Anton langsung tertarik.
"Mungkin anak itu sudah meninggal dan di bawa pergi petugas polisi atau satpol PP" yang lain menimpali
" Aaaah! Sial!" Anton mengacak kasar rambutnya.
Jika berurusan dengan Polisi, lebih baik merelakan Elang hilang untuk selamanya.
Anton menyerah memutuskan pergi ke belakang terminal, untuk berjudi.
Berharap pendapat pinjaman uang dari teman-teman sesama penjudi.
Ada delapan pria dewasa berkumpul.
"Dari mana? muka kok, kusut begitu, Bang..!"
" Sini, gabung..."
" Iya, sini gabung!"
Anton duduk dengan wajah suntuk
" Pinjam uang, dong..." Mengulurkan tangan pada pemain yang terlihat sedang beruntung karena terus memenangkan permainan.
"Sorry bro, lagi nanggung, nih! " Tolak pria itu halus bahkan tanpa menoleh ke arah Anton, karena fokus pada kartu yang sedang dia mainkan
" Ah! Pelit!"
Anton mendesah kecewa.
" Eloe, mau minjam duit berapa, bang..? seorang pemuda tiba- tiba menyeletuk.
Anton menoleh, pemuda itu terlihat asing.
Pemuda itu adalah utusan Marco, bertugas mencari mangsa yang bisa di peralat.
" Gue bisa bantuin Loe, bang.."
"Yang benar? gimana caranya?" Anton bertanya tertarik
"Di jalan Anggrek, ada sebuah klub judi bernama Domino Marco. Pemiliknya bernama Marco, menyediakan pinjaman bagi siapa pun yang butuh uang, mudah dan tanpa ribet.
"Serius!? Anak muda!" Anton makin bersemangat.
Pemuda itu makin tersenyum lebar, pancingannya langsung mendapat tangkapan.
"Serius sekali, bang. Kalau tidak yakin, saya bisa antarkan Abang sekarang juga.." tegas pemuda itu.
"Ok!. ide bagus. Tunggu apa lagi? Ayo, Antar kan saya"
Sambil tersenyum lebar pemuda itu naik ke atas motor ninja miliknya
Anton mengekor.
" Oh, iya! yang lain boleh juga ngajuin pinjaman, datang aja ke jalan Anggrek, buka 24 jam."
Pemuda itu Memacu sepeda motor dengan kecepatan cepat, membawa serta Anton bersama.
Setelah beberapa menit perjalanan. Motor itu berhenti di parkiran sebuah Klub malam. Bangunan yang cukup semarak serta cukup mencolok meski siang hari karena di pasangi lampu warna warni yang tak berhenti berkelap- kelip meski di siang hari.
Ada pria-pria kekar bertato dengan tampang sangar
Hilir mudik disekitar bangunan.
Masuk ke dalam, pengunjung di manjakan dengan Aneka permainan judi. Anton sampai menahan nafas karena terpesona.
Di dalamnya juga ada mini bar serta beberapa Bartender pria yang sedang bekerja.
Di bagian belakang bar, berdiri lemari kaca yang sangat besar, dan tinggi menjulang hingga ke langit-langit. Ragam jenis minuman beralkohol dari berbagai merek di susun di dalam nya. Dari yang murahan hingga yang paling mahal.
Pelayannya semua wanita dewasa. Cantik, berpakaian luar biasa seksi menggoda.
Benar- benar surga dunia.
Saat Anton datang, klub cukup ramai pengunjung meski masih siang.
klub itu memiliki ijin. Marco membayar pajak yang sangat mahal pada pejabat tertentu agar tetap bisa beroperasi.
" Ayo bang. Ikut aku ke ruangan bos"
Suara pemuda itu menyadarkan Anton kembali pada tujuan utamanya.
Dengan patuh mengikuti pemuda itu menuju lantai dua.
Melewati ruang demi ruang dan mereka berhenti di depan pintu ruangan paling sudut. Dua lelaki bertubuh kekar berjaga di sana.
Setelah memberitahu niatnya pada Kedua penjaga itu, mereka pun di ijinkan masuk
Pemuda itu mengetuk pintu.
" Masuk!" terdengar seruan dari dalam.
Seorang pemuda tampan dengan wajah ramah duduk di balik meja, Bibirnya tak lepas menyunggingkan senyum bersahabat.
" Kau boleh pergi.." Mengusir pemuda yang membawa Anton.
Anton berdiri kikuk di hadapanya.
Pria itu berusia sekitar 26 tahunan. Masih muda kelihatan cerdas.. bersandar nyaman di kursi kebesarannya.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi namun tegap. Gerakannya gesit, memiliki tatapan mata tajam dan jeli.
" Silahkan duduk" suaranya tenang dan memikat
" Terima kasih, Tuan," Anton menjawab gugup, lalu duduk didepan meja Pria itu.
" Katakan tujuan Anda.." rupanya ia tak suka berbasa- basi.
"Anak muda tadi mengatakan, aku bisa meminjam.." Anton menghentikan ucapannya karena Ragu.
Menunduk takut.
Pria itu tertawa renyah, Anton mendongak.
"Anda ingin meminjam uang?"
Anton langsung bersemangat dengan mata berbinar mengangguk.
Merasa mendapat angin surga.
"Anda datang ketempat yang tepat.." gumam Basri
" Berapa yang ingin Anda pinjam?"
"Sepuluh juta, Tuan...."
"Hmmm, sepuluh juta!? tidakkah terlalu sedikit?" Pria itu men jeda kalimat menunggu Anton menjawab.
Anton terdiam sifat serakahnya bergejolak. dia mulai berpikir untuk menambah jumlah pinjamannya.
"Baiklah tambahkan lima juta lagi..!" katanya tanpa ragu
Basri mengangguk menyetujui
"Tuan serius? mau meminjamkan begitu saja, tanpa jaminan dan syarat?" Anton merasa aneh.
"Tak perlu jaminan, namun syaratnya pasti ada" Basri menyondor kan selembar kertas berisi syarat dan aturan peminjaman.
" Bacalah dulu, lalu tanda tangani. Bunganya lima puluh persen. sedamgkan untuk pembayaran boleh dicicil selama lima bulan tak boleh telat sehari pun. Jika telat, Anda akan di kenakan denda 10 persen per setiap cicilan. Anda paham!"
" Aku setuju, kurasa aku tak perlu membaca lagi, akan segera ku tanda tangani.." Anton langsung menandatangani dengan gegabah, tanpa tahu, dia sebenarnya sedang menyondor kan diri pada serigala yang lapar
Di sela Anton menanda tangani berkas, Basri memperhatikan diam- diam bibirnya tersenyum licik.
Setelah mendapatkan uang, Anton ikut bergabung di klub judi mencoba peruntungannya bersama pejudi lain
Di permainan Awal, dia mendapatkan banyak kemenangan.
Uangnya yang tadinya Lime belas juta menjadi tiga puluh Lima juta. menjadi dua kali lipat jumlahnya.
Pihak Basri sengaja mengatur demikian. Di awal,akan di buat menang terus menerus dalam.jumlah banyak
di lain waktu tak akan ada lagi kesempatan seperti itu kecuali sesekali karena kemurahan hati Basri sebagai bonus menjadi pelanggan tetap.
Strategi bisnis dalam berjudi
menipu pemain bodoh dan serakah seperti Anton agar kembali lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments