"Ada apa dengan wajah anda, Nona?" Alya begitu cemas.
"Aku terpeleset jatuh," jawab Rania santai.
"Anda berbohong. Aku menyimak insta story Mikaila sejak semalam. Sepertinya wanita itu sekarang tinggal di Kemah Alves bersama anda. Lalu satu jam lalu dia juga mengunggah insta story baru. Aku yakin ada hubungannya dengan anda?"
"Berhati-hatilah! Aku tak ingin mendapat tuduhan sebagai 'penguntit', Alya. Apa perlu aku melihatnya?" tanya Rania penasaran. "Lupakan saja!" Rania menghempaskan punggungnya di sofa mencari kenyamanan. Rania mengeram ketika rasa penasaran dalam dirinya menang.
"Oh tidak. Apa yang dia tulis?"
Alya menyodorkan ponsel. Ada gambar bunga Hydrangea dan satu kata di sana "i see your monster".
"Oh Entahlah .... Wanita itu sepertinya pecandu sosial media. Dia harusnya mengurus anaknya yang sedang sakit, alih-alih membuat story," komentar Rania tidak suka. "Dua minggu ini hidupku benar-benar membingungkan. Raavero, Ibunya, sekarang Mikaila. Peruntunganku sungguh buruk," keluh Rania kesal. "Bisakah kita mengganti topik?"
"Baiklah. Aku tak akan mencari tahu, walaupun aku sungguh penasaran. Apakah anda sudah bicara pada Pak Raavero tentang prewedding Pak Darwin?"
"Tidak perlu. Ini urusan pekerjaan. Beliau tak perlu tahu."
"Jika begitu aku akan segera mengabari Pak Darwin. Beliau dan kekasihnya pasti akan sangat berterima kasih."
"Yah, lakukan! Katakan padanya aku juga mengajukan syarat, tak ada kontak fisik. Aku menolak dalam bentuk apapun, sekalipun hanya bergandengan tangan."
"Beliau meminta anda datang untuk me-review lokasi pernikahannya saat beliau kembali nanti. Agak jauh dari sini. Mungkin anda bisa langsung bicara dengan Pak Darwin tentang konsep prewedding," saran Alya.
"Di mana? Tanjung merdeka?"
"Bukan Nona. Kita akan mendapat kabar segera."
"Baiklah. Sudah temukan ayahku, Alya? Aku harus bicara dengannya."
Rania memijat kepalanya. Satu tamparan keras membuat kepalanya sedikit pening. Namun, Rania ingin tahu kabar Selena. Semoga gadis itu baik-baik saja.
"Beliau ada di rumah Ibuku, Nona. Beliau sedang menentramkan pikiran. Apa kita perlu menemuinya sekarang?"
"Tidak untuk saat ini," jawab Rania berubah pikiran. "Setidaknya sampai lebam di wajahku hilang. Beliau akan bertambah gelisah jika melihatku seperti ini," tambah Rania.
Beberapa masalah sering datang dan pergi dari hidupnya, tidak diserbu seperti saat ini.
"Baiklah, Nona."
Semenjak Raavero datang, kehidupannya tak pernah lagi seimbang. Rasa yang timbul di antara mereka terbentuk oleh pandangan sesaat, debaran yang terburu-buru, janji yang diucapkan tanpa perlu banyak berpikir, cinta penuh kesemuan. Tidak heran terhempas begitu saja. Satu sapuan saja semuanya berakhir, seperti istana pasir.
Tatapan menakutkan pria itu padanya tadi membuat Rania bergidik ngeri. Namun, tidak mencegah pikirannya terus kembali pada Selena. Rania ingin tahu keadaanya. Harusnya Rania lebih berhati-hati.
"Alya, aku akan pulang lebih awal hari ini."
"Baiklah, Non. Hati-hati, jangan lakukan apapun yang bisa memicu kesalah-pahaman di antara anda dan Pak Raavero," saran Alya menyaksikan kemelut di wajah Rania.
"Entahlah... Aku mencemaskan Selena. Dia cuma bocah cilik. Masalah orang dewasa tidak harus melibatkan anak-anak," tanggap Rania penuh dilema.
Rania memutuskan pulang secepat mungkin karena memikirkan Selena.
Jalanan menuju rumah Alves lengang seperti biasa. Don Huan menyetir dalam diam, begitupun Septi. Rania memperhatikan wajahnya di layar ponsel. Pelipis kirinya biru lebam.
"Septi, coba Googling resep roti daging! Aku ingin membuatkannya untuk Selena," pinta Rania.
"Nyonya, aku tidak yakin itu ide yang bagus," sahut Septi ragu.
"Jika anak kecil dibawa masuk dalam pertempuran orang dewasa, sungguh egoisnya kita," guman Rania lirih.
"Nyonya Mikaila melihat aku memetik bunga dari jendela tadi. Beliau juga melihat aku memberikannya pada Selena. Beliau hanya menonton kami. Seharusnya beliau menegur," terang Septi Rania terkejut.
"Jadi, wanita itu tahu? Kamu yakin Septi?"
"Tentu saja, Nyonya. Aku berani bersumpah, demi Tuhan. Nona Selena bahkan sempat melambai pada Ibunya. Dia memanggilnya 'mommy' sambil melambaikan tangannya lalu mengangkat bunga padanya. Nyonya Mikaila pasti berpikir aku tak menyadarinya," keluh Septi jengkel. "Mengapa dia seperti itu?"
Septi tak mungkin berbohong. Rania mengepal tinjunya hingga buku-buku tangannya memerah. Jika Mikaila tak suka pada Rania, dia tak perlu mengorbankan Selena, hanya untuk membuat Rania terlihat buruk di mata Raavero. Rania tak pernah menginginkan pernikahan ini. Raavero memaksanya, menjebaknya. Rania tak pernah tahu masalah di antara mereka. Kemungkinan, Raavero baru tahu Mikaila punya anak darinya. Namun, pria itu terlanjur menyebar undangan pernikahan dengan Rania. Kemungkinan lainnya, Raavero memang sengaja menikahi Rania untuk mengundang atensi Mikaila.
"Terkutuklah mereka berdua, jika melibatkan aku dalam kemelut kisah cinta payah mereka."
Mereka sampai di Kemah Alves dan suasana begitu hening. Rania langsung menuju kamar Selena untuk mencari tahu keadaanya. Rania akan diusir, itu pasti. Setidaknya, dia tahu kabar Selena. Langkahnya terhenti di depan kamar Mikaila. Matanya terpejam sejenak. Gadis itu menghela napasnya berat. Tiga pasang sepatu di depan pintu dan suara senda gurau dari dalam kamar, membebaninya.
"Dad, i miss you. Mom, I love you," suara manja Selena terdengar menggemaskan.
Namun, hati Rania mulai terluka kembali. Seperti luka lama yang tergores dan kembali menganga.
"I miss you more, honey," jawab Raavero lembut.
Rania membayangkan tatapan sayang pria itu dan senyum hangatnya yang langka, tanpa sadar Rania memeluk kedua lengannya. Dia telah menginginkan pria itu. Pria itu miliknya tapi bukan ....
"Dad, jangan pergi lagi yah. Jangan tinggalkan Selena dan mommy lagi, please!"
"Tentu saja sayang. Kita sudah bersama-sama sekarang dan tak akan terpisahkan lagi," sambut Mikaila menghibur.
"Bagaimana dengan tante Rania? Dia tidak jahat, kok. Selena suka padanya. Tante Rania menolak memetik bunga tadinya, tetapi Selena memaksa. Aku akan minta maaf pada tante Rania," celoteh gadis kecil itu lagi. Untuk gadis berumur empat tahun lebih, dia memang cerdas.
"Selena sayang, kita sudah cukup bahagia bersama seperti ini. Ada Daddy, Mommy, ada nenek Margareth juga, gimana? Hmm???"
"Mengapa ayah menikahi tante Selena, bukan menikahi Ibu saja? Aku jadi nggak bingung," kritikan seorang bocah cilik tepat pada sasaran. Sangat kritis.
Suasana mendadak berubah sangat hening. Rania bahkan bisa mendengar jantungnya berdetak. Anak sekecil Selena bahkan punya pertanyaan itu?
"Ini masalah orang dewasa yah, sayang. Terkadang orang-orang dewasa melakukan beberapa kesalahan dan terlambat menyadarinya. Saat kamu dewasa nanti, kamu akan mengerti. Sedikit lagi, semuanya akan kembali seperti semula. Kamu cukup bahagia saja! Jangan pikirkan hal lainnya!" ujar Mikaila lagi memberikan penjelasan. "Selena kan anak pintar, Selena nggak mau kan mommy atau daddy sedih?"
Rania mundur perlahan dan menjauh dari kamar Mikaila. Ekor matanya sempat menangkap sosok Margareth di ujung lorong. Wanita itu tanpa senyum. Wajahnya mencekam seperti biasa. Rania memilih kembali ke kamarnya. Biarlah Tuhan melihat hatinya dan menentukan takdirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
✨Susanti✨
kasihan Rania
2023-01-18
0
Meela
terluka bgt jd rania😭
2022-10-07
0
Lilis Ferdinan
jd cowok yg tegas rav,,,, hingga tak ada slah paham,,,
2022-01-30
0