Rania mematut dirinya di cermin. Alih-alih menginap di hotel yang sudah disediakan Raav, Rania malah memilih menghabiskan malam melepas lajangnya bersama para staff di kantor.
Jika dipikir-pikir para pegawainya adalah orang-orang terdekat. Mereka menghabiskan waktu bersama Rania tiap hari, lebih dari sekedar pegawai. Mereka adalah keluarga baginya.
Diawal Raav tidak merestui karena mempertimbangkan kondisi kesehatan Rania yang belum cukup stabil. Namun, Alya meyakinkan Raav bahwa mereka hanya akan bersenang-senang beberapa jam tanpa minuman keras. Mereka hanya akan bercengkerama dan melepas penat setelah bekerja seharian mempersiapkan pernikahan Rania. Raav pun setuju.
Rania tiba di kantor pukul 06.00 menjelang malam dan disambut meriah oleh seluruh pegawainya. Mereka mengubah ruangan resepsionis menjadi ruangan pesta bridal shower yang artistik. Itu keahlian mereka. Suara Alya bersemangat ketika memulai acara itu.
"Okay, your attention please! Sebelum kita mulai acara kita malam ini, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk tiap orang yang sudah berusaha semaksimal mungkin hari ini, mempersiapkan acara pernikahan dari Big Bos yang juga adalah sahabat kita ... Miss Andrania ... "
Alya berteriak semangat. Riuh tepuk tangan menggelegar seantero ruangan.
"Malam ini, kita hanya perlu melepaskan penat dengan berkaraoke ria dan berayun mengikuti irama. Nikmati waktu kalian sebaik mungkin, beberapa jam saja dan kita akan kembali berkumpul besok pagi sesuai jadwal untuk memastikan acara pernikahan Nona Rania berlangsung dengan lancar."
Rania memperhatikan para staf seksama dan tersenyum geli. Bridal shower bertema ikon gender. Beberapa staf pria menjelma sempurna menjadi Harley queen, Super woman, Cat woman, The Nun dan bahkan ada yang jadi Anabelle. Luar biasa. Rania bahkan tak mengenali mereka. Penyamaran sempurna.
Sesaat kemudian musik diputar. Lagu Everybody dari Backstreet Boys mengalun mengisi ruangan. Barisan dibentuk dan mulai bergoyang mengikuti gerakan ikonik video klip tersebut. Wah, wah, Rania tak pernah tahu kalau mereka punya keahlian lain,seperti berdansa. Menggemaskan. Wajahnya berseri-seri. Alya bangga sebab berhasil menghibur hati Rania.
"Anda tahu, mereka berlatih satu jam tanpa henti tadi sore."
Wajah gadis itu berubah menjadi zombie cantik Klementina.
"Amazing. Mereka terlihat seperti dancer profesional," puji Rania. "Make up karaktermu juga sangat bagus. Aku suka."
"Tentu saja. Aku belajar dari Anda. Lihat mereka, Nona! Mereka mungkin terbiasa bekerja di bawah deadline. Sendi dan tulang mereka telah lentur mengikuti kondisi."
Rania terkekeh geli. "Kita harus sering-sering relax seperti ini."
"Kita pikirkan caranya nanti. Maaf sebelumnya Non, sahabat anda sudah hadir di sini."
Alya memberi kode ke pintu masuk bridal. Dua gadis cantik melangkah masuk dan mencari-cari di antara kerumunan. Rania terpekik panik di antara nyaring suara musik.
"Kamu mengundang mereka berdua, Alya? Tamatlah aku!"
"Andaaniaaaaaa!!!???"
Jerit Andara dan Dawnia begitu berhasil menemukan Rania. Keduanya sudah payah mencari celah, berlomba menyentuh Rania.
"Masa lajangmu akan berakhir dalam 16 jam, congratulatios my dear," seru Dawnia terharu. "Jika Alya tak mengundang kami ke bridal shower-mu malam ini, kami mungkin tak akan pernah say goodbye pada sahabat kami," tambahnya gusar.
Ketika mengalami masa-masa sulit saat tak punya uang dulu, Andara dan Dawnia-lah yang akhirnya menyelamatkannya. Andara seorang banker dan memiliki paras jelita dan ayu. Sedangkan, Dawnia mengelola bakery caffe di tengah kota. Terlepas dari itu Dawnia pernah satu sekolah dengannya ketika sekolah dasar. Cuma beberapa tahun sebelum Rania pindah. Mereka kemudian bertemu lagi saat kuliah.
"Kita tak pernah menduga. Raavero Alves, ada apa denganmu Rania? Kami bahkan terkejut dengan undangan pernikahanmu? Bagaimana bisa sebagai sahabat kami benar-benar tak tahu berita apapun tentangmu?" celetuknya lagi. Gadis itu cepat merajuk.
"Nona, anda bisa manfaatkan waktu anda bersama sahabat dengan acara bridal shower sesungguhnya. Para terapis sudah menunggu anda di ruangan spa."
Alya berusaha menyelamatkan atasannya itu. Namun, Alya tahu lebih baik, kedua sahabatnya itu tak mudah dihadapi. Alya bisa selamatkan Rania di sini, akan tetapi lain kisah ketika ketiganya ditinggal nanti. Mungkin ini waktu baik bagi Rania untuk menjernihkan pikiran.
Ketiga gadis itu lantas berakhir di atas message bad, menikmati sentuhan pijatan lembut pada punggung mereka. Aroma lilin dan helaian mawar dalam kolam berendam benar-benar menenangkan pikiran.
"Massage Oil Spa Aromatherapy yang kita gunakan ini terbuat dari minyak zaitun murni dan essential oil. Punya banyak kandungan untuk mencegah kerutan, menyegarkan kulit, memberi efek relaksasi, mengharumkan, melembabkan dan menghaluskan kulit."
Rania memulai percakapan, mengisi hening. Rania masih tak enak hati. Jika bukan karena Alya, Rania benar-benar akan kehilangan dua sahabatnya itu. Alya memang luar biasa.
Dawnia dan Andara tampak mengabaikan ucapan Rania. Keduanya serius menikmati pijatan, tertidur atau merajuk? Entahlah ....
"Baiklah. Aku minta maaf karena tidak memberitahu kalian lebih awal," pinta Rania dengan wajah suram.
"Andania, aku penasaran kapan kamu berkencan dengan Raavero? Aku merasa buruk. Kita bertemu dua minggu lalu, tetapi aku tak mendengar apapun darimu. Aku sering bertemu Raavero Alves sebab dia nasabah eksklusif. Lagipula, Yoga dan Raav menjalin kerja sama, akan tetapi betapa terkejutnya aku ketika menerima undangan pernikahan kalian berdua. Tak ada dalam imajinasiku. Feeling-ku seperti, something wrong tetapi kalian terlihat intim di kartu undangan."
Andara mengabaikan permintaan maaf Rania. Gadis cantik itu mengangkat wajahnya dan menuntut penjelasan. Nadanya penuh sesal ketika berkata ...
"Penting bagi kita, wajib hangout setidaknya tiap akhir pekan. Kita sama sekali tak bertukar kabar bahkan di mesenger?"
"Benar, kita sibuk dengan urusan masing-masing sampai lupa kalau punya sahabat," sahut Dawnia turut menyesal. "By the way, bukan rahasia kalau Raavero dan keluargamu bermusuhan. Dulu kamu pernah cerita kalau keluargamu berutang banyak pada keluarga Raav. Apakah kalian berbaikan?"
"Kami mencapai kata sepakat. Aku menikahinya untuk kesepakatan damai," jawab Rania jujur.
"Apa maksudmu?"
"Kami akan menikah dan utang keluargaku lunas. Semacam itu ..."
"Aku pikir kamu hamil dan harus menikah secepat mungkin? Jadi aku maklumi sikap tertutupmu. Aku masih kesal karenamu," seru Andara mencibir.
Rania terkekeh. "Hamil? Aku baru benar-benar bertemunya secara intens lima hari belakangan."
"Syukurlah. Dengar Rania, Raavero adalah tipe pria penakluk. Aku dengar, Raav menjalin hubungan dengan banyak wanita. Tak pernah berakhir baik. Pria itu terlalu sempurna. Bahkan untuk wanita secantik dan serupawan Mikaila Gilsha," ucap Dawnia.
"Mikaila Gilsha?" Rania penasaran.
"Kamu tahu Lavender Hotel? Pemiliknya adalah Mikaila Gilsha. Gadis itu dinobatkan sebagai gadis setengah malaikat. Dia cantik, cerdas, mandiri dan punya attitude yang diimpikan hampir seluruh ibu di kota ini untuk anak gadis mereka."
Dawnia menjelaskan. Dawnia tentu tahu. Sebab tempat terbaik untuk memulai gosip di kota ini adalah Bakery Kafe. Pikir Rania. Kamu bisa membeli kopi dan beberapa kue, lalu bergosip tentang banyak kisah di kota kecil ini.
"Kita pernah sekelas dengannya?"
"Kita sering bertemu dengannya, Rania. Hanya saja kita tak pernah satu sekolah. Keduanya berkencan selama dua tahun sebelum akhirnya Mikaila memilih pindah dari sini dan menjadi model di metropolitan," jelas Dawnia lagi. "Sejak itu, Raavero Alves terdengar menjalin kisah dengan banyak wanita cantik."
"Mungkin untuk wanita lain, dia sempurna. Kesan pertamaku padanya tidak begitu bagus. Raavero Alves adalah pria bertipe narsis perfeksionis. Dia angkuh, egois, manipulatif dan banyak maunya," komentar Andara.
"Are you okay with him?" tanya Dawnia cemas.
"Guys, I am okay. Dia mungkin terlihat seperti pembunuh berdarah dingin, itu dikarenakan hidup masa lalunya begitu kelam. Percayalah, dia begitu perhatian dan bijaksana."
Teringat peristiwa pagi tadi, saat dia terbangun dan Raav terlihat di sisinya. Pria itu menatapnya dalam selama berjam-jam. Tatapan penuh misterius itu adalah tatapan berisi untaian renungan. Keputusan menikahi Rania sepertinya tidak hanya mengguncang Rania.
"Syukurlah, Rania. Kami mencemaskanmu. Pernikahan ini terlihat tak masuk akal. Seisi kota membicarakannya," sahut Andara menyadarkannya dari lamunan.
"Emm yah. Kisahnya dimulai dari persahabatan dua orang pria. Salah seorang di antaranya berkhianat dan menipu sahabatnya untuk mendapatkan keuntungan. Ayahnya dan ayahku. Mereka muda dan na'if. Anak-anak lalu jadi korban. Aku dan Raav berupaya sebisa mungkin agar konflik ini berakhir."
Rania tidak ingin teman-temannya salah paham pada Raav dan membencinya hanya karena mendukung Rania.
Setelah melalui tahapan scrubbing dan masker, ketiganya berakhir dengan berendam.
"Tahukah kamu Rania, satu hal yang paling aku sukai dari spa di sini? Idemu brilian soal kolam berendam ini."
"Ini konsepnya natural spool? Desain kombinasi antara kolam renang dari spa plus pool. Kita punya lahan sangat terbatas jadi kolam berendam konsep spool ini cocok." Rania memberi keterangan.
"Ini sungguh brilian. Ayo kita bertemu tiap akhir pekan secara bergantian? Mari terus berkomunikasi. Kita bisa dinner di tempatku dan melakukan banyak kegiatan bersama."
"Ide bagus, Dawnia. Bisakah kita ceritakan kehidupan masing-masing? Aku sangat ingin tahu keadaan kalian saat ini? Bagaimana denganmu Dawnia?" tanya Andara.
"Sungguh, aku minta maaf soal pernikahanku. Andara benar, apakah kamu masih berkencan dengan Mr. Lucious - mu?" sambung Rania.
"Emm, yaap. Kalian berdua akan segera bertemu dengannya secepat mungkin."
"Aku pernah bertemu dengannya. Ingat?" ralat Rania.
"Yah benar," sahut Dawnia malu.
"Kita akan bertemu besok pagi, kami akan menunggumu di kapela."
Ketiganya berpelukan.
"Baru kemarin rasanya kita bersama. Berhimpitan di flat - ku karena masalah masing-masing," kenang Andara.
"Mari hidup lebih bahagia mulai saat ini, mari jaga persahabatan kita sampai nanti."
"Maaf menyela, Nona. Pak Raavero menelpon." Alya mendadak muncul.
"Katakan padanya Alya ...," Rania menghentikan ucapannya saat melihat ekspresi Alya. "Baiklah," sahutnya kemudian dan sedikit menjauh dari kedua sahabatnya.
"Aku akan datang menjemputmu jika kamu bersih keras untuk menginap di kantor," sambar Raav di ujung saluran.
"Aku takut sendirian, Raav. Kamar hotel itu terlalu luas dan terlalu besar. Aku tak nyaman hanya dengan melihatnya."
"Kembalilah ke sini! Aku akan menjemputmu!" tawar Raav. Dia terdengar gelisah.
"Aku baik-baik saja. Teman-teman banyak menginap malam ini karena takut kesiangan besok pagi."
"Keras kepalamu benar-benar buatku kesal. Bisakah kita sepakat dalam satu hal saja?" gumannya gusar.
"Kita bertemu besok, okay?" bujuk Rania.
"Baiklah! Istirahatlah, Rania. Jangan lakukan hal yang tidak penting! Aku tidak ingin dipermalukan. Jangan berpikir untuk menghilang di hari pernikahan," katanya lagi mengingatkan sebelum sambungan terputus.
******************************
Ketika curiga itu tak pergi....
Dari kejauhan sepasang mata menatapi La Bella dengan pandangan sakit hati. Wajah bertopeng itu, mendesis dalam kegelapan malam. Di tangannya satu ikat kecil rambut Rania tergenggam. Orang itu menghirup aroma rambut itu perlahan, menikmati. Ekspresi posesif matanya menakutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
✨Susanti✨
next... ...
2023-01-17
0
✨Susanti✨
next... ..
2023-01-17
0
Yasmine aja
la siapa tuh kok kayak mau nyantet aja
2022-04-11
0