Dua jam menjelang pernikahan.
"Anda sudah siap, Nona?"
Alya seperti biasa selalu siap sedia di sisinya. Jika ada award untuk asisten pribadi paling setia, Alya-lah orangnya.
"Anda yakin akan menyiarkan secara langsung?" tanya Alya lagi. "Saya cemas berpengaruh pada kondisi kesehatan anda, Nona."
Alya menaruh nampan berisi roti lapis dan segelas jus mangga di atas meja ruangan kantor. Pagi begitu hening ketika Alya membangunkannya. Mereka melakukan senam kebugaran selama 4 menit.
"Tentu saja, Alya. Ada kabar dari Mariah? Pikirkan ini, siaran langsung yang sering di up di media sosial, cukup efektif dan efisien bahkan lebih tepat sasaran dibanding kita menggunakan jasa selebgram. Beritahu Mariah sebelum aku dianggap kurang sopan pada tim marketing. Aku selalu ingin melakukannya tapi selalu tak sempat," sahutnya sambil minum jus mangga nikmat.
"Lagipula, kita memang harus membuat konten sebanyak mungkin untuk mengisi channel YouTube kita kan?" lanjutnya lagi mulai menggigit roti lapis.
"Mbak Mariah sudah konfirmasi dan beliau menaruh atensi untuk langkah yang Nona Rania ambil. Hanya saja, Nona belum fit betul. Aku penasaran siapa yang akan menonton anda sepagi ini?"
"Teaser pernikahan, video undangan pernikahan ... Aku lihat dipajang dimana-mana. Mereka pasti menunggu, sesuatu tentang aku dan Raav pagi ini. Ambil peluang ini," ucap Rania persuasif.
Ketika dilihatnya Alya hanya berdiri setengah melamun, Rania memanggil pelan.
"Ayo sarapan, Alya. Aku tak akan sanggup makan nanti setelah wajahku ditempeli satu kilo adonan foundation."
Alya terkekeh geli. "Tak terbayangkan sekilo foundation, jika crack nanti akan seperti lahan tandus dan gersang."
Keduanya lantas tertawa. Alya bersyukur Nona-nya itu sejenak melupakan kemelut karena menikahi seorang Raavero Alves. Atau dia sedang berusaha mengalihkan perhatian.
"Aku tak akan memakai foundation hari ini."
"Serius non?"
Rania mengangguk penuh misteri. "Ayo sarapan, Alya!"
"Tidak non. Saya kebanyakan minum soda semalam. Dinding usus saya terasa kaku," tolak Alya saat Rania menyodorkan roti lapis. Rania menatap asistennya cemas.
"Kamu sakit?"
"Ohh, tidak sih. Hanya saja, perut saya tidak begitu nyaman jika harus terisi sesuatu. Lagipula ini masih terlalu pagi untuk sarapan."
Rania menggigit roti lapis dan menikmatinya. "Wah, semoga aku tidak sembelit di momen penting! Bisa ribet nanti."
"Calon pengantin yang menikah kadang terlalu gugup dan terlalu bahagia, sehingga usus mereka biasanya berhenti mencerna makanan dan minuman di hari itu."
"Yah semoga saja, sebab beberapa orang mendadak sakit perut jika terlalu gugup."
Rania beringsut ke kamar mandi dan kembali dalam balutan wedding robe model kimono, terbuat dari bahan lace mewah setengah lengan dan memanjang hingga ke mata kaki.
Mereka akan berpindah ke ruangan make up ketika Rania terkejut mendapati dua penjaga di depan ruangannya berdiri tegap tak bergeming.
"Yah, Tuhan? Apa yang kalian lakukan di sini?"
Pekik Rania tertahan. Seakan ingat peristiwa semalam, Rania mengangguk ke arah sofa. "Istirahatlah! Aku baik-baik saja!"
Sungguh tak tega melihat keduanya tegap tak bergeming, seperti patung prajurit yang menjaga benda pusaka.
"Jangan cemas, Nona. Kami hanya menjalankan tugas," sahut Army.
"Yah sudahlah! Alya, minta Ajeng atau Puspa buatkan mereka sarapan."
"Sedang dibuatkan, Nona," sahut Alya tangkas.
Mereka lalu menuju ruangan make up. Ruangan itu berisikan perlengkapan make up dari produk La Belle. Rak-rak kaca dan etalase memenuhi ruangan itu layaknya show room.
Kaca cermin, meja rias dan kursi rias berjejer di kedua sisi raungan. Gadis itu lantas duduk dengan tenang di tempat yang telah disediakan. Terdapat kamera di depannya. Mateo dan Ajeng tampak sibuk kesana- kemari. La Belle sering mensponsori banyak beauty influencer Dan selebgram untuk produk-produk kecantikan mereka. Ini pertama kali, Rania tampil di depan kamera untuk produknya sendiri. Rania akan menyiarkan secara langsung tutorial make up wedding di media sosial bridal official dan untuk mengisi akun YouTube-nya.
"Nona, apa yang akan aku lakukan jika Pak Raavero mendadak muncul?" tanya Alya dengan wajah cemas.
"Berdoa saja, agar beliau tidak mampir."
Video kamera mulai on dan Rania tayang perdana.
"Welcome to La Belle channel. Perkenalkan saya Andrania Alexander. Hari ini, jadi hari yang sangat spesial bagiku karena hari ini aku akan bikin make up tutorial untuk my wedding day menggunakan produk-produk dari brand La Belle. Produk sendiri. Ini pertama kalinya bagiku melakukan siaran langsung. Semoga mendapat respon positif. Mohon dukungannya!"
"Tiga jam lagi acara pemberkatan akan dimulai dan aku punya dua jam untuk make up, hair do dan mengganti gaun. Aku memang sengaja tidak menggunakan jasa MUA dan hairstylist karena aku ingin berbagi tips secara langsung dan menikmati waktu berhargaku dengan diriku sendiri. Sebelum aku mulai, mohon dukung channel kami ini agar terus maju dan berkembang. Oh yah, La Belle mengeluarkan beberapa produk baru termasuk eyeshadow pallete Rainbow yang telah di review berulang kali oleh para beauty influencer di seluruh dunia dan mendapat tanggapan yang bagus. It's amazing. Aku juga memberitahu teman-teman semua secara resmi, La Belle akan diskon 50% untuk semua produk sejak hari ini hingga lima hari ke depan. Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini yah. Mari kita mulai. Oh yah, make up untuk wedding look hari ini adalah glam flawless. I am very nervous and excited in the same time."
"Mari kita mulai..."
Alya mengawasi Rania dari jauh dengan gelisah. Bukan tidak mungkin, Raavero datang dan mengacaukan siaran langsung ini.
Rania memamerkan keahlian make up-nya. Gadis itu menggambar wajahnya dengan coutour stick, conclear sebagai highlight di beberapa titik dan blending tanpa menggunakan foundation. Alya menggelengkan kepalanya.
"Kita menerima pesanan dalam jumlah banyak padahal siaran langsung baru dimulai 20 menitan," kata Ajeng mendekati Alya dan menunjukkan jumlah pesanan masuk di aplikasi.
"Bos kita memang brilian," sahut Alya.
"Yah, customer tertarik pada serum wajah. Ada seorang followers dengan akun 'Bumi Bening' melakukan pemesanan untuk setiap varian produk make up dan mendaftar sebagai Diamond Member. Beliau meminta meeting eksklusif untuk pernikahan bertema dongeng, mulai dari gaun pengantin, pesta, musik, untuk beberapa minggu ke depan," lanjut Ajeng lagi.
"Yah, kita menerima banyak pesanan, tapi entah mengapa aku gelisah memikirkan calon pengantin pria yang mungkin saja akan menerobos kemari?"
"Beliau tak mungkin melakukannya."
"Bisa saja, sebab beliau pasti akan melihat siaran langsung Nona Rania," gerutu Alya.
"Nona, tidak melakukan kesalahan. Beliau cuma punya naluri bisnis yang luar biasa," puji Ajeng. Matanya berbinar, "visualnya begitu rupawan dalam kamera ponsel."
"Cara berpikir pria kadang tak di mengerti. Seperti yang ku bilang, kita hanya menunggu waktu sampai beliau melihat Bos dan mampir kemari untuk memulai konfrontasi."
"Relax, everything gonna be okay," tukas Ajeng menentramkan.
"Kompleksion-nya selesai. Sekarang, aku akan buat alis. Kita mulai dengan frame atau bingkai alis terlebih dahulu. Lalu isi dalamnya dengan eyeshadow cokelat dari belakang ke depan yah. Makin ke depan makin samar. Setelahnya agar lebih on flick, koreksi lagi dengan creamy foundi. Gimana?" Rania terlihat menikmati menjadi selebgram dadakan.
Bunyi denting komentar masuk terdengar sahut-sahutan. Emoticon love terus terbang tanpa henti. Menjelang pagi, pasti banyak yang sudah bangun dan memeriksa ponsel mereka.
"Pemesanannya silahkan melalui aplikasi yah. Atau silahkan ke outlet resmi La Belle," katanya tak bosan untuk mengingatkan.
"Kompleksion yang kita buat sehebat apapun itu tak akan berpengaruh jika mata kita tidak dihidupkan. Maksudku, riasan mata lah yang paling menentukan hebat tidaknya make up tersebut. Pagi ini, aku ingin bikin look smokey eyes, tetapi dengan cut crease yang menawan," lanjutnya sembari mengambil flutfy brush.
Rania mengambil pallete eyeshadow dengan cover rainbow tiga dimensi.
"Aku menyukai tampilan pallete ini karena ini adalah desainku. Jadi, ini berisi eyeshadow, blush on dan bedak padat dalam satu pallete. Praktis sebab ada 8 warna eyeshadow untuk hasil matte dan 8 lagi Glitter, jadi mudah untuk dibawa. Anti ribet. Kita lihat seberapa hebat pallete ini? Gunakan base eyeshadow terlebih dahulu agar lebih bertahan dan lebih keluar warna-warnanya. Selanjutnya, gunakan warna terang kita mulai dari kelopak luar. Aku pakai warna bata ini, baurkan perlahan dan pelan ke arah depan kelopak. Blending, kemudian mocca di sudut luar kelopak ke arah dalam sampai tengah kelopak. Ambil kuas lain dan foundation lalu bentuk cut crease dari sudut mata depan ke arah tengah kelopak mata. Timpa dengan bedak padat kemudian gunakan eyeshadow Glitter sesuai keinginanmu. Gunakan telunjukmu saja karena eyeshadow ini sangat pigmented."
Beberapa menit kemudian Rania telah selesai memulas bibirnya dengan ombre lipstik campuran antara peach dan nude.
"Terakhir jangan lupa pakai highlighter. Dikit saja di si sini..." ujarnya sembari menyapu tulang pipinya dengan kuas highlighter, dan ujung hidung. "And done."
"Ternyata lebih cepat dari dugaan ku. Kita menghabiskan waktu 56 menit. Aku akan langsung menata rambutku. Rambutku ikal dan cukup tebal jadi aku akan bikin kepang fishtail braid. Aku selalu menyukai kepangan model seperti ini, karena membuatku terlihat seperti Puteri dari jaman kerajaan masa lampau."
Rania cekatan membuat kepangan di rambut ikalnya. Beberapa helai dibiarkan teruntai dramatis di sisi kanan kiri wajahnya. Alya berdiri di depan kamera dan memberi tanda waktu.
"Alya, Pak Raavero datang ...." Ajeng berbisik keras.
"Yah Tuhan..."
Alya berbalik dan keluar dari ruangan make up. Raavero dan tatapan galaknya terlihat akan melahap Alya yang mencoba menghalangi. Wajah Raavero tampak gusar.
"Aku tak mengerti! Apa-apaan Alya? Apakah semua orang harus melihatnya di siaran langsung? Apakah aku harus menonton hal-hal konyol seperti ini?"
"Pak Raavero saya mengerti jika anda kesal, mohon sabar. Nona Rania akan segera selesai."
Tanpa mengindahkan Alya, Raavero menerobos masuk ke ruangan make up. Rania terlihat masih berkutat dengan rambutnya. Dia hampir selesai ketika Raavero berdiri di hadapannya. Rania memberi isyarat pada Raavero untuk menunggunya selesai. Gadis itu terlihat tenang.
"Aku akan menyelesaikan siaran langsungku hari ini dan kita akan bertemu di lain waktu. Makasih untuk perhatiannya pagi ini, sampai jumpa ...."
"Luar biasa...." Raav bertepuk tangan ironi ketika kamera telah dimatikan.
"Terima kasih."
"Apakah pikirmu ini lelucon, Rania? Sempat-sempatnya berjualan sementara kita akan menikah beberapa jam lagi?"
"Aku hanya memanfaatkan momen, lagipula ini tidak mengganggu kita kan? Beberapa orang melakukannya di hari pernikahan mereka untuk bersenang-senang," jawab Rania santai.
Gadis itu berdiri di depan Raavero, mengamati pria itu menyembunyikan takjubnya. Dia setampan ini dalam balutan Man in Black.
"Aku akan berganti, bisakah kamu keluar?"
"Apakah kamu akan menyiarkan secara langsung juga?"
Rania tertawa geli. "Itu tidak bermoral,"
"Just, take your time ..." ucap pria itu dan berlalu.
Alya kembali dengan gaun berleher halter dan model empire sederhana, akan tetapi begitu menawan.
"Harusnya ibuku ada di sini ... " gerutu Alya.
"Beliau tak pernah memberi kabar?"
"Aku tak ingin tahu tentangnya," jawab Rania ketus, menyesal karena teringat akan ibunya. "Hariku cukup buruk karena harus menikahi Raav."
Seandainya dia mencintaiku. Namun, Raavero tak terbaca. Dia mungkin menyukai Rania atau mungkin pura-pura menyukainya, entahlah...
"Sudah selesai, Non. Mari pergi!" Alya menuntun Rania keluar ruangan.
"Bagaimana aku terlihat?"
"Sempurna untuk seorang wanita yang menikah karena utang. Riasan anda terlihat sangat tulus."
"Ais, kamu ini. Bagaimana siaranku tadi?"
"Kita menerima banyak orderan."
"Bisa dibilang itu cukup sukses?"
"Seperti ekspetasi mu, Nona. Bagaimana kalau anda fokus saja tentang pernikahan anda?"
"Baiklah ...."
Mentari bersinar dari balik perbukitan, warnanya merah keemasan dan sangat indah. Rania memasuki pelataran Kapela diapiti Dawnia dan Andara. Ayahnya terlihat menunggu dengan gelisah di depan pintu Kapela. Wajahnya campuran antara muram dan bahagia. Seakan-akan menguraikan kalimat "untuk semua kesemuan ini, maafkan Ayah."
Piano berdenting, pintu Kapela dibuka dan diujung sana, Raav menantinya. Rania melangkah perlahan dengan anggun. Hatinya meyakinkan semuanya akan baik-baik saja tetapi Rania tak pernah tahu bahwa deritanya akan segera dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
✨Susanti✨
next... ...
2023-01-17
0
anie
lanjt
2021-09-21
1
Conny Radiansyah
kenapa penderitaan Thor...
2021-04-11
0