Rania bangun pagi buta dan menyiapkan sarapan. Bunda Hana tidak tega pada gadis itu, jadi beliau mengabaikan instruksi Margareth dan memilih membantu Rania. Begitupun Septi. Mereka membuat penekuk apel dan roti panggang kismis. Bunda Hana mencicipi penekuk buatan Rania. Dia mengangguk-angguk menilai rasa makanan itu.
"Anda pandai membuatnya, Nyonya. Rasanya pun enak."
"Jangan memujiku, Bunda. Aku akan segera jatuh terkapar. Satu hal lagi, jangan memanggilku Nyonya, aku belum terbiasa," canda Rania.
Morning has broken like the first morning, Blackbird has spoken like the first bird,
Praise for the singing praise for the morning
Senandung Rania pura-pura riang menekan nyeri hati akibat kejadian semalam. Dia tak ingin terlihat menyedihkan oleh orang serumah.
"Aku perlu menghindari mereka pagi ini,"
Rania berguman dalam hati. Dia berencana untuk melarikan diri. Jadi, ketika penekuk selesai dibuat, Rania menarik kursi dan mengambil piring sarapannya. Tingkahnya membuat bunda Hana terkejut.
"Aku akan sarapan sekarang dan berangkat ke kantor."
"Nona akan sarapan di sini? Sepagi ini? Tidak sarapan bersama Nak Raavero?"
"Aku harus berangkat pagi-pagi ke kantor," jawab Rania buat alasan.
Bunda Hana menggeleng tidak setuju. Gadis ini pasti merasa buruk semalam. Suaminya membawa pulang wanita lain dan Puteri mereka. Ini pasti guncangan untuk Rania. Bunda Hana menarik kursi di sebelah Rania dan duduk di sana.
"Non ... jika Nona menghindari mereka maka Nona akan berakhir sebagai orang asing. Mikaila akan memakai peluang ini dan pelan-pelan mengganti posisi Anda. Cobalah lebih bijak."
Rania trenyuh mendengar nasihat itu. Dia menatap bunda Hana ragu-ragu. Saran bijak beliau berhasil membuka pikiran Rania.
"Benarkah?"
"Nona Rania sudah membuatkannya sarapan. Layani beliau sebelum berangkat ke kantor! Lakukan hal-hal kecil mulai saat ini agar beliau mampu menentukan hatinya. Anda tak akan merasa nyaman, tetapi mulai saat ini pikirkan matang-matang sebelum bertindak."
Benar. Mikaila hanyalah masa lalu Raavero. Raniallah masa depan pria itu sekarang. Rania tak mampu kembali, dia tak akan mampu membatalkan pernikahan. Dia hanya perlu maju dan bertahan.
"Anda sungguh bijaksana, aku benar-benar mendapat restu anda," ujar Rania tulus.
Dukungan positif Bunda Hana melahirkan persepsi baru Rania tentang bersikap benar bukannya jadi pecundang. Seandainya ada seseorang yang harus pergi, itu Mikaila bukan Rania. Satu yang pasti Rania tak boleh memusuhi Selena.
Rania mengatur meja riang, membawakan sarapan dan senandung kecil, seakan-akan tak terjadi apapun. Raavero mengawasi tingkah Rania. Dia tampak terlalu bersemangat.
"Silahkan di makan sarapannya? Ini masih hangat, rasanya pasti enak."
Ibu Margareth memperhatikan Rania, enggan menyentuh sarapannya tetapi penasaran akan rasa makanan buatan anak mantunya itu. Sesaat kemudian dia mendorong piring sarapan dan meludah pada tisu. Ini sudah bisa ditebak.
"Apa ini Rania? Ini yang kamu sebut sarapan?" gerutu Margareth sembari menghapus sisa makanan di bibirnya.
"Apa makananmu tak enak juga, Raavero?" tanya Rania lembut.
Mata mereka bertemu. Raav masih mengawasinya. "Ini tak seperti biasa. Sedikit enak."
"Tentu. Aku tak pandai buatkan penekuk, tetapi aku berusaha. Habiskan yah! Tak ada racun di dalamnya, aku hanya mengaduk seluruh cintaku di dalamnya," tambahnya mengerling jenaka dan mengirim tanda love pada Raav.
Bunda Hana dan Septi tersenyum geli melihat tingkah Rania. Dia cepat berubah ceria. Sementara Mikaila tersedak kemudian terbatuk-batuk. Margareth menuangkan segelas air dan menyodorkannya pada Mikaila.
"Apa rasa makanan ini, Rania? Kamu mengabaikan pertanyaanku?"
"Makanannya enak, Selena?" tanya Rania lembut pada Selena. Tak gubris - kan Margareth dan Mikaila. Jika Selena membencinya, fix, Mikaila itu penjahat.
"Enak tante, aku suka," jawab bocah itu polos. Matanya tak berbohong dan dia memamerkan senyuman menawan.
"Rania!!!" pekik Margareth marah.
"Nyonya, makanan anda dibuat oleh saya bukan buatan nona Rania. Maafkan saya jika rasanya aneh, akan saya ganti. Nona Rania hanya membuat makanan untuk Pak Raav dan nona Selena karena takut anda tidak menyukai masakannya."
Bunda Hana berdiri dan memohon maaf. Beliau mengambil piring sarapan Margareth dan menyuruh Septi membawakannya yang baru. Raavero tampak terkejut begitu pula Mikaila dan Margareth.
"Jangan berusaha melindunginya, Hana. Perempuan licik ini, sama seperti orang tuanya. Ular berkepala dua," umpat Margareth kasar.
"Yah, silahkan saja! Aku akan mencoba untuk lebih tabah menghadapi." Rania menggerutu dalam hati.
"Nyonya, anda mengenal saya bukan? Saya tak akan berani membohongi anda. Sarapan Anda buatan saya, sebab nona Rania takut membuatkan anda makanan," jelas Bunda Hana halus lebih meyakinkan.
Jika saja Bunda Hana adalah ibundanya Raav, maka Rania adalah menantu paling bahagia satu jagat raya. Wanita itu tidak saja lembut, bijaksana tetapi penuh pengertian.
"Aku akan berangkat kerja. Jika kamu sudah selesai sarapan, aku butuh bicara padamu, Raavero." Rania berkata tanpa ekspresi. "Aku akan menunggumu di kamar," lanjutnya dan berlalu dari sana.
Rania tak peduli pada tatapan Ibu Margareth atau Mikailla. Rania bukan gadis yang mudah ditindas. Dia tidak akan pernah mau ditindas.
Sembari menyiapkan berkas-berkas kerjanya, Rania memikirkan banyak hal. Dia terkejut saat Raavero tiba-tiba masuk dan bersuara.
"Lebih sopanlah pada Ibu, jangan mengabaikannya. Beliau hanya butuh perhatian."
"Apakah Mikaila itu gadis miskin, Raavero? Dia tak punya uang? Dia tak punya tempat tinggal? Dia tak punya harga diri? Dia tak punya seseorang untuk melindunginya? Dia tak punya keluarga?" serang Rania mengabaikan peringatan Raavero
"Apa maksudmu, Rania?"
"Berhentilah berpura-pura!" desak Rania jengkel melihat ekspresi datar Raavero. "Aku akan membuatkan sarapan untukmu, Puterimu atau Ibumu tapi bukan untuk yang lainnya. Aku bukan pembantumu," lanjutnya kasar.
"Rania, untuk beberapa kesalahan, aku perlu memperbaikinya. Mikaila di sini, kare - "
"Karena dia melahirkan puterimu? Karena dia kekasihmu? Karena kamu pikir bisa menindasku?"
Rania tak mampu berpikir waras saat ini. Adakah wanita yang bisa berpikir jernih ketika suaminya membawa wanita lain beberapa hari setelah pernikahan digelar?
"Keadaannya berubah kemarin, Mikaila dan Selena benar-benar butuh perlindungan secara hukum," jelas Raavero, tersenyum geli. "Kamu cemburu?" tanya Raavero menyerang Rania.
Pria itu melipat tangan di depan dada dan bersandar santai di dekat pintu keluar balkon. Dia mengamati Rania.
"A -, a-pa? Aku cemburu?" Rania mendekati Raavero. "Aku istrimu, aku berhak meluruskan beberapa hal," tukas Rania menatap Raavero heran.
"Rania. Tidak ada hal yang perlu diluruskan? Hmmm? Mikaila adalah klienku dan Selena ...," sahut Raavero. "Tingkahmu ku rasa berlebihan! Seandainya ada sesuatu di antara kami, aku tidak berharap kamu ikut campur terlalu jauh. Aku akan menyelesaikannya tanpa melibatkan mu."
Pernyataan Raavero barusan menampar Rania tepat di jantungnya. Benar, Rania tidak perlu ikut campur terlalu dalam kehidupan Raavero Alves. Mereka menikah, tetapi Rania hanyalah orang asing bagi Raavero.
"Baiklah," angguk Rania menyerah. "Aku akan coba pahami sikapmu yang tak punya pendirian itu. Mulai saat ini, seperti kamu merahasiakan puteri-mu dariku. Aku pikir sebaiknya aku melakukan hal yang sama untuk beberapa kasus."
"Aku hanya bingung, mengapa kamu menikahiku jika kamu punya, Mikaila dan Selena?" guman Rania dalam hati.
Bukankah sudah jelas? Raavero hanya ingin Rania menderita?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
✨Susanti✨
next kak
2023-01-18
0
bossmeong**
cuekin aja rania ...lama lama jg bucin dia.
2021-09-03
1
Conny Radiansyah
yang kuat Rania
2021-04-11
1