Dukung otor ya, para reader yang keren 🤗
🌸🌸🌸
"Hei, nona manis", panggil seseorang.
Reina seakan hafal dengan suara itu, dia menarik tangan Ayunda, memaksanya berjalan lebih cepat.
"Kenapa Kau berjalan dengan terburu-buru, ini kan masih sore", ujar Ayunda saat dia berjalan sedikit terseret-seret.
Reina mengabaikan perkataan Ayunda, dia terus melangkahkan kakinya.
"Hei, nona manis", panggil seorang pria yang masih kekeh dengan suara lantangnya.
Ayunda menoleh ingin melihat pria yang tak berhenti memanggil seseorang. "Kak Asep", gumamnya.
Reina menarik paksa Ayunda, agar Asep tak dapat mengejar mereka. Setibanya di halaman kantor, Reina mengajak Ayunda masuk ke dalam mobil.
Ayunda mendengus kasar saat sudah berada di dalam mobil. "Reina, kenapa Kau sangat terburu-buru? apakah Kau sedang menghindari Kak Asep?" tanya Ayunda penuh curiga.
Reina terdiam sesaat, lalu mencoba mengalihkan perhatian Ayunda dengan mengajak bicara sang supir. Reina berkelakar membuat sang supir tak berhenti tertawa. Ayunda merasa seperti kambing congek, karena Reina telah mengabaikannnya.
"Pak, bolehkah aku turun di halte depan", pinta Ayunda dengan muka cemberut.
Reina kaget saat Ayunda tiba-tiba minta di turunkan di halte. "Jangan Pak, dia cuma bercanda", bantah Reina yang mendapat tatapan tajam dari Ayunda. "Maafin aku, tadi gak sengaja mengabaikanmu, sebenarnya... tadi aku memang menghindari si Asep itu", ucapnya dengan sedikit menggeram.
"Emangnya Kau punya masalah apa dengannya?" tanya Ayunda.
Reina pun menceritakan kejadian saat pertama kali dia bertemu dengan Asep, bahkan sikap dan semua perkataan Asep yang membuatnya bergidik ngeri.
Ayunda terkekeh saat mendengar cerita Reina dan Asep. "Apa kalian berjodoh?" tanya Ayunda.
"Amit-amit dah, apakah Kau akan senang jika sahabatmu ini bersama dengannya?" tanya Reina dengan muka memelas.
"Hmm... aku pikir-pikir dulu, ya", sahut Ayunda.
"Kenapa masih pikir-pikir, Ay!" seru Reina dengan sedikit cemberut. "Apa Kau senang jika sahabatmu ini menderita?" tanya Reina sambil menatap Ayunda.
Ayunda pun tersenyum simpul, "kata siapa Kau akan menderita, kak Asep itu orang yang sangat perhatian pada wanita, bahkan hampir semua wanita di perhatikannya, ha... ha... " ledek Ayunda yang semakin membuat Reina merengut.
"Jadi sebenarnya, Kau ingin sahabatmu ini bagaimana?" tanya Reina.
"Aku ingin--", tutur Ayunda yang menggantung ucapannya, lalu menatap Reina dengan serius. "Aku ingin Kau mencucuk hidungnya dan menarik telinganya, agar dia jera!" seru Ayunda dengan menggebu-gebu.
Reina mengkerutkan keningnya bingung dengan ucapan Ayunda.
Seketika hening...
Lalu Ayunda dan Reina saling berpandangan.
Ha... ha... mereka tiba-tiba tertawa bersama dalam waktu yang cukup lama, membuat sang supir mendapatkan latihan jantung.
***
Adrian memarkirkan kendaraannya di tepi sebuah gang. Lalu dia berjalan menyusuri sebuah gang sempit. Langkahnya terhenti di depan sebuah rumah sederhana bercat hijau. Jantungnya semakin berdegup kencang saat dia akan melanjutkan langkahnya.
Berulang kali Adrian membolak-balikkan badannya, karena masih ada keraguan di hatinya.
Ceklek...
Seseorang membuka pintu bercat hijau itu, lalu menyapa Adrian, "cari siapa, Pak?" tanyanya pada pria berjas yang sedang membelakanginya.
Adrian kembali membalikkan badannya dengan perlahan, dia ingin melihat wajah wanita yang sedang bertanya padanya. Saat Adrian sudah saling berhadapan dengan wanita paruh baya itu, wanita itu mengkerutkan keningnya. "A-Adrian", ucapnya dengan terbata-bata.
Rasa haru menyelimuti Adrian, karena sang bunda yang sudah lama tidak di temuinya masih dapat mengenalinya. Air matanya jatuh dengan bebas, membuat sang bunda juga ikut meneteskan air mata. Tanpa berkata apa pun, Adrian langsung berlari menghampiri sang bunda, lalu memeluknya dengan erat. "Bunda..." panggilnya sambil menangis.
"Bunda rindu Kamu, Nak. Kamu ke mana saja selama ini?" tanya sang bunda.
"Maafkan Adrian, Bun", ucapnya dengan penuh penyesalan.
Sang bunda mengelus lembut punggung Adrian, "Kamu tidak salah, Nak. Semua ini sudah takdir Tuhan."
"Bunda..." panggil Ayunda saat melihat sang bunda berpelukan dengan seorang laki-laki. "Apa yang Bunda lakukan?" tanya Ayunda yang telah salah paham.
Sang bunda melepas pelukannya, "Ay, coba Kamu lihat", pinta sang bunda sambil menarik tangan Ayunda. Kini Ayunda dan Adrian saling berhadapan.
"Bapak...!" seru Ayunda. Dia kaget saat melihat orang yang ada di hadapannya.
"Jangan panggil dia bapak Nak, dia itu kakak Kamu", tutur sang bunda menjelaskan.
"Mak- maksud Bunda, dia ini kak Adrian?" tanya Ayunda tak percaya.
"Iya, Ay", sahutnya singkat.
Adrian melangkahkan kakinya mendekati Ayunda, "maafkan kakakmu ini, Yunda", tuturnya sambil memegang pundak sang adik.
"Kakak beneran Kak Adrian", sahutnya girang.
Ayunda tersenyum bahagia, akhirnya panggilan yang sudah lama tidak di dengarnya, hari ini kembali dia dengar dari seorang yang sangat dia sayangi. Ayunda berhambur memeluk sang kakak. "Yunda kangen Kakak", serunya sambil meneteskan air mata.
Sang bunda memandang haru pertemuan mereka, "Kangen-kangennya dilanjutkan nanti aja ya, ayo... kita masuk ke dalam dulu", pinta sang bunda.
"Iya, Bun", sahut mereka bersamaan. Lalu mereka melangkah masuk ke dalam rumah.
"Bunda, kenapa Yunda makin gede kok semakin jelek ya?" ledek sang kakak saat dia duduk di sofa.
Ayunda pun merengut mendengar ledekan sang kakak. "Bunda..." rengeknya mengadu pada sang bunda.
"Adrian", tegur sang bunda sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tapi Bun... aku tak tau apa yang berbeda dari adikku ini, apa mungkin karena pipinya sudah tidak chubby lagi", tutur Adrian melanjutkan ucapannya. "Apakah Kau tidak makan dengan baik, kenapa Kau sangat kurus, adikku?" tanya Adrian dengan lembut.
"Apa Kakak akan senang jika adikmu ini terlihat gendut?" sahut Ayunda sambil mengerling.
"Ha... ha... ternyata adikku ini sudah dewasa, dia sudah memperhatikan penampilannya untuk menarik perhatian..." tutur sang kakak sambil mengedipkan matanya.
"Bunda, apa benar ini kakakku?" tanya Ayunda dengan kesal.
"Sudah-sudah, berantemnya dilanjutkan nanti aja ya, Bunda pengen dengar cerita dari kakakmu, bagaimana bisa dia jadi seperti sekarang ini!"
Adrian menarik nafas dalam, dia pun mulai menceritakan saat dia melarikan diri dari rumah. Dia bersama dengan Alfian menjadi gelandangan di jalanan selama satu minggu.
"Tunggu dulu, siapa Alfian?" tanya sang bunda penasaran. Dia ingat betul tidak ada anak yang bernama Alfian saat mereka tinggal di desa.
"Alfian itu teman Adrian dan Yunda, Bun", sahut Adrian. "Kami tidak sengaja bertemu, saat Alfian ketahuan mencuri makanan di warungnya bu Ratih", ucapnya melanjutkan.
"Mencuri?" tanya sang bunda.
"Iya... dia menjadi gelandangan setelah kejadian yang menimpa ke dua orang tuanya, sebuah truk dengan sengaja menabrak mobil ke dua orang tuanya yang sedang parkir di tepi jalan", tutur Adrian menjelaskan.
"Kejam sekali mereka, apakah mereka sudah di tangkap?" tanya sang bunda.
Adrian menggeleng, "belum, Bun", sahutnya lirih.
*
*
bersambung...
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
3 like mendarat...
Smangat trus
💕💕
2021-03-07
1
Conny Radiansyah
alhamdulillah, berkumpul lagi...btw ayahnya kemana Thor...
2021-02-25
0
Dian Anggraeni
Kasihan ya Alfian toor 😧😥😥
2021-02-21
1