Hai Reader yang baik hati, selalu jaga kesehatan ya 😊
🌸🌸🌸
"Ayunda..." panggil seseorang.
Ayunda langsung menoleh ke sumber suara, saat sudah berhadapan dengan orang tersebut, dia menunjuk dirinya sendiri, untuk meyakinkan orang tersebut memang memanggil dirinya.
"Masih ingat?" tanyanya sambil tersenyum pada Ayunda.
Ayunda mencoba berfikir, di mana dia telah bertemu dengan wanita itu.
"Winda Santoso" ucapnya memperkenalkan diri pada Ayunda.
Ayunda tersentak, dia baru teringat dengan kartu nama yang pernah di berikan padanya, "Yang di busway waktu itu?" tanya Ayunda.
"Ya, akhirnya kita ketemu juga di sini", sahut Winda ramah.
"Maaf aku telah mengabaikan kartu nama yang Kakak berikan", tuturnya merasa malu.
"Itu tidak penting lagi, yang penting Kau sudah di sini sekarang", sahutnya dengan tulus. Lalu berbalik menghampiri sang asisten. Dia meminta asistennya mengatur semua pekerjaan para anak magang sesuai dengan bagian yang sudah di tentukan sebelumnya.
Reina mana? batin Ayunda.
Baru saja Ayunda bertanya di dalam batinnya, Reina sudah muncul. "Dari mana?" tanyanya pada Reina dengan berbisik.
"Dari toilet", sahutnya.
Lalu asisten Winda mengarahkan mereka menuju bagian masing-masing.
***
Seorang pria fokus memperhatikan layar cctv. Sorot matanya tidak berhenti menatap seseorang yang terlihat dari layar cctv itu. Dia adalah Ferdo CEO dari Santoso Station.
Tok... tok...
Suara ketukan pintu mengejutkannya, dengan buru-buru dia menutup layar cctv beralih ke dokumen yang ada di atas mejanya sambil mempersilakan masuk seseorang yang setia menunggu di depan pintu.
"Permisi, Pak", ucap sekretarisnya yang bernama Tya. "Nona Cindy-- Aww..." ucapannya terputus saat seorang wanita mendorongnya, memaksa masuk ke dalam.
Wanita seksi itu berjalan anggun mendekati Ferdo. "Hai, sayang..." ucapnya tersenyum menggoda.
Dasar tak punya sopan santun, batin Tya.
"Tya, bukankah sudah aku ingatkan, tidak ada tamu mana pun yang boleh masuk, tanpa izin dariku!" ucapnya dengan emosi.
"Ma- maaf, Pak", sahutnya gugup.
"Sayang Kena-"
"Tya, apa perlu aku ulangi! sergahnya.
"Nona Cindy, tolong bekerja samalah", pintanya dengan sopan.
"Sayang maafkan aku, aku tau Kau pasti sibuk, aku janji tidak akan mengganggumu saat ini, tapi tolong angkat telponku", ujarnya mesra membuat sang sekretaris bergidik ngeri.
Ferdo mengabaikan omongan Cindy, dia terus membolak-balik berkas di tangannya tanpa ekspresi.
"Sampai jumpa sayang", ucapnya sambil berlalu meninggalkan ruangan Ferdo.
Tya sang sekretaris mengikutinya dari belakang memastikan dia ke luar dari ruangan si bos dan tak akan masuk kembali.
Tak berselang lama Ferdo menelpon sekretaris Tya. "Tya, jika ada Cindy Cindy lainnya yang ingin menemuiku, katakan aku sedang meeting."
"Baik, Pak", sahutnya sopan lalu menutup telpon setelah sang bos menutupnya terlebih dahulu.
"Satu Cindy saja sudah menyebalkan, bagaimana kalau ada lima", gumamnya sambil bergidik ngeri.
***
Reina terus membujuk Ayunda untuk ikut ke kantin bersamanya, namun berkali-kali pula Ayunda menolaknya. Reina diam di tempatnya berdiri sambil memandang Ayunda dengan muka cemberut.
"Maaf, Na. Aku segan jika harus ke kantin, pada hal aku tidak membeli apa pun", tuturnya lembut.
"Baiklah, jika Kau merasa segan, aku akan membelikanmu minuman", ucapnya memberi solusi.
Ayunda tak dapat mengelak lagi, " Kau begitu keras kepala ya", sahut Ayunda pasrah. Lalu mereka berjalan bersama menuju kantin.
Di kantin kantor Santoso Station para karyawan menghabiskan waktu menikmati makan siangnya. Beberapa karyawan pria memandang tanpa berkedip saat Ayunda dan Reina melewati mereka.
"Hei, anak magang... di sini masih ada tempat", ucap seorang dari ke empat pria itu.
Reina menoleh ke arah pria itu, "Maaf Kak, kami cari bangku lain saja", sahutnya ramah.
Pria itu tak terima dengan penolakan Reina, "jangan sok jual mahal, di sini sangat banyak wanita yang jauh lebih cantik dari kalian", ucapnya memandang rendah Ayunda dan Reina.
Ayunda langsung menarik tangan Reina, saat Reina mencoba menghampiri pria itu, "sudah jangan di perpanjang, kita ke sini kan mau makan", seru Ayunda memberi pengertian Reina. Tanpa sepatah kata, Reina berbalik menarik tangan Ayunda menjauh dari pria-pria itu.
Reina mengajak Ayunda ikut bergabung bersama anak magang lainnya. Dia mengetahui mereka itu anak magang dari pakaian yang mereka kenakan.
Ayunda dan Reina duduk saling berhadapan dengan ke dua anak magang itu. Lalu Ayunda membuka bekal yang sedari tadi di bawanya. Salah seorang anak magang yang melihatnya memandang sinis padanya, "ck, apa kita sedang berada di sekolah taman kanak-kanak!" ledeknya.
Telinga Reina panas mendengarnya, "Hei, apakah Kau tidak punya orang tua di rumah?" tanya Reina.
"Apa maksudmu?" balasnya dengan kembali bertanya.
"Kenapa Kau iri saat orang membawa bekal... apakah Kau tau di dalam bekal yang di bawanya ada rasa cinta melebihi apa pun. Aku rasa Kau tak memiliki cinta dari siapa pun, seperti yang dia miliki!" sergah Reina.
Orang tersebut menatap tajam Reina, "apa bedanya denganmu!" balasnya.
Reina mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, "Tidak ada bedanya... aku selalu membawa permen lolipop pemberian mamaku", sahutnya.
"Dasar orang aneh", gumamnya.
"Aku masih mendengarnya", ucap Reina.
Wanita di hadapannya diam dengan muka mendendam. Reina mengabaikannya, dia langsung beranjak memesan makanan, namun orang di hadapannya itu semakin menatapnya sinis.
Tak butuh waktu lama Reina kembali menghampiri Ayunda yang masih semeja dengan ke dua anak magang itu. Mereka menikmati makanan masing-masing dalam keheningan.
Jam makan siang berakhir, Ayunda mulai menutup kembali bekalnya setelah makanan buatan sang bunda selesai di lahapnya. Lalu mereka kembali ke divisi yang sudah di tetapkan atas mereka. Ayunda kembali ke ruangan divisi program acara sedangkan Reina berada di divisi marketing.
***
Seorang wanita masuk ke dalam ruang divisi program acara.
"Bu Winda..." sapa beberapa orang di dalam ruangan dengan ramah.
Winda membalas sapaan mereka hanya dengan tersenyum, lalu berjalan menghampiri Ayunda. "Ayunda..." panggilnya dengan lembut.
"Iya, Kak", balas Ayunda dengan tersenyum.
Orang yang berada di ruangan itu tersentak mendengar ucapan Ayunda. "Siapa dia? Kenapa dia memanggil Bu Winda dengan sebutan kak?" bisik seseorang pada temannya.
"Aku gak tau, mungkin saudara dekat", balas temannya berbisik.
"Oo, jadi seperti itu" sahut Winda setelah mendapat penjelasan kenapa nama panggilannya Ay. "Jadi Kau lebih menyukai panggilan mana?" tanya Winda.
Ayunda terdiam, lalu menghela nafas singkat, "Aku lebih menyukai panggilan lamaku, jika yang memanggil dengan nama itu kakakku sendiri", sahutnya lirih.
Winda melihat wajah ceria Ayunda tiba-tiba berubah sendu. Dia langsung menghentikan pembahasan mengenai nama itu dan apa pun yang berkaitan dengan keluarganya. Winda tahu sepenggal cerita mengenai keluarga Ayunda dari saudara sepupunya Ferdo, informasi itu dia dapatkan dengan bersusah payah membujuk Ferdo. Hampir setiap hari dia merengek minta diceritakan tentang keluarga Adrian, akhirnya Ferdo menyerah dan terpaksa menceritakannya walau hanya sepenggal cerita.
Setelah Winda mendapat sepenggal cerita lain dari adiknya Adrian, dia pamit pada Ayunda, lalu bergegas ke luar dari ruangan itu.
*
*
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Maya●●●
mampir lagi kak ucy. semangatt
2023-08-01
0
Conny Radiansyah
Winda baik
2021-02-25
0
Cahaya mata
Nyicil baca kak
2021-02-13
1