Hai semua, jangan lupa dukung otor lewat like, coment dan vote... luph u all.
🌸🌸🌸
Adrian kembali menceritakan peristiwa dua belas tahun lalu. Dia mengulang kembali kisah pilu yang mereka alami, selama satu minggu mereka hidup lontang lantung, tanpa makanan, tempat tinggal dan tempat beristirahat.
"Pada suatu hari ada beberapa orang dengan tubuh yang kekar seperti bodyguard datang mencari Alfian. Orang itu ingin membawa Alfian, namun Alfian meronta, karena Alfian takut orang itu adalah para pencuri organ-organ tubuh anak-anak. Aku pun membantunya dengan coba melempar mereka dengan sebuah batu."
Adrian menghela nafas seketika, kemudian dia melanjutkan, "Saat kami terus mencoba melawan mereka, seorang pria tua datang menghampiri kami. Ternyata Alfian mengenal pria tua itu, dia adalah kakek Alfian. Sejak saat itu, aku dan Alfian tinggal bersama kakek Alfian. Kakeknya memberikan aku pendidikan yang sama dengan Alfian cucunya."
"Di mana Alfian sekarang?" tanya sang bunda.
Adrian tersenyum sambil memandang sang bunda, "dia menjadi CEO tempat Adrian dan Yunda bekerja sekarang, Bun", sahut Adrian.
"Lho, jadi Ay... eh, maksud bunda, Yunda magang di tempat kamu, Nak?" tanya bunda.
"Ya, Bun", sahut Adrian.
Kak Alfian seorang CEO, pastilah dia sulit untuk di temui", batin Ayunda.
Ayunda teringat sesuatu, "Kak, apa kita pernah bertemu di cafe sebelumnya?" tanya Ayunda.
"Iya, sewaktu kakak memintamu membawakan segelas air hangat", sahut Adrian. "Kakak punya feeling kalau Kamu adalah Ayunda yang selama ini kakak cari, tapi waktu Kamu memperkenalkan diri dengan nama yang berbeda, kakak jadi ragu."
Ayunda teringat saat dia memperkanalkan diri dengan nama, Ay pada dua orang pelanggan "Oo, nama itu sejak Yunda SMP, Kak", tutur Ayunda membalas. "Tapi siapa pria yang bersama Kakak waktu itu?" tanya Ayunda.
"Oo, dia Ferdo sahabat Kakak di kantor", sahutnya berbohong namun tidak sepenuhnya.
Berarti dia bukan kak Alfian, batin Ayunda.
Adrian berusaha mengalihkan perhatian Ayunda, "Tapi aku senang Bun, Yunda... akhirnya kita bisa berkumpul kembali, meskipun tanpa Ayah", ucap Adrian yang mengubah mimik wajahnya menjadi sendu.
"Kamu dan Yunda ada di sini saja, bunda sudah sangat senang. Jadi jangan tinggalkan bunda lagi ya, Nak", pinta sang bunda tulus.
"Ya, Bun", sahut Adrian dengan tersenyum. "Tapi aku ingin membawa Bunda dan Yunda tinggal bersamaku", pinta Adrian.
"Tidak perlu, Nak", tolak sang bunda.
Adrian mendengus kasar, "Bunda tidak boleh menolak, aku adalah pengganti ayah di keluarga kita", ucap Adrian memaksa.
Setelah perdebatan singkat, akhirnya Adrian berhasil membujuk sang bunda, berkat bantuan sang adik. Mereka pun di minta segera berkemas oleh Adrian, agar besok mereka langsung berangkat ke apartemennya.
***
Secangkir kopi menemani pagi seorang pria tampan yang tersenyum menatap mentari, di atas balkon kamarnya. Hari ini semua kegelisahan dan rasa bersalah yang telah di perbuatnya dua belas tahun lalu seolah terbayar.
Di raihnya ponsel dari dalam saku, lalu dia meminta seseorang membantunya untuk membantu Bunda dan sang adik berkemas. Setelah orang itu menyanggupinya, Adrian kembali menyeruput sisa kopinya.
Adrian beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Senyumnya seakan tak luntur dari wajahnya, terlihat jelas saat dia berdiri di depan cermin yang memantulkan dirinya. Jas dongker yang di kenakannya seakan membuat wajah tampannya semakin berkharisma.
Adrian melangkahkan kakinya meraih kunci yang terletak di atas nakas. Lalu dia berjalan ke luar dari apartemen.
***
Ayunda berjalan ke luar rumah setelah selessi membereskan semua pakaiannya di dalam koper. Dia syok saat seorang pria seperti bodyguard berdiri tepat di hadapannya. "Bapak ini siapa?"
"Permisi, Nona. Perkenalkan saya Toni, saya di minta Tuan Adrian untuk membantu memindahkan barang-barang atau apa saja yang Nona perlukan, saya siap membantu."
"Oo... tapi saya gak mau merepotkan, Pak", sahut Ayunda ramah.
"Gak merepotkan, Non... ini sudah tugas saya. Tapi tolong jangan panggil saya pak, saya masih seumuran dengan Tuan Adrian", tuturnya sambil tersenyum.
Ayunda memandang Tony dengan tersenyum, "maaf... tapi saya harus panggil apa?" tanya Ayunda bingung.
Tony berfikir sejenak, "panggil mas aja, biar lebih akrab", sahut Tony sambil tersenyum.
"Baiklah, mas Tony", sahut Ayunda membalasnya dengan tersenyum ramah. Lalu perhatian Ayunda beralih kepada seorang pria yang berada di belakang Tony. "Kak Adrian", panggil Ayunda saat Adrian datang menghampiri mereka.
Adrian menyahut Ayunda dengan tersenyum, "apakah semua sudah beres?" tanya Adrian sambil menghampiri Ayunda.
"Sudah dong, Kak", sahut Ayunda dengan riang.
"Tony, ayo segera bereskan!" pinta Adrian pada bawahannya.
"Baik, Tuan", sahut Tony dengan patuh.
Adrian celingak celinguk mencari seseorang, "Bunda di mana?" tanya Adrian.
"Bunda lagi membereskan peralatan masaknya", sahut Ayunda.
Adrian melangkahkan kakinya dengan terburu-buru ke dalam rumah, "Bunda..." panggilnya sambil mencari keberadaan sang bunda. "Bunda lagi ngerjain apa?" tanya Adrian saat menghampiri sang bunda di dapur.
"Bunda mau membawanya, karena ini peralatan yang bunda pakai untuk membuat kue", tutur sang bunda.
Adrian memandang sang bunda dengan tersenyum, "Bun, itu tidak perlu lagi, aku sudah menyiapkan sesuatu untuk bunda", tuturnya lembut.
"Jadi ini gimana?" tanya sang bunda.
"Bunda bisa sumbangkan bagi yang membutuhkan", usulnya.
"Kakak benar, Bun. Kak Adrian pasti sudah menyiapkan sesuatu yang lebih bagus untuk Bunda gunakan nanti", sahut Ayunda menimpali.
"Bunda ngikut aja," ucapnya tersenyum sambil mencubit ke dua pipi Adrian.
"Oke, kalau begitu kita berangkat sekarang", ajak Adrian pada Bunda dan Ayunda.
***
Drrt... drrt...
Ponsel Ayunda bergetar, dengan cepat dia meraih ponsel yang ada di saku hoodie yang di kenakannya. "Dafa", gumamnya saat melihat nama di layar ponselnya.
Adrian memandang Ayunda melalui spion dalam mobil. "Kenapa gak di angkat?" tanya Adrian.
"Oo, i- ini bukan siapa-siapa, Kak", sahutnya gugup.
"Kamu yakin?" tanya Adrian.
"Iya, Kak!" seru Ayunda.
Adrian menoleh ke belakang, "Bun, apakah adikku ini sudah punya seseorang yang special?" tanya Adrian.
Sang bunda mengkerutkan keningnya, "maksudnya?" tanya sang bunda.bingung.
"Seperti teman dekat, Bun", tutur Adrian.
Sang bunda mengangguk-angguk, "Oo... ada dong", sahut sang bunda.
"Siapa, Bun?" tanya Adrian dengan semangat. Berbeda dengan Ayunda yang kaget sambil memandang heran sang bunda.
"Namanya... Bunda lupa namanya", ucap sang bunda.
Adrian dan Ayunda menunggu sang bunda mengingat nama orang tersebut.
"Ah, iya... namanya Reina", sahut sang bunda.
"Huft... aku pikir siapa", Ayunda bernafas lega.
"Reina?" tanya Adrian.
"Iya... Reina itu anak yang sangat baik, dia teman akrabnya Ayunda, Nak. Lain waktu bunda minta Ayunda mengenalkannya padamu ya, barang kali dia bisa jadi menantu bunda", tutur sang bunda.
Adrian dan Ayunda syok mendengar ucapan sang bunda.
"Puft, iya Yunda setuju, Bun", sahut Ayunda sambil menertawakan sang kakak.
*
*
Happy Reading 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Nulis terus✍️💪
like thor, semangaaaat 💪
salam dari PRINCESS CEO ☺️🙏
2021-09-01
0
Dian Anggraeni
lanjut jut jut 👏👏👍👍👍
2021-03-03
1
Pink Panther
5 boomlike done🙌👍
kutunggu likebacknya di karyaku Who is He? dah UP lho😄💕
2021-03-02
1