Jangan lupa bahagia ☺
🌸🌸🌸
Huff... huff..
Ayunda berlari ngos-ngosan menghampiri Nita. "Ini, Kak..." ucap Ayunda sambil menyerahkan berkas di tangannya.
"Kenapa lama sekali!" bentaknya.
"Maaf, Kak... tadi gak sengaja nabrak seseorang", ucapnya sambil menangkupkan tangannya.
Nita geram akan kecerobohan Ayunda, "Aargh..." teriaknya sambil melemparkan berkas di tangannya. "Dasar bodoh!" serunya memaki Ayunda.
Ayunda syok saat Nita melempar berkas yang tadi di bawanya. Air matanya pun jatuh dengan bebas saat Nita berteriak.
Karyawan yang melihat kejadian itu mencoba menegur Nita, "kenapa harus marah, walaupun berkasnya terlambat, kita kan sudah menanganinya, jadi tidak ada masalah lagi", ucapnya.
"Jangan sok tahu!" bentak Nita pada karyawan yang coba membela Ayunda, lalu dia menatap tajam ke arah Ayunda. "Ini peringatan terakhir buatmu, jika terjadi lagi, aku pastikan Kau tidak akan bisa magang di sini lagi!" sergahnya pada Ayunda.
Ayunda menganggukan kepalanya dengan lesu. Lalu dia berjalan gontai, kembali ke ruangannya.
***
"Siapa namamu?" tanya Winda pada wanita di hadapannya.
"Ni- Nita, Bu", ucapnya gugup.
"Lovely... berikan surat phknya", pinta Winda pada asistennya.
Nita terbelalak saat mendengar ucapan Winda, surat phk, batinnya.
"Ma-maaf, Bu... maksudnya apa?" tanya Nita dengan sedikit terbata-bata.
"Kamu gak budeg, kan?" tanya Winda.
"I- iya, ta-tapi... apa salah saya, Bu?" tanyanya sambil meremas tangannya.
"Ck, Kau masih bertanya!" sergahnya. "Acara pukul 11 siang tanggung jawab siapa?" tanya Winda.
Nita mendelik, "sa- saya, Bu", sahutnya.
Winda semakin menatap tajam Nita, "trus...?"
"Itu semua karna anak magang yang gak becus itu, Bu", ucapnya membela diri.
"Anak magang baru masuk dua hari, dan pekerjaan itu bukan tanggung jawabnya! Kau yang lupa membawanya, tapi kenapa kesalahan itu Kau timpakan pada orang lain!" sergahnya dengan emosi yang meluap.
"Ma- maaf, Bu", tuturnya memohon.
"Lovely... berikan padanya!" pintanya pada sang asisten.
"Tolong berikan saya kesempatan, Bu", pintanya sambil berlutut di bawah kaki Winda.
"Jangan lakukan itu", seru Winda, lalu menjauh dari Nita.
Nita menangis meraung-raung tak ingin ke luar dari dalam ruangan Winda. "Berikan aku kesempatan sekali lagi, Bu", tuturnya sambil menangkupkan tangannya.
Winda menawarkan Nita posisi office girl, jika dia masih mau bekerja.
Nita terbelalak mendengar ucapan Winda, "office girl", gumamnya.
"Cih, kamu pikir posisi apalagi yang cocok buatmu!" ucap Winda sambil berlalu meninggalkan Nita bersama sang asisten.
Nita merasa terhina saat dia ditawarkan posisi sebagai Office girl, dia lebih memilih ke luar dari perusahaan dari pada memilih posisi itu, namun dia ke luar dari perusahaab itu dengan menyimpan rasa sakit hati.
Beberapa karyawan yang mengetahui kejadian itu menjadi lebih berhati-hati saat berinteraksi dengan Ayunda, mereka bahkan memperlakukan Ayunda lebih istimewa dari pada anak magang lainnya. Keadaan itu membuat Ayunda menjadi sedih dan kehilangan banyak teman.
***
Ceklek...
Pintu di buka memunculkan wajah Ferdo dari balik pintu. Lalu dia menghampiri Adrian yang duduk di kursi sambil memijit pangkal hidungnya.
"Sampai kapan hal ini akan Kau rahasiakan?" tanyanya pada Adrian.
Adrian hanya diam, tak menyahut perkataan Ferdo.
Ferdo kembali melangkahkan kakinya menuju sofa, lalu dia duduk sambil menyandarkan tubuhnya, "apa Kau tidak merasa kasihan melihat keadaannya saat ini? aku kuatir mereka akan berfikir kalau Ayunda telah berbuat sesuatu yang merendahkan dirinya", tuturnya sambil menghela nafas.
"Aku belum siap", sahut Adrian lemah. Lalu dia melangkahkan kakinya menuju sofa. "Sudah lama aku tidak bertemu bunda dan adikku itu, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan pada mereka", lirihnya sambil duduk di sofa.
Ferdo menoleh ke arah Adrian, "Emang apa yang harus Kau katakan? Kau tinggal berlari, dan memeluk bundamu, katakan kalau Kau adalah anaknya yang sudah lama menghilang", ucap Ferdo menaikkan sedikit intonasi suaranya.
"Tidak semudah itu", sahut Adrian.
"Ck, Kau belum mencobanya", ucap Ferdo berdecak kesal. "Pikirkan kembali", ujarnya sambil menepuk pundak Adrian. "Aku permisi", tuturnya sambil berdiri, lalu melangkahkan kakinya ke luar dari ruangan Adrian.
Sepeninggal Ferdo, Adrian terus memikirkan perkataan sahabatnya itu, "baiklah, aku akan mencobanya", gumamnya.
***
Ayunda memegang beberapa berkas yang akan di ketik kembali, namun belum ada satu kata pun yang berhasil di ketiknya.
"Ay..." panggil seorang karyawan wanita yang menggantikan Nita.
"Ya, kak Ros", sahutnya.
"Bagaima,,," ucapannya terputus saat melihat layar bersih komputer di hadapan Ayunda, belum ada satu kata pun di layar itu. "Lho, kenapa masih kosong?" tanya Ros sedikit kecewa.
"Eh, ma- maaf, Kak", sahutnya gugup, lalu mulai membuka lembaran yang ada di hadapannya.
Ros membuang nafas kasar, dia ingin marah, tapi takut kejadian yang sama akan menimpanya. Dia berlalu meninggalkan Ayunda yang mulai mengetik.
***
Ayunda dan Reina duduk di bangku kantin, tak banyak perbincangan di antara mereka. Sejak kejadian pemecatan Nita, banyak orang yang menjauh darinya.
"Ay, mukamu kenapa?" tanya Reina.
Ayunda langsung memegang wajahnya, "emang ada apa di wajahku?" tanya Ayunda sambil mengusap wajahnya.
"Ck, bukan itu maksudku!" Reina berdecak kesal. "Ada masalah apa? Kenapa mukamu di tekuk seperti itu?" tanyanya.
"Aku bingung, siapa yang sudah membantuku selama ini?" tanya Ayunda dengan mengkerutkan keningnya. "Mulai dari uang kuliah, bahkan saat kak Nita di pecat", ucapnya.
"Siapa pun dia, yang pasti dia ingin melindungi dan memperhatikanmu. Tapi aku juga penasaran siapa orang yang telah membantumu", sahut Reina.
Ayunda memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, namun dia tak berhenti memikirkan siapa orang yang sudah membantunya. Apa kak Winda yang sudah membantuku, batinnya. Ayunda tidak melanjutkan makan siangnya, selera makannya pun berkurang sejak saat kejadian itu.
Reina sudah menghabiskan makan siangnya dengan lahap. Setelah menunggu beberapa menit, dia mengajak Ayunda kembali ke ruangan mereka. Ayunda pun setuju, lalu mereka berjalan meninggalkan kantin.
"Pulang kerja nanti, aku tunggu di lobi ya", ucapnya saat akan berpisah di sudut lorong kantor.
Ayunda menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Lalu dia berjalan menuju ruangannya.
Ayunda berjalan menghampiri meja kerjanya, saat akan duduk, dia melihat coklat dan setangkai bunga terletak di atas mejanya. Punya siapa ini? batin Ayunda.
"Ay, itu tadi Beno yang letakin di mejamu", seru Ros yang tak sengaja melihat Beno sang OB kantor meletakkannya di atas meja Ayunda.
Ayunda membuka secarik kertas warna pink yang menempel di coklat. "Tetap semangat cantik... from: A", gumamnya. "Inisial A." Ayunda mencoba mengingat karyawan di kantor yang berinisial A, namun tak ada satu nama pun yang berinisial A yang dia kenal di kantor.
Ayunda menghubungkan pemberian coklat itu dengan orang yang telah membantunya selama ini. Siapa orang itu, apakah aku mengenalnya? batin Ayunda.
***
Jam kerja pun usai, beberapa karyawan berjalan meninggalkan gedung Santoso Station.
"Ay..." panggil Reina saat melihat Ayunda baru saja ke luar dari dalam lift.
Ayunda melangkahkan kakinya menghampiri Reina, "kenapa Kau seperti mencari seseorang?" tanya Ayunda curiga.
"Ah, gak ada... itu perasaanmu saja, ayo kita pulang", ajak Reina dengan menari tangan Ayunda.
"Hei, nona manis!" teriak seseorang.
*
*
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Han
semangat Thor 💪🏻
2023-05-13
0
Conny Radiansyah
kelamaan mikir Adrian, jangan mikir yang aneh"...ibu menunggu...
2021-02-25
0
Ahmad
semangat
2021-02-01
1