Hai Reader yang baik hati, selalu jaga kesehatan ya 😊
🌸🌸🌸
Reina menepikan kendaraannya saat mereka sudah berada di depan gang rumah Ayunda.
Ayunda langsung ke luar dari dalam mobil untuk meminta izin pada pemilik halaman di mana mobil Reina akan parkir. Setelah pemilik halaman memberi izin, Reina memarkirkan kendaraannya, lalu bergegas ke luar dari dalam mobil. Mereka pun berjalan melangkahkan kaki menuju rumah Ayunda.
Setelah berada di depan pintu rumah, Ayunda memegang handle pintu, membukanya dan mengucapkan salam saat pintu terbuka lebar. "Bunda..." sapanya saat melihat sang bunda sedang sibuk mempacking rendang pesanan orang.
"Emm... wangi banget, Bun. Jadi laper, nih", ujar Ayunda saat hidungnya berhasil mencium aroma masakan sang bunda.
"Ya, sudah kamu makan, gih", sahut sang bunda. "Kamu dengan siapa, Nak?" tanya sang bunda saat melihat Reina di belakangnya.
"Iya, hampir lupa. Ini teman Ay, Bun. Namanya Reina."
"Saya Reina, Bu", ucapnya ramah dengan memberi salam.
Bunda Ayunda menyambut Reina dengan tersenyum, dia sangat senang jika ada teman Ayunda yang datang berkunjung ke rumah mereka, bunda Ayunda langsung mengajak Reina mengobrol menghiraukan Ayunda, "Teman satu kampus, Ay?" tanya sang bunda.
"Ya, Bu... kita juga satu jurusan bahkan satu kelas", sahut Reina dengan tersenyum.
"Ibu senang Ayunda punya teman seperti kamu, kamu anaknya baik dan sopan", tutur sang bunda.
"Bun, jangan terlalu memuji dia, entar dia semakin sombong", ucap Ayunda.
"Bunda yakin kalau Reina bukan orang yang sombong."
"Makasih, Bu. Reina sayang Ibu..." ujarnya memeluk bunda Ayunda.
"Aku menyesal telah membawamu ke rumahku... Kau telah mencuri cinta bundaku", ujar Ayunda dengan wajah cemberut.
"Ha, ha, apakah kita mengenal dia, Bu?" tanya Reina pada bunda Ayunda memancing emosinya.
"Bunda..." rengek Ayunda.
"Ck, ternyata kamu juga seorang yang manja", ledek Reina pada Ayunda.
Sang bunda membentangkan tangannya untuk menyambut Ayunda, "Ayo, kemarilah."
Ayunda menghampiri sang bunda, lalu memeluknya. Reina juga melakukan hal yang sama, dia langsung memeluk bunda Ayunda. Akhirnya nereka bertiga saling berpelukan.
Saat mereka berpelukan sang bunda teringat akan kejadian masa silam. Ketika keluarganya masih lengkap, sang bunda selalu menjadi rebutan untuk di peluk oleh ke dua anaknya, karena mereka selalu merasa nyaman dalam pelukan sang bunda.
Bulir kristal jatuh dengan bebas dari sudut mata sang bunda saat kenangan itu melintas dalam ingatannya. Lalu dia mengusapnya dengan cepat sebelum Ayunda dan Reina melihatnya.
"O,ya... Bunda masak cupcake kesukaan kamu, bunda menyimpannya di almari", ucap sang bunda sambil melepas pelukannya.
"Cupcake... yeay..." teriak Ayunda dengan riang. Dia beranjak meninggalkan sang bunda dan Reina, lalu berjalan menuju almari tempat sang bunda menyimpan cupcake.
"Reina... lihatlah ada hujan cupcake", teriak Ayunda sambil membawa sekotak cupcake. "Apakah Kau tidak ingin mencobanya?" tanya Ayunda dengan tersenyum simpul.
Reina melihat cupcake yang di bawa Ayunda dengan menelan salivanya.
"Terima kasih Bunda, sayang", tuturnya sambil mencium pipi sang bunda. Lalu Ayunda dan Reina beranjak menuju ruang tamu, mereka menikmati sekotak cupcake sembari mengerjakan tugas, lebih tepatnya tugas pidatonya Reina.
Reina berdiri dengan menirukan gaya seseorang yang sedang berpidato. Sang bunda dan Ayunda sebagai penonton dan juri yang akan menilainya.
Acap kali Reina salah menyampaikan pidatonya, Ayunda pasti langsung memarahinya, sehingga Reina harus mengulangnya berkali-kali. Bahkan Sang bunda yang menjadi penonton pun harus ikut andil. Mereka juga meminta pendapat sang bunda setiap ada perbedaan pendapat dalam pemilihan kalimat, namun saat di tanya sang bunda hanya memberikan jempolnya sambil tersenyum.
Setelah kurang dari dua jam mereka berdebat, bercanda bahkan tertawa bersama. Semuanya membuahkan hasil, pidato singkat yang mereka susun mendapat pujian dari sang bunda. Dua jempol sang bunda berikan untuk pidato yang sudah di dengarkannya.
Malam hampir larut, membuat sang bunda kuatir, jika Reina harus pulang seorang diri. Dia memintanya untuk menginap, namun mendapat penolakan dari Reina. Sebenarnya dia ingin menerima tawaran bunda Ayunda untuk menginap malam itu, tapi dia tak ingin sang papa memarahinya.
"Kalau begitu, Reina pamit ya, Bu", ujarnya sambil memberi salam.
Bunda Ayunda tak mau memaksakan keinginannya, dia tetap mengizinkan Reina pulang malam itu. Reina berjalan melangkahkan kakinya menuju pintu, dia berjalan ke luar setelah pamit pada Ayunda dan bundanya.
"Hati-hati di jalan", seru Ayunda sambil melambaikan tangannya.
***
Di tempat lain...
Pertemuan keluarga pun selesai, semua orang bergembira, namun tidak dengan pria muda itu. Dia terlihat murung, karena perjodohan yang telah di rencanakan oleh ke dua orang tuanya.
Dafa Suhendra duduk di sebuah bangku taman belakang rumahnya, menghirup udara malam itu untuk melegakan kesesakan yang dirasakannya, dia ingin menjauh dari perbincangan keluarganya dan keluarga wanita yang akan di jodohkan padanya.
Pikirannya menerawang jauh, di pandangnya langit malam yang bertaburan bintang sambil mengingat awal pertemuannya dengan seorang gadis imut. "Ayunda", gumamnya.
Seorang gadis ceria yang membawa dagangannya ke kampus hampir setiap hari. Awalnya dia mengira, kalau Ayunda hanya sekedar ingin menambah uang jajannya saja, seperti wanita lainnya yang juga menjajakan dagangannya.
Namun pemikirannya berubah saat melihat Ayunda membagi-bagikan dagangannya ke pada anak-anak jalanan bukan dari sisa. Hal itu terlihat jelas, ketika beberapa mahasiswa ingin membeli dagangannya, Ayunda mengatakan kalau dagangannya sudah habis, pada hal masih ada beberapa bungkus nasi goreng yang tersimpan di keranjang dagangannya. Dia sudah terlebih dahulu menyisikannya untuk di bagi-bagikan.
Dafa tersenyum saat mengingat kejadian di lapangan basket, dengan tidak sengaja dia melakukan pass, bola melesat jauh mengenai Ayunda. Ayunda sempat pingsan, namun dia segera sadar saat Dafa akan menggendongnya. Ayunda mengatakan kalau dia baik-baik saja, meskipun dahinya memerah saat itu. Ayunda berkata dengan gugup tak berani menatap Dafa.
"Dafa... " seru seorang wanita berjalan menghampirinya. "Apa yang sedang Kau pikirkan? Apakah Kau terlalu bahagia dengan perjodohan ini? aku melihatmu tersenyum-senyum dari tadi", ujar wanita yang dijodohkan dengannya.
"Aku juga senang dengan perjodohan ini, Kau tak perlu menyembunyikan dari kami semua", ucapnya manja sambil tersenyum.
Dafa kesal melihatnya bahkan mendengar suara yang selalu di buat manja itu. Dia bergidik ngeri saat mendengarnya. Dia bangkit dan beranjak meninggalkan wanita itu, kalau berlama-lama di sana, mungkin dia akan sulit membedakan antara suara manusia dengan suara makhluk lainnya.
"Dafa... tunggu... jangan tinggalkan aku di sini", serunya memanggil Dafa yang tak mau berhenti, dia terus memanggil dengan suara cemprengnya. "Ups" ucapnya menutup mulutnya, karena telah keceplosan menunjukkan suara aslinya.
Dafa berjalan masuk ke dalam rumahnya, dia melihat ke dua orang tuanya dan orang tua wanita calon tunangannya itu sedang tertawa bahagia. Dia kesal karena yang mereka pikirkan hanya uang dan bisnis saja. Lalu dia berlalu tanpa menghiraukan kedua orang tuanya dan orang tua wanita yang dijodohkan padanya.
"Dafa..." seru sang mama memanggilnya.
*
*
...**Mohon dukungannya gaess, like, vote, rate ⭐ dan coment 🙏...
...Happy Reading 😊**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Maya●●●
lama2 dafa ilfill sama dia
2023-05-26
0
ZasNov
Dafa sepertinya sudah benar2 jatuh cinta sama Ayunda, dan tidak mau dijodohkan dengan gadis lain..
2023-03-04
0
ZasNov
Bisa aja nih Reina, ngisengin Ayunda 😆
Udah deket aja sama ibunya Ayunda 🤗🥰
2023-02-25
1