Hai Reader yang baik hati, selalu jaga kesehatan ya 😊
🌸🌸🌸
"Dafa..." panggil sang mama saat melihatnya menaiki anak tangga.
Dafa mengabaikan sang mama yang memanggilnya, dia terus menapakai anak tangga tanpa menoleh ke arah sang mama.
"Dafa..." panggil sang papa lebih keras lagi.
Dafa menoleh sekilas, lalu melanjutkan langkahnya tanpa merespon panggilan sang papa.
"Eh, itu... maaf Pak Dharma, Dafa mungkin sedang ada kesibukan, biasanya dia tidak seperti itu", ucap mama Dafa dengan gelisah.
"Tidak apa-apa, anak muda zaman sekarang memang sulit di mengerti, mereka punya dunianya sendiri", ujarnya dengan tersenyum.
"Terima kasih, karena Pak Dharma bisa memakluminya. Silakan dinikmati kembali, Pak, Bu", tutur mama Dafa dengan lembut.
Tiba-tiba wanita yang akan di jodohkan dengan Dafa masuk ke dalam rumah menghampiri ke dua orang tuanya.
"Ma..." panggilnya dengan manja.
Sang mama menghunuskan pandangannya pada putrinya itu dengan senyum penuh makna.
Seolah paham dengan tatapan sang mama, dia langsung duduk di kursi sambil tersenyum pada ke dua orang tua Dafa.
Mereka merasa canggung setelah apa yang baru saja terjadi, namun mama Dafa mencoba mencairkan suasana dengan memuji kecantikan putri pak Dharma. Senyum wanita itu mengembang dengan sempurna saat mendengar pujian dari mamanya Dafa. Dia sangat yakin bahwa perjodohan itu akan tetap terjadi meskipun Dafa menolaknya.
***
Di tempat lain.
"Besok kita meeting, tolong infokan kepada semua pimpinan directorate", ucap seorang pria pada asistennya.
"Siap, Pak", sahutnya dengan tegas.
"Sampai kapan Kau akan memanggilku seperti itu?" tanyanya dengan kesal.
"Selama aku menjadi asistenmu", sahutnya.
"Kau sahabatku, jika tidak ada orang lain di sekitar kita, jangan pernah memanggilku seperti itu!" pintanya dengan serius.
"Kau terlalu menganggapnya serius, teman."
"Sudahlah, tak perlu di bahas, aku akan memesan makanan, apa Kau mau dipesankan sekalian?" tanyanya sambil mengotak atik aplikasi di ponselnya.
"Ya... samakan saja", sahut sahabatnya itu.
"Oke", balasnya singkat. Lalu memesan beberapa menu makanan yang ada di aplikasi ponselnya.
***
Drrt... drrt...
Ponsel Ayunda bergetar saat seseorang menelponnya. Ayunda langsung meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. "Reina", gumamnya.
"Halo, Reina", sahutnya saat dia sudah menggeser tombol hijau di ponselnya.
"Ay... aku sudah sampai di rumah, ya. Tolong sampaikan sama ibu kamu, supaya dia gak kuatir", ucap Reina dari ujung telpon.
"Oke... akan aku sampaikan", balas Ayunda.
"Thanks, sahabatku", ucap Reina kembali masih dari ujung telpon.
"Oke, sahabatku, selamat beristirahat", balas Ayunda.
Mereka pun mengakhiri sambungan telpon.
Krek...
Pintu kamar Ayunda terbuka, sang bunda memunculkan wajahnya dari balik pintu.
"Kenapa Kau belum tidur?" tanya sang bunda saat dia sudah berada di dalam kamar Ayunda.
"Bunda", seru Ayunda sambil memeluk sang bunda. "Tadi Reina menelpon, dan dia sudah tiba dengan selamat di rumahnya", ujar Ayunda saat sudah melepaskan pelukannya.
"Syukurlah, kalau begitu. Bunda kuatir karena dia menyetir seorang diri", tuturnya sambil tersenyum pada Ayunda.
"Ayo, tidurlah! Jangan tidur terlalu larut", seru sang bunda mengingatkannya.
"Ya, Bundaku sayang", sahut Ayunda tersenyum. Dia langsung berbaring di ranjang dan menarik selimutnya.
Kemudian sang bunda mengecup lembut keningnya. "Selamat tidur, putri cantikku", ucapnya, lalu beranjak meninggalkan kamar Ayunda.
***
Pagi ini Ayunda bangun kesiangan, entah apa yang telah membuatnya terlambat bangun, Ayunda sendiri pun tidak tau.
Ayunda langsung beranjak dari ranjangnya dan merapikannya secepat kilat. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan terburu-buru. Kurang dari lima belas menit dia sudah menyelesaikan ritual mandinya. Membuka lemarinya dan meraih sepasang pakaian yang akan digunakannya.
Ayunda berdiri di depan cermin yang menampilkan pantulan dirinya, dia merapikan pakaiannya dan memoles tipis bedak di wajahnya serta memakai lip tint.
Setelah selesai Ayunda melangkahkah kaki ke luar dari kamarnya. Saat sudah berada di meja makan, sang bunda sudah menyiapkan sarapan yang menggugah seleranya.
"Bunda, maaf", ucap Ayunda menyesal.
"Iya... bunda paham, kamu pasti kelelahan", tutur sang bunda sambil tersenyum.
"Ay janji, ini tidak akan terjadi lagi", ujarnya sambil menatap sang bunda.
"Jangan berjanji, jika Kau tidak tau pasti Kau bisa menepatinya. Kita tidak tau hari esok apa yang akan terjadi", tutur sang bunda mengingatkannya.
"Ya, Bun", ucap Ayunda.
Sang bunda melihat wajah Ayunda berubah sendu, dia pun menyentuh tangan Ayunda. "Bunda tidak marah kok, lain kali bunda akan membangunkanmu, jika kamu terlambat bangun", bujuk sang bunda sambil tersenyum.
"Terima kasih, Bun", balasnya tersenyum pada sang bunda.
Ayunda dan sang bunda melupakan sejenak apa yang baru saja mereka bahas, ada hal yang lebih penting yang harus mereka nikmati, sepiring mie goreng buatan sang mama menggugah selera Ayunda. Dia langsung melahapnya karena aromanya sedari tadi menusuk di hidungnya.
"Masakan Bunda tidak ada duanya", ujar Ayunda setelah menghabiskan sepiring mie goreng.
"Hmm... Kau juga harus belajar memasak, supaya saat Kau nikah nanti, suamimu akan betah makan di rumah", ujar sang bunda menasehatinya.
"Baiklah, Bun, aku akan kursus memasak sama Bunda", sahutnya sambil tersenyum. Sang bunda pun membalas dengan tersenyum.
Ayunda beranjak dari duduknya, pamit pada sang bunda. Lalu Ayunda mulai melangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya dan menutupnya kembali saat sudah berada di luar rumah.
***
Sudah lima menit Ayunda menunggu, namun busway kesayangannya belum juga muncul. Lirikan matanya berkali-kali dia tajamkan pada jam yang melingkar di tangannya, dia terus menunggu dengan gelisah.
Hei, Tayo, kenapa kau belum datang juga, batinnya.
Tak berselang lama Ayunda membatin, yang di tunggu-tunggu pun datang. "Akhirnya", gumam Ayunda. Dia langsung melangkahkan kakinya saat pintu terbuka. Lalu duduk di salah satu bangku yang kosong.
Syukurlah Tayo datang tepat waktu, batinnya.
Lebih kurang lima belas menit Ayunda tiba di halte kampus. Dari halte kampus dia langsung melangkahkan kakinya menuju cafe tempatnya bekerja. Ayunda selalu was-was, karena jalan menuju cafe harus melewati bengkel pak Tupang.
Matanya mendelik saat an*ing milik pak Tupang sedang menatapnya. Ayunda mengalihkan pandangannya memberanikan diri melangkah dengan perlahan berharap si an*ing tetap diam di tempat. Sambil berjalan Ayunda terus berdoa agar si an*ing tidak melihatnya.
Saat Ayunda berhasil melewati bengkel pak Tupang dia bernafas lega, namun ada sesuatu yang aneh dari biasanya. Dia menoleh ke belakang dengan perlahan.
"Jangan takut Dek, yang ini sudah jinak, kalau si hitam sudah berakhir hidupnya, karena suka mengejar orang", seru pak Tupang.
"Iya, terima kasih, Pak", sahut Ayunda dengan ramah.
"Kalau yang ini namanya scooby", ucap pak Tupang sambil tersenyum.
"I- iya, Pak", sahut Ayunda dengan ramah, lalu dia pamit pada pak Tupang, karena tak ingin terlambat masuk kerja.
Siapa juga yang mau berkenalan dengan an*ing, Pak, batinnya.
Ayunda tidak mau berlama-lama di sana, dia semakin mempercepat langkahnya menuju cafe tempatnya bekerja.
*
*
...Happy Reading 😊...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Maya●●●
ya siapa tau mau kenalan sama anjing yun😁
2023-06-02
0
Han
maaf kan kami yang sulit di mengerti 😭
2023-05-13
1
ZasNov
Alfian sama Adrian nih pasti.. Tapi siapa yang Boss siapa yang asisten nih..🤔
2023-03-04
0