Sudah hampir 2 minggu setelah pertemuan Vanessa dan Andra. Namun Andra belum juga membalas chat atau menelepon Nessa balik.
Nessa sendiri bingung dengan sikap Andra, terkadang dia merasa apakah dirinya pernah menyinggung perasaan Andra ketika mereka berjalan berdua.
Nessa kelihatan tidak semangat hari ini. Dia duduk bersama teman-temannya namun dengan muka yang layu.
"Andra masih belum chat lu Nes?" tanya Alya.
"Belum Al. Cuma di read doang." jawab Nessa lesu.
"Dil, lu udah tanyain Hanzo cowo lu tentang Andra?" tanya Maura ke Dila.
"Udah beb. Kata Hanzo dia baik-baik aja, trus Andra lagi sibuk bikin presentasi visual katanya." jawab Dila.
"Ya tapi masa sibuk sampe gak ada waktu untuk sekedar reply chat nya Nessa. Misalnya pas malem gitu, gak mungkin juga kan dia begadang tiap hari ngerjain project." Maura berteori.
"Entahlah Ra, mungkin dia emang cuma orang yang numpang lewat di hidup gue." sahut Nessa lemas.
"Tapi lu gak bisa lupain dia Nes?" tanya Alya.
Nessa menggelengkan kepalanya, "Walaupun cuma sehari gue pergi sama dia, gue gak bisa lupain dia Al. He's always appears in my mind."
"Apa mungkin si Andra itu sebenernya udah punya cewe? Makanya dia menghindar dari lu Nes, takut nanti dia malah selingkuh sama lu." kata Maura.
Nessa yang mendengar perkataan Maura hanya menunduk dan sedih.
"Gak beb Ra. Kata Hanzo, Andra itu gak punya pacar. Dia kan temen deket Andra, jadi dia tau Andra banget lah." sahut Dila.
"Sabar ya beb." Dila berusaha menghibur Nessa.
*
Ditempat lain,
Andra pun bukannya senang dengan mengabaikan chat dan telpon dari Nessa. Dia sangat ingin membalas chat nya atau menelpon Nessa balik.
Tapi Andra berpikir lebih baik dia menghindar dari Nessa, karena dirinya tidak pantas untuk Nessa.
Andra pun di sibukan juga dengan membuat project sebagai salah satu syarat untuk promosi jabatan.
"Ren." Hanzo menepuk pundak Andra dan membuyarkan lamunannya.
"Eh, Han. Ngagetin aja lu." sahut Andra.
"Kenapa lu ngelamun?" tanya Hanzo.
"Gak papa Han." jawab Andra.
"Ren, lu sebenernya gimana sih sama Nessa?" tanya Hanzo lagi.
"Gimana apanya Han?"
"Ya elu kenapa kok kaya menghindar dari dia. Si Dila juga nanya-nanyain lu kenapa soalnya si Nessa akhir-akhir ini jadi sedih gara-gara lu nya ngilang." cerita Hanzo.
"Gue bukannya ngilang Han, tapi gue ngerasa kayanya gue gak pantes buat Nessa. Dia bisa dapet yang sesuai sama dia lah." jawab Andra.
"Jadi maksud lu, gara-gara status sosial, dia kaya dan lu gak, lu jadi mundur gitu?" Hanzo bertanya ke Andra yang hanya tersenyum kecut.
"Lu sendiri udah denger dari Nessa nya belum kalo dia gak suka sama lu karena lu bukan dari kalangan jetset?" tanya Hanzo.
"Ya gue gak mesti nanya kali Han." jawab Andra.
"Denger ya Ren. Cewe itu butuh kepastian, lu ngilang tanpa kasi alesan apa-apa ke dia. Mestinya lu ngomong ke dia kenapa lu gak bisa jalan lagi sama dia. Jangan ngegantung gini." saran Hanzo.
"Iya Han. Nanti gue coba hubungin dia." jawab Andra.
"Soalnya sekarang gue mau finishing presentasi visual dulu, trus mau gue kirim ke email bos Ben, kan hari ini dateline pengumpulannya."
"Ya udah, Ren. Good luck!" respon Hanzo kemudian dia melanjutkan pekerjaannya kembali.
*
Keesokan harinya di Big Bang. Bos dan bos besar sedang diskusi mengenai peserta yang telah mengirimkan hasil video presentasi nya.
"Gimana bro? Udah dapet lu kandidatnya?" tanya Benny ke Vino.
"Kan lu juga udah liat sendiri Ben, semuanya biasa aja. Kreatifitas nya kurang." jawab Vino sambil mengusap-usap dahinya.
"Iya sih. Eh, bentar. Ni ada yang ngirim lagi last minute kemaren." kata Benny saat mengecek email laptop nya.
"Lu aja lah yang liat. Males gue, paling masih sama kaya yang lain." jawab Vino.
Benny pun menyetel dan menonton video presentasi visual yang di kirimkan oleh Andra.
"Bro." sahut Benny.
"Apa? Masih sama kan, ordinary." respon Vino.
Karena malas berdebat dengan Vino, Benny pun mencolokan kabel HDMI ke laptop nya agar video tersebut tampil di TV yang ada di ruangan Vino.
"Lu liat nih, dari opening nya aja udah bagus." kata Benny.
Vino pun kemudian memutar badannya dan menonton TV dengan serius sampai video tersebut selesai.
"How?" tanya Benny.
"Futuristic." jawab Vino.
"Jadi?" tanya Benny lagi.
"Siapa yang buat video nya Ben? Divisi apa dia?" tanya Vino.
"Renandra. Karyawan admin." jawab Benny.
"Lu bilang Nindi, minta HRD untuk email CV dia ke lu sekarang." perintah Vino.
"Sip bos." Benny pun langsung menelpon Nindi sekertaris mereka.
Tak berapa lama, email dari HRD pun masuk. Benny mengecek nya dan memforward nya ke Vino.
Email bos besar memang cuma Benny dan keluarga aja yang tau. Karena Vino tidak pernah mau mempublikasikan hal yang menurutnya privasi dia termasuk email.
"Ben, bilang Nindi panggil Renandra ke sini sekarang." Vino kembali menyuruh Benny.
Benny pun kembali menelpon Nindi.
Nindi kemudian ke lantai bagian administrasi untuk memanggil Renandra, karena telepon kepala admin tidak ada yang mengangkat. Karyawan admin ada sekitar 5 orang dengan 1 kepala bagian admin. Lantai administrasi di gabung dengan bagian keuangan atau accounting.
Jadi, ketika Nindi memasuki ruangan admin, tampak beberapa orang melihat nya bertanya-tanya. Karena dia adalah sekertaris lantai paling atas yang jarang sekali turun ke bawah. Nindi bukanlah orang yang sombong, walaupun dia seorang executive secretary.
Nindi pun bertanya pada seorang pegawai,
"Maaf mas ganggu. Kalo yang namanya Renandra yang mana ya mejanya." tanya Nindi.
Sang pegawai pun menunjuk Renandra yang sedang duduk bekerja di depan komputer di mejanya. Dia tidak mengetahui kalau sekertaris Nindi sedang mencarinya.
"Oh, ok. Terima kasih mas." jawab Nindi ramah.
"Siang. Dengan Renandra?" tanya sekertaris Nindi ke Andra.
Andra mengangkat kepalanya, dan segera menjawab karena dia tau kalau yang di depannya ini adalah sekertaris bos besar nya.
"Iya betul bu, saya Renandra. Ada yang bisa saya bantu?" jawab Andra dengan sopan.
"Kamu sekarang ikut saya ke ruangan bos besar ya. Para bos mau ketemu kamu." ajak Nindi.
Deg. Andra merasakan jantungnya berdebar sama seperti ketika Vanessa pertama kali menemuinya. Dalam hatinya dia berkata, 'Aduh. Apa ada yang salah ya sama kerjaan gue, sampe bos bos mau ketemu gue.'
"Yuk." ajak Nindi membuyarkan lamunan Andra.
Andra pun mengikuti Nindi dari belakang. Mereka masuk ke dalam elevator menuju top floor.
"Maaf bu Nindi. Kira-kira kenapa ya bos bos mau ketemu saya?" tanya Andra di dalam elevator.
"Saya kurang tau. Nanti kamu bisa tanya langsung aja yaa. Soalnya saya cuma di tugasin manggil kamu doang." jawab Nindi.
Pintu elevator pun terbuka. Mereka berjalan menuju ruangan bos besar.
Pintu ruangan Vino pun di ketuk oleh Nindi.
"Masuk aja." sahut Benny dari dalam.
Nindi dan Andra pun masuk ke dalam ruangan tersebut.
Ruangan yang lebih mirip dengan tempat santai, dengan TV layar besar berikut player dan speakers, komputer canggih juga dengan layar besar, sofa dan meja dia atas karpet berbulu lembut.
"Thanks Nin. Kamu boleh ke ruangan kamu sekarang, kalo mau istirahat makan siang juga gak papa." sahut Benny ke Nindi.
"Ok bos." jawab Nindi.
"So, umm.. Renandra." sapa Benny
"Iya Pak Benny." jawab Andra.
"Aduh. Jangan Pak lah. Gak usah terlalu kaku. Lagian gue juga belom tua-tua amat. Kayanya kita seumuran." respon Benny sambil senyum dan mengerlingkan alis matanya.
"Vin. Nih orangnya. Katanya lu mau ketemu." sahut Benny ke Vino.
Vino menutup layar laptop nya. Sehingga terlihat lah mukanya yang menatap Andra.
"Renandra." sahut Vino.
"Iya Pak Vino." jawab Andra.
"Saya sudah liat video presentasi yang kamu buat. Saya mau tanya, apa karya kamu itu orisinil? Bukan plagiat atau copas dari orang lain?" tanya Vino.
"Iya Pak, betul itu karya saya sendiri. Hasil ciptaan saya." jawab Vino.
"Ok. Kalo gitu coba kamu presentasi dan jelaskan sekarang sesuai dengan hasil karya kamu." "Kita ke ruang meeting sekarang." ajak Vino sambil berdiri dan menuju ke ruang meeting direksi di sebelah.
Andra terlihat gugup, karena dia belum mempersiapkan apa-apa.
Benny yang melihat gelagatnya berkata,
"Udeh santai aja. File nya udah ada di laptop gue. Nanti tinggal setel aja di ruang meeting trus lu presentasi."
Di ruang meeting. Vino dan Benny duduk sambil melihat Andra yang berdiri untuk menjelaskan mengenai presentasi visual yang dibuatnya. Andra pun menyetel video presentasi nya, dan tampil lah di layar proyektor ruangan meeting.
Andra pada awalnya merasa sangat grogi. Namun lama kelamaan dia bisa mengatasinya dan dapat menjelaskan isi dari video yang dia buat.
Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh Vino dan Benny pun berhasil dia jawab. Hingga sampai tidak ada lagi pertanyan dari Vino dan Benny.
"Ok. Bagus penjelasan kamu." sahut Vino.
"Kamu boleh kembali ke ruangan kamu. Saya mau diskusi dulu dengan Benny."
"Baik Pak Vino, Pak Benny, saya permisi." jawab Andra.
Andra pun keluar dari ruang meeting dan menuju ruangan nya.
"So, gimana Vin?" tanya Benny.
"Tolong atur, hari senin semua divisi dan karyawan kumpul di aula ya. Habis makan siang aja. Gue mau umumin siapa Executive Director Creator kita yang baru. Trus lu siapin juga apresiasi untuk peserta yang udah ikut berpartisipasi. Jangan lupa order snacks bar buat di aula." jawab Vino.
"Bentuk apresiasi buat peserta yang lain apaan Vin?" tanya Benny.
"Ya lu yang mikir dong. Gantian." jawab Vino.
"Rese lu Vin. Giliran yang gini-ginian gue yang lu suruh mikir. Lagian lu juga kebiasaan, kalo ngasih kerjaan kaya gini selalu di weekend. Kapan gue merit nya woy." sahut Benny yang melihat Vino berdiri mau keluar dari ruangan.
"Nanti gue bayar lemburan lu. Lu kerjain aja berdua sama Nindi, jadi gak usah nyari-nyari calon istri lagi. Kalo perlu langsung aja lu nikahin tuh Nindi. Haha.." respon Vino sebelum benar-benar keluar ruangan.
*
Andra kembali duduk di depan komputer di meja kerjanya.
"Eh, Ren. Kenapa dipanggil bos?" tanya Hanzo.
"Gue disuruh ngejelasin video gue." jawab Andra.
"Ooo.. Trus?" tanya Hanzo lagi.
"Ya udah gitu." jawab Andra
Drrt drrt. Ponsel Andra berdering, Andra mengeluarkan ponsel dari laci meja kerjanya. Hanzo melihat nama penelepon tersebut. Vanessa calling.
"Udeh, angkat aja. Kasian dia. Dia perlu penjelasan dari lu." sahut Benny.
Andra tidak menjawab telpon dari Nessa sampai ponsel nya berhenti berdering.
"Gue chat dia aja deh." jawab Andra ke Hanzo.
"Terserah lu."
Andra
Hai Nes. Maafin aku ya akhir2 ini aku gak ada kabar.
Aku gak bermaksud bikin kamu bingung atau sedih. Cuma kayanya lebih baik kita gak usah berhubungan atau ketemuan lagi.
Aku gak pantes buat kamu Nes.
Maafin aku yaa🙏😊
Nessa
Aku tunggu hari ini jam 5 di taman biasa. Aku mau kamu ngomong langsung ke aku, gak lewat chat atau telpon. Be a gentleman!
"Wuih. Kayanya dia marah tuh Ren ke lu." sahut Hanzo.
"Ya wajar lah dia marah ke gue Han."
"Trus, lu mau samperin dia gak?"
"Kayanya lebih baik gue temuin dan langsung ngomong ke dia. Nanti dia pikir gue bukan gentleman lagi." jawab Andra.
*
Vanessa di taman kampus bersama teman-temannya setelah membaca chat dari Andra.
"Beb, balesan lu damage banget ya." Dila mulai berbicara.
"Ya biarin. Supaya cowo itu sadar posisinya. Cowo itu kalo berani langsung ngomong, bukan diem-diem trus tiba-tiba chat and ninggalin." respon Maura.
"Nes, lu yakin mau ketemu Andra dan siap denger apa pun yang dia akan bilang ke lu?" tanya Alya ke Nessa.
"Iya. Gue gak takut kok. Gue juga gak takut sakit hati. Ya mungkin gue sama Andra belum berjodoh saat ini. Walaupun gue expect banget untuk jadi orang yang spesial buat dia." jawab Nessa.
Nessa berpikir, buat apa memaksakan perasaan kita kalo orang yang kita suka gak punya rasa yang sama. Namanya juga hidup, kadang merasa happy kadang merasa sangat terpuruk.
"Life is a rollercoaster.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Aisa Kibar
ada apa gerangan???? 🤨🤨
2021-02-01
1