Setelah berpikir sepanjang jalan, akhirnya Nessa meminta Andra untuk membawanya pergi ke taman tempat mereka bertemu ketika dompet Nessa dikembalikan oleh Andra. Mereka berdua duduk dibangku taman yang menghadap ke danau buatan di taman tersebut.
"Mau gak?" Nessa menawarkan Andra cemilan gula rambut nenek.
"Gak ah, gigi aku ngilu kalo makan itu. Soalnya itu manis banget." jawab Andra.
"Tapi kalo ngeliatin aku gak ngilu kaaaann.. Aku kan manis banget." sahut Nessa sambil nyengir.
"Haha.. Bisa aja kamu."
"Eh Nes, kok kamu malah ngajak kesini?" tanya Andra.
"Emang kenapa?" jawab Nessa.
"Tuh kan kamu kebiasaan, kalo ditanya malah balik nanya. Ya udah kalo gak mau jawab juga gak papa."
"ih, gitu aja ngambek." sahut Nessa. "Abisnya aku bingung mau ajakin kamu kemana, jadinya aku bilang ke taman aja."
"Bener gak ada alesan lain?" tanya Andra.
"Bener An, emang nya kenapa sih."
"Gak papa. Eh Nes, papi kamu itu bule ya?"
"Iya. Papi itu bule Amerika, udah di Indo dari sebelum merit sama mami." jawab Nessa.
"Ooo.. Pantesan lancar bahasa
nya. Kamu sendiri suka ke Amerika?"
"Dari umur 5 tahun sampe sekitar kelas 3 SMA aku disana tinggal sama Grandma and Grandpa, tadinya di suruh nerusin sekolah sama kuliah disana juga, tapi aku gak mau. Gak tau kenapa aku kurang sreg aja tinggal disana. Akhirnya aku nerusin SMA disini dan daftar kuliah dikampus yang sekarang." cerita Nessa.
"Trus, kok kamu kuliah nya ambil jurusan musik?"
"Ya emang karena aku suka musik. Lebih tepatnya aku suka main alat musik, terutama piano. Dari kecil aku udah suka main piano, cuma dulu bosen kalo les piano, soalnya sendirian gak ada temen."
"Berarti kamu jago ya main piano nya.." tanya Andra lagi.
"Gak jago banget sih. Tapi bisa lah." jawab Nessa.
"Kamu sendiri An? Mami papi kamu gimana?" tanya Nessa.
Andra tersenyum sedih, "Ayah aku udah lama meninggal. Aku tinggal sama Ibu dan adik perempuan aku. Dia masih SMA sekarang, tahun ini lulus."
"Ups. I'm sorry to hear that." respon Nessa.
"Thanks Nes."
"Trus, kamu gak kuliah? Sekarang kerja dimana?" tanya Nessa lagi.
"Dulu aku sempet kuliah jurusan design grafis, tapi cuma sampe semester 3 soalnya Ibu gak sanggup biayain kuliah dan sekolah adik aku. Makanya terus aku kerja. Aku pernah kerja jadi supir angkot, kurir freelance, trus pelayan cafe walaupun akhirnya cafe nya bangkrut. Eh, trus daftar jadi ojek online sampe sekarang." cerita Andra.
"What a life yaa.. Trus yang waktu itu kamu bilang di telpon kalo kantor kamu itu santai, kerjaan apa?" tanya Nessa lagi.
"Ooo itu. Aku belum lama kerja dikantor itu, baru sekitar setahun lah. Itu juga karena ada temen aku yang kerja disitu, namanya Hanzo, dia yang bilangin kalo ada lowongan kerja dikantor nya. Hanzo itu temen kuliah aku dulu, aku berhenti kuliah, dia tetep lanjut sampe lulus. Kantor tempat kerja aku sekarang itu perusahaan periklanan cuma gak terlalu besar." cerita Andra panjang lebar.
"Kamu kerja bagian apa disitu?"
"Admin." jawab Andra.
Nessa cengengesan tertawa, "Admin? Kok malah gak sesuai sama jurusan kuliah kamu? Padahal periklanan kan cocok juga tuh sama jurusan kamu."
"Yah, mungkin rejeki nya aku di bagian admin. Jadi aku syukuri aja lah." jawab Andra.
"Iya sih.. Yang penting halal kan." kata Nessa.
Andra kemudian tak berhenti memandangi Vanessa. Di dalam hati kecilnya dia merasa sangat bahagia hari ini. Bisa pergi dan ngobrol-ngobrol dengan wanita yang selama seminggu terakhir ini selalu menghantui isi kepala dan hatinya.
Namun, dibalik semua kebahagiaan yang dia rasakan hari ini, dia juga merasakan keraguan yang amat sangat tentang Vanessa. Andra merasa kalau Nessa tidak pantas untuknya. Atau dia yang tidak pantas untuk Nessa. Karena seketika Andra melihat rumah dan keluarga Nessa, dirinya merasa sangat kecil. Andra juga takut apabila dia telah jatuh cinta dengan Nessa, tetapi Nessa malah tidak atau tidak pernah menganggap dia siapa-siapa.
Andra pernah mencintai seorang wanita, namun wanita itu malah menyakitinya dan meninggalkan nya karena Andra hanya lah seorang kurir freelance yang secara finansial tidak bisa memenuhi keinginan jetset wanita tersebut.
Setelah itu Andra benar-benar menjaga hatinya agar tidak tersakiti lagi. Sampai dia bertemu Vanessa yang mengetuk pintu di hatinya.
Tik. Andra merasakan setetes air jatuh ketangannya membuyarkan lamunannya. Dia kemudian menatap langit.
"Nes, kita pulang yuk. Udah mau hujan nih. Soalnya di motor ku cuma ada satu jas hujannya." ajak Andra.
"Mendung ya?" tanya Nessa sambil melihat ke atas langit.
"Iya. Ya udah yuk." Andra menggenggam dan menarik pelan tangan Nessa.
Mereka pun melaju dengan motor. Hanya dalam waktu 15 menit, tiba-tiba hujan turun. Andra pun segera melajukan motor nya ke halte yang di lihatnya sebelum mereka berdua benar-benar basah kuyup kehujanan.
Andra menggandeng Nessa turun dari motor dan berlari kecil untuk berteduh di halte. Nessa mengibas-ngibaskan air hujan yang sedikit membasahi rambut dan jaketnya. Sementara Andra membuka jaketnya karena agak basah. Mereka pun duduk berdampingan. Terdiam. Hanya ada 5 orang yang berteduh di halte termasuk mereka.
"Maaf ya Nes, kamu jadi kehujanan." sahut Andra memecahkan kebisuan mereka.
"Iya gak papa, hujan kan bukan salah kamu. Tapi ini salah si papi." jawab Nessa sambil cemberut.
"Papi kamu? Kok jadi salah dia?" tanya Andra.
"Kamu tadi di rumah gak denger waktu papi bilang, kalo kehujanan neduh-neduh romantis dulu aja di halte." sahut Nessa sambil menyerukan gaya bicara papinya.
Andra tersenyum melihat nya,
"Emang kamu gak seneng kalo neduh nya bareng aku?" tanya Andra sambil meledek Nessa.
"Seneng sih. Tapi bukan di halte. Kalo neduh tuh kita ngemall gitu jadi bisa sambil ngopi-ngopi atau cuci-cuci mata." jawab Nessa.
Andra menggeleng-gelengkan kepalanya. Di hatinya dia bergumam, 'Memang yang namanya tuan putri tetap tuan putri.'
"Haaaattsyi..Haaaattsyi" Nessa bersin-bersin.
"Kamu gak papa Nes?" tanya Andra.
"Gak papa." jawab Nessa sambil mengambil tissue di tasnya dan mengelap hidungnya.
Nessa tetap bersin-bersin. Membuat Andra semakin merasa bersalah.
Andra kemudian bangun dan berjongkok di depan Nessa. Tangan Nessa menutup hidungnya dengan tissue karena bersin-bersin dan mengeluarkan lendir.
Andra menatapnya dalam,
"Nes, maafin aku ya."
"Kamu kenapa sih minta maaf terus? Sekali-kali minta yang lain, minta permen kek, minta uang kek." sahut Nessa sambil berusaha tersenyum karena hidungnya benar-benar terasa tak enak.
Andra mengusap kepala dan rambut Nessa. Nessa menatapnya hingga wajah mereka saling menatap.
Deg. Nessa merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia berkata dalam hatinya, 'Ya ampun, belaiannya kok hangat yaa..Kalo lu sampe nyium gue sekarang, gue gak akan lepasin lu. Gue pastiin kalo lu cuma untuk gue.'
Seketika Andra berkata, "Maafin aku Nes, kamu tuh gak pantes hujan-hujanan neduh kaya gini."
Nessa menutup hidungnya dengan tissue, "Haaaattsyi" Nessa bersin lagi.
"Tuh kan, hidung kamu sampe merah begitu." kata Andra.
"Biarin merah biar kaya badut. Haaaattsyi." jawab Nessa.
Andra pun akhirnya memeluk Nessa karena dia tau kalau Nessa sebenarnya kedinginan yang menyebabkan dia bersin-bersin. Kepala Nessa tenggelam di dalam dada Andra. Tangan Andra memeluk punggung belakang Nessa.
'Ya Allah, andai saja bisa ku miliki dia.' Andra berkata dalam hatinya.
Dan Nessa pun berkata dalam hatinya, 'OMG, gue harap ini bukan mimpi. Kalo mimpi pun gue belum mau bangun. Oh hujan, terima kasih telah turun. By the way, jangan berhenti dulu yaa, tetaplah deras.'
"Listen to the rhythm of raining, then you'll understand."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Aisa Kibar
hujan membawa berkah ya thor☺
2021-02-01
1
_sxkura24
bagus banget gak ngebosein and bertele-tele😊semangat thorrr💃🏻
2021-02-01
1