Ada yang aneh denganmu, tetapi aku tak bisa memvonis begitu saja. Kamu dan aku tumbuh bersama. Tentu, aku tahu saat kamu bersembunyi di balik kebenaran hatimu.
💐💐💐 BIMA 💐💐💐
Seminggu setelah pembicaraan itu. Syifa benar-benar menjaga jarak aman dengan Bima. Ia jarang berbicara atau selalu menghindari Bima.
Seperti halnya pagi ini. Ada acara camping dari kampus. Syifa, Arumi, dan Zaki ikut meramaikan. Camping ini berlangsung dua hari dua malam.
"Ummi, Syifa cuman camping bukan pindahan. Kenapa cemilannya banyak sekali?" tanya Syifa saat mengetahui isi tasnya penuh cemilan.
"Bagikan untuk yang lain, Sayang. Lagian peralatan camping 'kan Kak Zaki sudah siapkan," ucap Bu Halimah baru saja keluar dari dapur.
"Udalah, Dek. Kalau kamu engga mau, biar Kakak yang habiskan nanti di sana," sela Zaki yang sejak tadi menyimak obrolan kedua wanita tercintanya.
"Ummi, Abah ke mana?" Bima datang dari arah tangga. "Bima belum lihat Abah dari selesai sarapan tadi?"
"Abahmu ada pengajian sama temennya. Mungkin sore baru pulang," jawab Bu Halimah.
Bima duduk di dekat Zaki. Sesekali melirik Syifa yang mendadak menunduk begitu dia datang.
"Ada apa denganmu, Dek?" batin Bima.
Zaki mengikuti arah pandangan Bima. Ia pun turut memperhatikan sikap Syifa yang aneh. Bu Halimah kembali menambahkan beberapa kue kering di tas Syifa. Tentu, Syifa tak sanggup menolak.
Tak berapa lama suara klakson mobil terdengar. Syifa yakin itu Arumi dan kedua orang tuanya. Sudah seminggu ini teman kocaknya selalu sigap menjemput.
Syifa berdiri, memakai tas ranselnya, lalu menyalami tangan Bu Halimah sambil berkata, "Ummi, Syifa berangkat dulu, ya. Assalamualaikum."
"Hati-hati di jalan, Nak. Titip salam untuk calon menantu Ummi. Assalamualaikum," ujar Bu Halimah sambil melirik Zaki.
"Siap, Ummi," cakap Syifa.
"Calon mantu buat siapa, Ummi?" tanya Zaki menyela pembicaraan mereka.
"Buat kamu! Kan, kamu sering bertengkar sama dia. Lagian Arumi juga anak yang baik dan manis. Ummi suka," jelas Bu Halimah.
"Ogah ah, Ummi. Udah kayak engga ada gadis lain aja. Dia itu biang rusuh! tolak Zaki tegas.
"Sekarang nolak, nanti bisa jadi mohon sama Ummi dan Abah minta di nikahi," ledek Bima pada Zaki.
"Abang," rengek Zaki.
Syifa tersenyum kecil, kemudian berpamitan pada Zaki dan Bima. Meski, Syifa berkata tanpa menatap Bima. Syifa berjalan keluar. Sedangkan, Bima menatap punggung Syifa dengan banyak pertanyaan.
"Abang hari libur?" tanya Zaki.
Bima tak bergeming. Matanya masih enggan beralih dari punggung Syifa yang jelas-jelas sudah hilang seperti di telan bumi.
"Abang," panggil Zaki menarik Bima dari aktivitasnya.
Bima menoleh ke arah Zaki. "Iya, Dek?"
"Cafe tutup hari ini, Abang mau anterin aku ke kampus 'kan?" tanya Zaki.
"Baiklah!" Bima berdiri. "Ummi, Abang anter Zaki dulu. Assalamualaikum."
"Zaki juga pamit, Ummi. Assalamualaikum," timpal Zaki.
"Waalaikumsalam," jawab Bu Halimah.
Kedua Kakak beradik itu berjalan mengikuti jejak Syifa. Bu Halimah memandangi kepergian anak lelakinya.
"Masya Allah, dua anak lelakiku sudah dewasa. Sebentar lagi aku akan segera mendapatkan mantu. Aku berharap, Allah memberikan mantu perempuan yang lembut, penyayang dan penurut seperti Syifa," gumam Bu Halimah.
Sementara itu di dalam mobil. Bima dan Zaki baru saja keluar dari perkarangan rumah. Hari ini Bima free. Jadi, ia punya banyak waktu luang.
"Dek, kamu tahu teman Syifa selain Arumi engga?" tanya Bima.
"Ada sih, Bang. Dia baru gabung sama kita," ucap Zaki.
"Siapa, Dek?"
"Namanya Gabriel."
"Laki-laki?"
"Ya, Bang. Memang kenapa?"
Zaki yang tengah asyik berselancar di dunia maya melalui ponselnya itu seketika menoleh ke arah Bima.
"Kamu ngerasa engga sih, kalau Syifa sikapnya berbeda sama Abang akhir-akhir ini," ungkap Bima.
"Aneh gimana, Bang?"
Zaki semakin dibuat penasaran.
"Seminggu yang lalu saat kamu, Abah, dan Ummi engga ada di rumah malam-malam. Abang pulang mendapati Syifa lagi ketakutan, karena lampu padam. Abang engga tahu, kalau engga ada orang di rumah. Jadi, saat mati lampu dari mulai di jalana. Abang engga khawatir," jelas Bima.
"Terus yang bikin anehnya apa, Bang? Jangan bilang Abang berduaan sama Syifa, terus lakuin aneh-aneh!" tebak Zaki.
"Astagfirullah, Dek! Abangmu ini tahu batasan. Masuk kamar aja Abang terpaksa, karena denger Syifa nangis."
"Oh, ya, aku lupa, kalau Syifa 'kan takut kegelapan."
"Nah, itu! Makanya, Abang nemenin Syifa sampai lampu nyala."
"Terus anehnya di mana, Bang?" tanya Zaki yang tak sabaran menunggu penjelasan Bima.
Perjalanan mereka terhenti, karena macet. Seketika Bima menghentikan laju kendaraan. Menatap lurus ke depan.
"Dia nanya ke Abang soal kakak beradik angkat. Apa boleh Kakak dan adik angkat menikah!" ungkap Bima.
"Abang jawab apa?"
"Abang jawab sah-sah aja, tapi harus jelas dulu ikatan mereka. Takutnya saudara sepersusuan, atau ada ikatan nasab dari perkawinan. Nah, Abang tanya kenapa dia menanyakan hal seperti itu? Dia jawab ada temannya yang bertanya hal serupa, tapi seingat Abang temannya hanya Arumi dan gadis itu engga punya Kakak angkat," beber Bima.
Zaki terdiam. Ia mencerna penjelasan Bima. Mobil kembali melaju membawa keduanya menuju kampus.
"Setelah itu, Syifa seperti menghindari Abang. Bahkan tadi pun, pas Abang datang dia langsung diam. Padahal sebelum Abang datang, dia mengoceh dengan Ummi," sambung Bima.
Apa yang dikatakan Abangnya memang benar. Zaki menyaksikan perubahan sikap Syifa tadi di ruangan makan. Pikiran Zaki bertraveling. Mencoba menemukan jawaban dari rangkaian potongan puzzle.
Tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang kampus. Dari kejauhan terlihat Syifa dan Arumi juga baru sampai. Bima memperhatikan senyuman Syifa yang semakin manis di pandang.
"Apa mungkin Syifa menaruh hati pada Abang?" tanya Zaki yang diikuti rasa terkejut dari Bima.
"Aku hanya menebak saja tanpa tahu isi hati Syifa. Dia jarang berbicara menyangkut masalah pribadi. Namun, hal itu bisa saja terjadi. Mengingat kita semua bukan keluarga Syifa sebenarnya, yang berarti di antara kita bisa menikahi Syifa suatu saat nanti. Itu pun, jika ada di antara kita yang menyukai Syifa," ungkap Zaki jelas.
Zaki keluar, berpamitan pada Bima. Sedangkan, Bima hanya mengangguk pelan. Ia masih terkejut mendengar tebakan Zaki. Meski, itu mungkin bisa terjadi.
Hanya saja, ia menganggap Syifa sebagai adik saja. Apa benar gadis itu telah menempatkan kedudukan Bima di hatinya? Sungguh ini di luar pemikiran Bima. Ia bahkan menolak percaya, andai itu benar terjadi.
Tiba-tiba handphone milik Bima berbunyi. Sebuah chat masuk, Bima segera membuka. Matanya terbuka lebar menatap poto yang baru saja ia dapati, juga pesan singkatnya.
"Astagfirullah," gumam Bima.
...****************...
BERSAMBUNG~~~~
Jangan lupa like, coment dan vote🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Saniia Azahra Luvitsky
apa itu isi pesan singkat nya..
cinta dalam diam sakit ya
2021-08-11
1
Ety Nadhif
cinta dalam diam ini mah
2021-03-23
0
B€༄͜͡●⃝🐢ᴿⱽ᭄᭄sᷝqᷮuͤaͬd🆔™
lanjut thoor
smngttt...
2021-02-02
0