Niat perjodohan.

🌺Jodoh, maut, juga rezeki, semua Allah yang mengatur. Aku hanya mengikuti alur takdir yang Allah berikan untukku. Siapapun jodohku nanti, aku berharap bisa menjadi imam yang baik.🌺

💐💐💐💐 BIMA 💐💐💐💐**

Siang berganti malam. Suara adzan isya berkumandang, memanggil muslim untuk segera datang menghadap Ilahi Rabbi. Bersimpuh di atas sajadah. Menikmati waktu bercengkrama dengan pencipta semesta alam.

Setelah melaksankan Salat isya. Semua keluarga Pak Imam berkumpul menikmati makan malam. Mereka berdoa, lalu makan dengan lahap.

Makan selesai, Syifa dan Bu Halimah membawa piring kotor ke dapur. Mencucinya hingga bersih, menata di rak, lalu membersihkan sisanya.

Setelah selesai Syifa pamit pergi ke kamar. Sedangkan Bu Halimah menghampiri Bima dan suaminya di ruangan keluarga. Sementara itu, Zaki sudah izin ke kamar terlebih dahulu setelah selesai makan.

Di ruangan keluarga, Pak Imam tengah mengobrol santai bersama Bima. Sebagai ayah, Pak Imam harus bisa memberikan arahan yang baik pada Bima yang menjadi anak paling tua.

"Bima, apa kamu sudah punya calon istri?" Pak Imam mulai berbicara ke arah serius. Bu Halimah datang, duduk di samping suaminya.

"Belum, Abah," jawab Bima.

"Begini, teman masa kecil Ummi yang sudah Almarhum punya anak gadis. Kami berniat menjodohkanmu dengannya," timpal Bu Halimah pelan.

"Dijodohkan ...," lirih Bima.

Pak Imam dan Bu Halimah mengangguk pelan.

Bima menatap lembut Bu Halimah. "Apa anak teman Ummi sudah tahu tentang Bima?"

"Kebetulan anaknya pernah ke sini bertemu denganmu juga. Apa kamu tidak kenal dengan Nadia?" Bu Halimah tersenyum kecil.

Bima tertegun. Mencoba mengingat gadis bernama Nadia tersebut. Mendadak pikirannya memberi jawaban.

"Iya, Bima ingat. Nadia itu, adik dari Rizal," ingat Bima.

"Alhamdulillah, kalau kamu ingat. Nah, jadi gimana?" tanya Pak Imam menanyakan keputusan Bima.

"Abah dan Ummi terserah kamu. Kalau kamu berkenan. Nanti besok, kita ke sana untuk silaturahmi saja dulu," jelas Bu Halimah.

Bima mencoba menimang usulan oranh tuanya. Ia rasa tidak salahnya untuk mencoba. Kalaupun nanti mereka tidak cocok, setidaknya menjaga silaturahmi itu baik.

"Insya Allah, Bima ikut Ummi dan Abah saja." Nada bicara Bima sangat rendah dan lembut.

"Baiklah," ujar Bu Halimah.

Pembicara malam itu berlangsung lama. Bima mulai mengantuk, ia pamit tidur terlebih dahulu. Sedangkan, kedua orang tuanya masih duduk santai.

"Abah, apa ini yang terbaik untuk Bima?" tanya Bu Halimah ada rasa ragu dalam jiwa.

"Kita lihat saja ke depannya. Anak itu sangat penyendiri, kalau kita tidak menjodohkan. Dia mungkin akan diam saja. Abah tidak akan memaksa, pada dasarnya Bima yang menjalani rumah tangga ini," cakap Pak Imam.

Bu Halimah mengangguk. Usia Bima akan segera menginjak dua puluh enam tahun. Bagi lelaki, usia tersebut memang masih muda. Namun, sudah matang untuk menjalani rumah tangga.

"Semoga kita tidak salah memilih," gumam Bu Halimah.

Sementara itu di dalam kamar, Bima baru saja merebahkan diri di kasur. Sejenak ia memejamkan matanya, menikmati semilir angin yang masuk melalui celah jendela.

"Ya Allah, siapapun jodohku nanti, aku harap itu yang terbaik untukku. Aku tidak mempermasalahkan siapa dia. Yang penting dia mau berjalan beriringan dalam jalan yang engkau ridhoi," gumam Bima pelan.

Perlahan matanya tertutup, mengantarkannya ke dalam dunia mimpi indah. Semoga apa yang menjadi pilihan orang tuanya adalah yang terbaik.

💐💐💐💐💐💐💐

Pagi datang menyapa. Memberi udara seger sebelum bercampur dengan polusi udara. Seperti yang sudah di rencanakan semalam. Hari ini Bima dan orang tuanya pergi ke rumah Nadia.

Zaki dan Syifa memilih tidak ikut. Mereka cukup mendengarkan ceritanya saja setelah Abangnya pulang.

"Bang, kalau nanti Abang engga mau buat Zaki aja," goda Zaki pada Bima.

"Kamu ini. Belajar yang benar, baru cari calon istri!" tegur Pak Imam dengan sedikit uraian senyum.

"Iya, Abah, tapi buat jaga-jaga kalau Abang engga mau. Dede Zaki masih mau menampung," cakap Zaki.

"Kak Zaki ini, memang Mbak Nadia itu anak terbuang sampai harus di tabung. Ini nih kebanyakan berantem sama Arumi. Jadi, Kak Zaki ikutan sedikit miring," sela Syifa.

"Siapa Arumi?" tanya Pak Imam penasaran.

"Temannya Syifa, Abah. Masa setiap ketemu mereka selalu berantem. Syifa aja nyerah misahinnya," keluh Syifa.

"Nikahin mereka aja, Abah," usul Bima dengan senyuman meledek Zaki.

"Abang ... Zaki engga mau di nikahin sama temennya Syifa itu. Bisa-bisa Zaki tiap hari minum obat sakit kepala, karena pusing denger dia ngoceh pake bahasanya," tolak Zaki.

Bu Halimah menggelengkan kepala melihat mereka saling bersautan. Meski begitu, ketiganya tetap kompak saling menjaga dan mengingatkan dalam hal kebaikan.

"Sudah, sudah nanti kita terlambat. Bima kamu sudah siap 'kan?" tanya Bu Halimah.

"Insya Allah, Ummi." Bima beranjak dari tempat duduknya, menyambar kunci mobil, lalu keluar di ikuti orang tuanya.

Zaki sedikit mendekat pada Syifa. "Dek, Kakak mau keluar sampai Abah dan Ummi pulang. Kita cuman berduaan di sini, nanti yang ketiga setan."

Syifa tertawa pelan. "Kan, setan takut sama Kakak."

"Astagfirullah, Dek, kalau ngomong suka bener." Tersenyum kecil. "Kalau gitu, Kakak pamit, ya. Jaga rumah yang benar, jangan dibikin kebakaran."

Zaki berlalu meninggalkan Syifa yang masih diam di tempat. Sekarang ia hanya sendirian di rumah. Mungkin begini rasanya, jika saat itu orang tua angkatnya tidak membawanya ke sini. Ia akan sendirian menghadapi dunia yang kejam ini, atau mungkin tinggal di panti asuhan.

"Allah selalu memberi jalan terbaik untuk setiap masalah hambanya," gumam Syifa, lalu kembali melangkah masuk ke dalam kamar.

Sementara itu, Bima dan orang tuanya baru saja sampai di rumah Nadia. Gadis anak yatim piatu yang hanya tinggal bersama Kakaknya, Rizal.

Rumah Nadia tidaklah mewah, hanya rumah kecil di pinggir kota. Orang tua Nadia sudah tiada lima bulan lalu. Selama ini Nadia dan Rizal saling menjaga seperti pesan kedua orang tuanya.

Bu Halimah mengetuk perlahan pintu rumah, lalu terdengar suara gadis dari dalam berkata, "Sebentar."

Setelah mengucap salam dua kali, akhinya Nabila keluar menyambut keluarga Bima. Gadis yang setara Syifa itu tersenyum manis. "Tante, Om, Mas Bima."

"Maaf, Nadia, jika kedatangan Tante sekeluarga mengejutkanmu. Tante hanya ingin silaturahmi saja," tutur Bu Halimah.

Nadia dengan ramah mempersilakan Bima dan orang tuanya masuk ke dalam rumah yang tidak luas. Rumah peninggalan orang tuanya inilah yang menjadi tempat Nadia dan Rizal berteduh.

Nadia pergi ke dapur, mengambil air minum beberapa gelas, lalu menyajikannya di atas tikar. Rumah ini tidak ada kursi seperti yang lainnya. Namun, suasananya sangat sejuk dan menenangkan.

"Maaf, Nadia kami datang ke sini berniat menjodohkanmu dengan Bima, anak pertama kami," ungkap Bu Halimah pelan.

...****************...

BERSAMBUNG~~~~

Terpopuler

Comments

Saniia Azahra Luvitsky

Saniia Azahra Luvitsky

gercep bgt dah itu umi

2021-08-11

0

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Wich.. Bu Halimah main sosor aja. ta'arufan aja dulu Bim 😂

2021-06-06

0

Diyah Fitriyani

Diyah Fitriyani

9

2021-05-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kampus
2 Sahabat.
3 Cafe Bima
4 Niat perjodohan.
5 Rasa yang tak biasa
6 Perasan suka Gabriel.
7 Reuni
8 Laila
9 Mati lampu.
10 Tebakan Zaki.
11 Bus
12 Api unggun
13 Curhatan Syifa
14 Mendaki gunung.
15 Syifa ditemukan
16 Renungan
17 Tangisan Laila.
18 Menggendong Syifa.
19 Cerita saat hujan.
20 Kajian.
21 Fahri.
22 Dosen baru.
23 Menunggu bus.
24 Keterpurukan.
25 Rumah sakit.
26 Coklat.
27 Rasa tak percaya.
28 Lamaran.
29 Menginap.
30 Nasi goreng
31 Ketegangan.
32 Yang tak diketahui Amar.
33 Ada cerita di taman.
34 Perjalanan ke toko buku.
35 Malaikat berwujud manusia
36 Ada apa dengan Bima?
37 Lelaki bertopi hitam.
38 Rahasia Bima terungkap sedikit
39 Permintaan Bima.
40 Mengajar ngaji.
41 Tragedi menimpa Zaki.
42 Rasa bersalah Syifa.
43 Pelacakan pelaku.
44 Cerita menuju cafe.
45 Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46 Keberadaan Kevin terlacak
47 Bertemu Laila.
48 Makan malam.
49 Kamera pengintai
50 Syifa diculik
51 Kevin tertangkap
52 Restu Paman Syifa.
53 Menjenguk Laila.
54 Bertemu Pak Arman.
55 Awal mula cerita.
56 Meminta tes DNA
57 Bertemu Fahri dan Laila
58 Hasil test
59 Syifa pindah
60 baju pengantin
61 SAH.
62 Makan malam di rumah Pak Arman.
63 Rumah baru
64 Mengantar kuliah
65 Test kehamilan.
66 Selalu ada luka dalam hati yang riang
67 Kembang Gula
68 Diskonan
69 Menjadi imam itu berat.
70 Ke rumah Pak Arman.
71 Antara Zaki, dan Amar.
72 Sarapan dengan gombalan
73 Menonton film
74 Pergi
75 Kedatangan Arumi
76 Jodoh pasti bersama
77 Menikah lagi.
78 Foto wanita
79 Penjelasan
80 Perpustakaan kampus
81 Nama baru
82 Mengutarakan niat
83 Imbalan
84 Persiapan skripsi
85 Dosen baru
86 Kost-an Della
87 Suara hati Bima.
88 Mengutarakan niat.
89 Mall Gading
90 Vote
91 Menerima apa adanya
92 Renovasi Panti Asuhan
93 Tespeck
94 Penolakan
95 Akhirnya
96 Cerita baru
97 Periksa kehamilan
98 Kelulusan
99 Berbuah manis
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Kampus
2
Sahabat.
3
Cafe Bima
4
Niat perjodohan.
5
Rasa yang tak biasa
6
Perasan suka Gabriel.
7
Reuni
8
Laila
9
Mati lampu.
10
Tebakan Zaki.
11
Bus
12
Api unggun
13
Curhatan Syifa
14
Mendaki gunung.
15
Syifa ditemukan
16
Renungan
17
Tangisan Laila.
18
Menggendong Syifa.
19
Cerita saat hujan.
20
Kajian.
21
Fahri.
22
Dosen baru.
23
Menunggu bus.
24
Keterpurukan.
25
Rumah sakit.
26
Coklat.
27
Rasa tak percaya.
28
Lamaran.
29
Menginap.
30
Nasi goreng
31
Ketegangan.
32
Yang tak diketahui Amar.
33
Ada cerita di taman.
34
Perjalanan ke toko buku.
35
Malaikat berwujud manusia
36
Ada apa dengan Bima?
37
Lelaki bertopi hitam.
38
Rahasia Bima terungkap sedikit
39
Permintaan Bima.
40
Mengajar ngaji.
41
Tragedi menimpa Zaki.
42
Rasa bersalah Syifa.
43
Pelacakan pelaku.
44
Cerita menuju cafe.
45
Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46
Keberadaan Kevin terlacak
47
Bertemu Laila.
48
Makan malam.
49
Kamera pengintai
50
Syifa diculik
51
Kevin tertangkap
52
Restu Paman Syifa.
53
Menjenguk Laila.
54
Bertemu Pak Arman.
55
Awal mula cerita.
56
Meminta tes DNA
57
Bertemu Fahri dan Laila
58
Hasil test
59
Syifa pindah
60
baju pengantin
61
SAH.
62
Makan malam di rumah Pak Arman.
63
Rumah baru
64
Mengantar kuliah
65
Test kehamilan.
66
Selalu ada luka dalam hati yang riang
67
Kembang Gula
68
Diskonan
69
Menjadi imam itu berat.
70
Ke rumah Pak Arman.
71
Antara Zaki, dan Amar.
72
Sarapan dengan gombalan
73
Menonton film
74
Pergi
75
Kedatangan Arumi
76
Jodoh pasti bersama
77
Menikah lagi.
78
Foto wanita
79
Penjelasan
80
Perpustakaan kampus
81
Nama baru
82
Mengutarakan niat
83
Imbalan
84
Persiapan skripsi
85
Dosen baru
86
Kost-an Della
87
Suara hati Bima.
88
Mengutarakan niat.
89
Mall Gading
90
Vote
91
Menerima apa adanya
92
Renovasi Panti Asuhan
93
Tespeck
94
Penolakan
95
Akhirnya
96
Cerita baru
97
Periksa kehamilan
98
Kelulusan
99
Berbuah manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!