Rasa yang tak biasa

🌺 Mengapa rasa ini hadir dalam diriku untukmu, Bang? Kenapa harus kamu? Bukankah masih banyak lelaki lain. Sungguh aku pun tidak bisa menolak saat angin cinta menerpa dan meluluhlantakkan hatiku🌺

🥀🥀🥀🥀 SYIFA 🥀🥀🥀🥀

Sepulangnya dari rumah Nadia. Bima terlihat banyak diam. Ia merasa kurang berkenan dengan pilihan Abah, akan tetapi ia bingung bagaimana menyampaikan pada orang tuanya.

Pak Imam memulai percakapan. menanyakan bagaimana pendapat Bima soal Nadia. Bu Halimah diam ikut menyimak.

"Maaf, Abah, Ummi. Bima belum bisa menerima perjodohan ini. Entah mengapa Bima merasa kurang srek dengan Nadia," jelas Bima.

"Ya sudah, tidak apa-apa. Lagian Ummi dan Abah engga maksa." Bu Halimah mengelus lembut rambut Bima pelan. "Kalau suatu saat hatimu berubah, kami siap meminang Nadia."

"Tadi Nadia juga belum nerima perjodohan ini. Jadi, kamu engga perlu khawatir," timpal Pak Imam.

"Terima kasih, Ummi dan Abah," ucap Bima dengan terus pokus menyetir.

Dua minggu berlalu setelah kejadian itu. Bima masih seperti biasa. Begitu pun dengan Syifa. Namun, akhir-akhir ini Bima sering menjemput Syifa dan Zaki di kampus.

Seperti halnya hari kemarin. Bima baru saja tiba di depan kampus adik-adiknya. Ia diam menunggu di dalam mobil.

Tidak berapa lama turun hujan yang cukup deras. Bima yang khawatir segera turun dan membawa dua payung, untuk Zaki dan Syifa. Tidak lupa ia pun memakai payung.

Sementara itu, Zaki yang sebenarnya tengah ada acara dengan teman-temannya lupa memberitahu Bima, bahwa hari ini ia tidak bisa pulang bersama. Sedangkan, Syifa baru saja selesai menghadiri kelas terakhirnya. Ia pun sama, tidak diberitahu oleh Zaki.

Syifa berjalan melewati koridor kampus. Menatap dalam rintikan air hujan yang deras membasahi bumi. Hari ini, Arumi tidak masuk. Gadis kocak itu tengah pulang kampung bersama orang tuanya.

"Masya Allah, segarnya air hujan ini," gumam Syifa.

Mata Syifa terpejam sejenak, menikmati aroma khas tanah terguyur hujan. Sungguh ciptaan Allah semua terasa indah, jika di syukuri.

"Apa kamu mengantuk?" Gabriel yang kebetulan baru saja keluar kelas yang sama mengagetkan Syifa.

Sontak Syifa membuka matanya. Menunduk, bergeser sedikit ke kanan--karena Gabriel mengikis jarak di antara mereka.

Gabriel menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal. Ia pun mencoba mencium badannya, karena melihat Syifa bergeser.

"Perasaan tadi gue udah mandi," batin Gabriel.

Gabriel berusaha mendekat, tetapi Syifa terus bergerak menjauh. Membuat lelaki itu penasaran, lalu bertanya, "Apa kamu membenciku? Dari tadi kamu terus menjauh?"

"Bukan itu. Maaf, tolong jangan terlalu dekat. Kita bukan muhrim, lalu tidak enak juga dilihat teman-teman yang lain," tunjuk Syifa pada jejeran anak kampus yang juga sedang menikmati hujan.

"Oh ... Maaf, aku tidak tahu. Aku terbiasa berbaur dengan lelaki dan wanita. Jadi, aku pikir kamu juga sama," ungkap Gabriel.

Syifa kembali menatap ke depan. Intensitas hujan semakin deras. Syifa teringat Zaki, ia berniat menghubungi, akan tetapi sebuah pesan Zaki yang baru ia terima--membuat ia mengurungkan niatnya.

Zaki memberitahu, bahwa ia hari ini pulang terlambat, karena harus mengerjakan tugas bersama teman-temannya. Ia juga meminta Syifa memberitahu Bima.

Ketika membaca nama Bima. Entah mengapa hati Syifa bergetar. Ada rasa yang berbeda akhir-akhir ini yang ia rasakan. Mungkinkah?

Syifa menggelengkan kepala, mencoba menepis tebakan hati yang menurutnya tidak logis. Gabriel yang berada di sampingnya semakin tidak mengerti dengan sikap Syifa.

"Boleh aku tahu siapa namamu? Aku hanya tahu kamu adalah teman satu jurusanku saja," tanya Gabriel berhasil membuyarkan lamunan Syifa.

"Namaku Syifa," jawab Syifa pelan.

"Nama yang cantik seperti orangnya," puji Gabriel.

Syifa mengulum senyum. "Terima kasih. Maaf, aku harus pulang."

"Tunggu! Boleh aku dekat denganmu ... Maksudku, aku ingin menjadi temanmu seperti dua orang yang selalu bersamamu," pinta Zaki.

Syifa terdiam. Ia berpikir sejenak, selama ini ia tidak pernah berteman dekat dengan lelaki selain Kedua kakaknya.

"Silakan, aku tidak pernah melarang siapapun untuk berteman dengan kami," cakap Syifa.

"Ah, iya ... Aku ingin berteman dengan kalian semua." Gabriel mencoba menyembunyikan maksudnya yang sebenarnya.

"Kalau begitu, aku pamit dulu. Assalamualaikum." Syifa berjalan menjauh dari Gabriel. Sedangkan, Gabriel masih memandangi punggung gadis itu sampai hilang dari pandangannya.

"Ya Tuhan, dia sangat cantik. Baru kali ini aku tertarik pada seorang wanita. Tuhan, mudahkan aku untuk bisa meraih hatinya," gumam Gabriel pelan.

Syifa terus berjalan sehingga tidak terasa ia sudah berada di pintu depan masuk kampus. Matanya menemukan Bima sedang berdiri sambil bermain ponsel. Ia merasa bersalah, karena membuat Abangnya menunggu selama itu.

Syifa berjalan menghampiri Bima. "As'sallamualaikum."

Bima tersentak, menoleh ke arah Syifa dengan memperlihatkan senyuman manis yang membuat jantung Syifa tidak karuan.

"Astagfirullah, apa yang terjadi denganku?" batin Syifa.

Bima menyimpan ponsel ke dalam saku, lalu berkata, "Wa'alaikumsalam. Udah selesai, Dek? Mana Kakakmu? Apa Zaki belum selesai belajar?"

Syifa mematung di hadapan Bima. Mulutnya mendadak kelu tak mampu bersuara. Kedekatan mereka nyatanya telah membuahkan benih cinta di hati Syifa.

"Syifa ...," panggil Bima.

Syifa tersadar. Ia mengulum senyum. "Maaf, Bang. Oh, ya Kak Zaki engga bisa pulang, karena harus mengerjakan tugas dengan temannya. Tadi Kakak titip pesan pada Syifa untuk memberitahu Abang."

Bima mengangguk mendengarkan penjelasam adik angkatnya. Syifa yang tidak ingin berduaan saja dengan Bima, meminta izin untuk pulang naik bis saja. Namun, Bima mencegah. Bima mengatakan, ia akan meminta izin pada Abah untuk pulang berdua saja dengan Syifa.

Abah yang diberitahu siatuasi saat ini yang tengah hujan deras, akhirnya memberi izin pada Bima. Tanpa membuang waktu, Bima segera mengajak Syifa menuju mobil dengan menggunakan payung yang sempat tadi ia bawa.

Kini, keduanya sudah berada di dalam mobil hanya berdua saja. Syifa semakin tidak karuan, hatinya semakin bergetar hebat melewati perjalanan bersama Bima.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Bima pelan.

"Engga apa-apa, Bang."

"Akhir-akhir Abang perhatiin kamu sedikit memberi jarak dengan Abang. Apa terjadi sesuatu? Atau kamu memiliki kekasih?"

"Engga kok, Bang. Syifa tidak ingin pacaran seperti pesan Abah."

"Lalu kenapa kamu sedikit menjauh dari Abang? Jangan buat Abang khawatir, Dek."

Syifa menunduk. Ia tidak mungkin mengatakan, bahwa saat ini perasaan Kakak dan adik itu telah berubah menjadi perasaan suka antara lawan jenis.

"Syifa cuman sibuk tugas, Bang. Kan, sebentar lagi udah ujian semester. Jadi, Syifa berusaha keras biar bisa mendapatkan nilai yang terbaik. Semua ini untuk membahagiakan Ummi, Abah, Kak Zaki juga Abang yang udah menyayangi Syifa selama ini," jelas Syifa dengan nada kebohongan untuk pertama kali dalam hidupnya.

Syifa memandang ke arah luar melalui kaca mobil. Menyenderkan kepala di kaca, menikmati perasaan yang berkecambuk dalam dirinya.

"Mengapa harus Abang yang Syifa sukai untuk pertama kalinya? Syifa harus bisa membunuh perasaan aneh ini," batin Syifa.

...****************...

BERSAMBUNG~~~~

Mohon dukungan untuk aku dengan cara like, coment dan vote🤗

Terpopuler

Comments

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

cinta itu anugrah,, kita tdk bisa menentukan pd siapa cinta itu terpaut

2022-09-05

1

Erni Suhandi

Erni Suhandi

ciri khas karya mu memang selalu elegan

2021-12-08

0

Saniia Azahra Luvitsky

Saniia Azahra Luvitsky

visual nya donk

2021-08-11

0

lihat semua
Episodes
1 Kampus
2 Sahabat.
3 Cafe Bima
4 Niat perjodohan.
5 Rasa yang tak biasa
6 Perasan suka Gabriel.
7 Reuni
8 Laila
9 Mati lampu.
10 Tebakan Zaki.
11 Bus
12 Api unggun
13 Curhatan Syifa
14 Mendaki gunung.
15 Syifa ditemukan
16 Renungan
17 Tangisan Laila.
18 Menggendong Syifa.
19 Cerita saat hujan.
20 Kajian.
21 Fahri.
22 Dosen baru.
23 Menunggu bus.
24 Keterpurukan.
25 Rumah sakit.
26 Coklat.
27 Rasa tak percaya.
28 Lamaran.
29 Menginap.
30 Nasi goreng
31 Ketegangan.
32 Yang tak diketahui Amar.
33 Ada cerita di taman.
34 Perjalanan ke toko buku.
35 Malaikat berwujud manusia
36 Ada apa dengan Bima?
37 Lelaki bertopi hitam.
38 Rahasia Bima terungkap sedikit
39 Permintaan Bima.
40 Mengajar ngaji.
41 Tragedi menimpa Zaki.
42 Rasa bersalah Syifa.
43 Pelacakan pelaku.
44 Cerita menuju cafe.
45 Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46 Keberadaan Kevin terlacak
47 Bertemu Laila.
48 Makan malam.
49 Kamera pengintai
50 Syifa diculik
51 Kevin tertangkap
52 Restu Paman Syifa.
53 Menjenguk Laila.
54 Bertemu Pak Arman.
55 Awal mula cerita.
56 Meminta tes DNA
57 Bertemu Fahri dan Laila
58 Hasil test
59 Syifa pindah
60 baju pengantin
61 SAH.
62 Makan malam di rumah Pak Arman.
63 Rumah baru
64 Mengantar kuliah
65 Test kehamilan.
66 Selalu ada luka dalam hati yang riang
67 Kembang Gula
68 Diskonan
69 Menjadi imam itu berat.
70 Ke rumah Pak Arman.
71 Antara Zaki, dan Amar.
72 Sarapan dengan gombalan
73 Menonton film
74 Pergi
75 Kedatangan Arumi
76 Jodoh pasti bersama
77 Menikah lagi.
78 Foto wanita
79 Penjelasan
80 Perpustakaan kampus
81 Nama baru
82 Mengutarakan niat
83 Imbalan
84 Persiapan skripsi
85 Dosen baru
86 Kost-an Della
87 Suara hati Bima.
88 Mengutarakan niat.
89 Mall Gading
90 Vote
91 Menerima apa adanya
92 Renovasi Panti Asuhan
93 Tespeck
94 Penolakan
95 Akhirnya
96 Cerita baru
97 Periksa kehamilan
98 Kelulusan
99 Berbuah manis
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Kampus
2
Sahabat.
3
Cafe Bima
4
Niat perjodohan.
5
Rasa yang tak biasa
6
Perasan suka Gabriel.
7
Reuni
8
Laila
9
Mati lampu.
10
Tebakan Zaki.
11
Bus
12
Api unggun
13
Curhatan Syifa
14
Mendaki gunung.
15
Syifa ditemukan
16
Renungan
17
Tangisan Laila.
18
Menggendong Syifa.
19
Cerita saat hujan.
20
Kajian.
21
Fahri.
22
Dosen baru.
23
Menunggu bus.
24
Keterpurukan.
25
Rumah sakit.
26
Coklat.
27
Rasa tak percaya.
28
Lamaran.
29
Menginap.
30
Nasi goreng
31
Ketegangan.
32
Yang tak diketahui Amar.
33
Ada cerita di taman.
34
Perjalanan ke toko buku.
35
Malaikat berwujud manusia
36
Ada apa dengan Bima?
37
Lelaki bertopi hitam.
38
Rahasia Bima terungkap sedikit
39
Permintaan Bima.
40
Mengajar ngaji.
41
Tragedi menimpa Zaki.
42
Rasa bersalah Syifa.
43
Pelacakan pelaku.
44
Cerita menuju cafe.
45
Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46
Keberadaan Kevin terlacak
47
Bertemu Laila.
48
Makan malam.
49
Kamera pengintai
50
Syifa diculik
51
Kevin tertangkap
52
Restu Paman Syifa.
53
Menjenguk Laila.
54
Bertemu Pak Arman.
55
Awal mula cerita.
56
Meminta tes DNA
57
Bertemu Fahri dan Laila
58
Hasil test
59
Syifa pindah
60
baju pengantin
61
SAH.
62
Makan malam di rumah Pak Arman.
63
Rumah baru
64
Mengantar kuliah
65
Test kehamilan.
66
Selalu ada luka dalam hati yang riang
67
Kembang Gula
68
Diskonan
69
Menjadi imam itu berat.
70
Ke rumah Pak Arman.
71
Antara Zaki, dan Amar.
72
Sarapan dengan gombalan
73
Menonton film
74
Pergi
75
Kedatangan Arumi
76
Jodoh pasti bersama
77
Menikah lagi.
78
Foto wanita
79
Penjelasan
80
Perpustakaan kampus
81
Nama baru
82
Mengutarakan niat
83
Imbalan
84
Persiapan skripsi
85
Dosen baru
86
Kost-an Della
87
Suara hati Bima.
88
Mengutarakan niat.
89
Mall Gading
90
Vote
91
Menerima apa adanya
92
Renovasi Panti Asuhan
93
Tespeck
94
Penolakan
95
Akhirnya
96
Cerita baru
97
Periksa kehamilan
98
Kelulusan
99
Berbuah manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!