Reuni

🌺Mencintaimu dalam diam adalah cara terbaik untukku. Bersamamu sebagai Adik dan Kakak, sungguh indah bagiku. Hingga aku berusaha untuk tidak serakah dengan berharap bisa memilikimu🌺

🌻🌻🌻 SYIFA🌻🌻🌻

Syifa tertegun, waktu berhenti sejenak. Ungkapan rasa Gabriel membuatnya membeku. Tatapan mereka bertemu, saling menerebos satu sama lain.

"Maaf," cicit Gabriel memecah keheningan.

"Aku tidak bermaksud membuatmu kaget. Tolong lupakanlah," sambungnya.

"Maaf, andaipun itu benar. Aku tidak bisa membalas perasaanmu, karena aku tidak mau menjalin asmara sebelum sah," ungkap Syifa pelan, tetapi tegas.

"Kenapa? Apa karena keyakinanku yang berbeda denganmu?" Menatap lekat pada Syifa.

Syifa mengurai senyum. "Bukan soal itu saja. Abah kami selalu berpesan, untuk tidak berpacaran. Kami selaku anak wajib menurut, selama itu hal yang baik dan benar."

"Apa itu terlarang?"

"Di agama kami memang dilarang, karena takutnya menimbulkan banyak fitnah."

"Baiklah! Aku tidak akan membahasnya lagi. Maafkan aku."

Syifa kembali tersenyum, membuat jantung Gabriel semakin tak menentu. Ada magnet kuat yang menariknya untuk ingin tahu lebih banyak tentang Syifa.

🌻🌻🌻🌻🌻

Di lain tempat, Bima tengah termenung memikirkan tingkah Adik angkatnya yang berbeda. Belum selesai soal itu, Ibunya tadi pagi sudah menanyakan perihal kapan ia akan melepas status lajang.

Perjodohan dengan Nabila memang dibatalkan. Namun, tak membuat sang Ibu berhenti soal pernikahaan.

Tahun ini usianya bertambah, itu berarti umurnya pun semakin berkurang. Ia merasa belum siap, belum pandai menjadi Imam. Terlebih menikah bukan perihal mencintai dan dicintai saja, melainkan bagaimana berjalan bersama antara dua karakter yang berbeda.

Amar masuk ke ruangan, ia sudah mengetuk pintu beberapa kali. Namun, Bima terlalu asyik menjejalahi dunia khayal sendiri.

"Assalamualaikum, Pak Haji." Amar menarik kursi, lalu duduk berhadapan dengan Bima.

"Waalaikumsalam," jawab Bima.

"Aku ketuk pintu berapa kali, kamu diam aja. Lagi ngelamunin apa sih, Pak Haji?"

"Engga, akhir-akhir ini Syifa sering menghindariku. Entah apa alasannya!"

"Mungkin dia punya pacar kali!"

"Aku sudah tanya, tapi jawabnya tidak."

Amar berpikir sejenak. Mencari akar permasalahan yang dihadapi Bima.

"Mungkin dia sibuk kuliah. Jadi, waktu bersamamu berkurang."

"Bisa jadi, tapi aku merasa lain. Tatapan matanya mengisyaratkan sesuatu."

"Apa itu?"

"Justru itu menjadi misteri yang belum terpecahkan." Bima Menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi. "Aku merasa dia berbeda."

"Oh, ya, nanti malam jangan lupa kita ada reuni kampus. Kamu harus siap jam delapan malam. Engga usah pulang, bukannya kamu selalu sedia baju ganti di mobil?"

"Iya, bawel!"

"Aku imut, Pak Haji."

Keduanya tertawa, berbicara banyak hal. Mengenang masa kuliah yang menyenangkan. Menikmati waktu berdua sebagai sahabat.

Tidak terasa waktu menjelang salat Maghrib. Semua karyawan serempak menghadap Sang Ilahi Rabbi. Meninggalkan sejenak dunia yang sementara.

Perlahan, waktu terus bergulir. Cafe milik Bima tutup lebih awal. Yang biasanya jam sepuluh malam menjadi jam tujuh malam. Karyawan senang, karena mereka bisa bermain dulu setelah bekerja. Sebenarnya Bima selalu memberikan cuti dua hari dalam seminggy kepada semua karyawan. Tentu, dengan saling bergantian.

Bima sudah siap dengan penampilan yang biasa tanpa setelan jas. Ia hanya memakai kemeja kotak-kotak berwarna hitam di padupadakan dengan celana jeans standar. Badannya yang berotot, membuat Bima selalu terlihat pas memakai apa pun.

"Ayo, Pak Haji!" ajak Amar yang telah mendahului masuk mobil.

"Mobil kamu gimana, Mar?"

"Engga bakal ada yang angkut ini. Namanya juga mobil butut." Amar tertawa.

"Jangan begitu, tetaplah bersyukur. Belum tentu orang lain seberuntung dirimu. Aku saja membeli mobil ini harus menabung satu tahun lamanya," tegur Bima sambil masuk ke mobil.

"Baik, Pak Haji. Sudah selesai ceramahnya, kita hampir terlambat." Amar menyalakan mesin, lalu mobil berjalan membawa mereka ke tempat tujuan.

Selama dalam perjalanan, Bima memilih diam. Memandang keluar, menatap keramaian. Apa yang tengah ia inginkan saat ini? Di usianya sematang ini, ia belum terpikirkan pernikahaan.

Lama hanyut dalam pikiran membuat Bima mengenang masa kecilnya dengan Syifa dan Zaki. Dua saudara yang ia sayangi.

Flashback.

"Bang Bima, Syifa mau permen, tapi Kak Zaki pelit engga mau ngasih!" keluh Syifa dengan muka di tekuk.

"Ini kan permennya Zaki, Bang!" bela Zaki.

Bima yang lebih tua dari mereka berusaha adil. Saat itu orang tua mereka tengah ada acara mendadak. Suka, ataupun tidak, Bima harus mengambil alih mengasuh kedua adiknya.

"Zaki, kamu mau jadi lelaki hebat tidak?" tanya Bima yang saat baru berusia sepuluh tahun, tetapi cara pikirnya jauh seperti orang dewasa.

"Iya, Bang." Zaki mengangguk.

"Lelaki hebat selalu mengalah pada seorang perempuan, tetapi bukan berarti kita lemah. Justru dengan seperti itu, kita sedang memperlihatkan, bahwa seorang lelaki harus bisa menjadi tameng yang kuat," ujar Bima lembut.

"Kalau wanita gimana, Bang Bima? Syifa 'kan wanita?" tanya Syifa menyela percakapan mereka.

Bima berjongkok di depan Syifa. Mengelus halus rambut panjang terurai milik Adik angkatnya sambil berkata, "Syifa harus jadi wanita lemah lembut, penyayang, tetapi tegas seperti Ummi."

Syifa mengangguk. Tak berapa lama Zaki memberikan satu permen yang sebenarnya Bu Halimah berikan untuk mereka berdua.

"Ini Kakak kasih buat Syifa. Kakak hebat 'kan?" tanya Zaki yang diikuti anggukan Syifa yang polos.

Bima tersenyum. Mengelus kepala kedua adiknya. Ia berharap saat dewasa nanti, ia bisa menjadi Kakak terbaik untuk keduanya. Selalu mengingatkan saat salah, dan selalu menerima saat ditegur.

Flasback selesai.

"Bim ... Bima!" seru Amar menarik Bima dari lamunan.

Bima mengerjap, melihat sekitar, lalu berkata, "Sudah sampai, Mar?"

"Udah dari tiga menit yang lalu. Kamu ngelamun mulu!" tegur Bima.

"Ayo, masuk!" ajak Bima mengalihkan pembicaraan.

Keduanya turun, lalu masuk ke sebuah gedung yang menjadi tempat reuni. Begitu langkah kaki mereka sampai ke sana, suara bising musik terdengar. Bima merasa risih, mencoba mencari tempat yang sedikit sepi.

"Mau ke mana, Bim?" tanya Amar.

"Di sini bising!" teriak Bima.

"Ni Anak-Anak doyan banget pada nyanyi engga jelas. Bentar aku tegur!" Amar hendak berjalan ke arah depan.

"Jangan, Mar. Engga enak sama yang lain, kita mojok di sana aja. Lagian aku engga lama juga di sini."

"Oke lah, Pak Haji."

Amar mengikuti jejak langkah Bima. Keduanya menepi di pojok. Sesekali bercengkrama dengan teman satu kampus dulu. Berbicara tanpa menyinggung status sosial, ataupun pekerjaan.

Dari kejauhan seorang gadis cantik menghampiri mereka. Tersenyum semanis madu, lalu berkata, "Bima, sudah lama tidak bertemu."

Semua menoleh. Mata dari mereka tak berkedip menikmati kemolekan sang wanita. Kecuali Bima yang memilih menundukkan pandangannya.

"Aku tidak menyangka bisa bertemu kembali denganmu," sambung wanita.

...****************...

BERSAMBUNG~~~

Terpopuler

Comments

Saniia Azahra Luvitsky

Saniia Azahra Luvitsky

visual donk.. kalem gitu kesan nya alur ceritanya aku syukaaaaaa bgt

2021-08-11

0

Nina Annisa Cibro

Nina Annisa Cibro

semangat terus thor

2021-06-04

0

bojo galak🙈🙈🙈

bojo galak🙈🙈🙈

aku baca smbil buka puasa Thor 🤗🤗🤗

2021-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 Kampus
2 Sahabat.
3 Cafe Bima
4 Niat perjodohan.
5 Rasa yang tak biasa
6 Perasan suka Gabriel.
7 Reuni
8 Laila
9 Mati lampu.
10 Tebakan Zaki.
11 Bus
12 Api unggun
13 Curhatan Syifa
14 Mendaki gunung.
15 Syifa ditemukan
16 Renungan
17 Tangisan Laila.
18 Menggendong Syifa.
19 Cerita saat hujan.
20 Kajian.
21 Fahri.
22 Dosen baru.
23 Menunggu bus.
24 Keterpurukan.
25 Rumah sakit.
26 Coklat.
27 Rasa tak percaya.
28 Lamaran.
29 Menginap.
30 Nasi goreng
31 Ketegangan.
32 Yang tak diketahui Amar.
33 Ada cerita di taman.
34 Perjalanan ke toko buku.
35 Malaikat berwujud manusia
36 Ada apa dengan Bima?
37 Lelaki bertopi hitam.
38 Rahasia Bima terungkap sedikit
39 Permintaan Bima.
40 Mengajar ngaji.
41 Tragedi menimpa Zaki.
42 Rasa bersalah Syifa.
43 Pelacakan pelaku.
44 Cerita menuju cafe.
45 Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46 Keberadaan Kevin terlacak
47 Bertemu Laila.
48 Makan malam.
49 Kamera pengintai
50 Syifa diculik
51 Kevin tertangkap
52 Restu Paman Syifa.
53 Menjenguk Laila.
54 Bertemu Pak Arman.
55 Awal mula cerita.
56 Meminta tes DNA
57 Bertemu Fahri dan Laila
58 Hasil test
59 Syifa pindah
60 baju pengantin
61 SAH.
62 Makan malam di rumah Pak Arman.
63 Rumah baru
64 Mengantar kuliah
65 Test kehamilan.
66 Selalu ada luka dalam hati yang riang
67 Kembang Gula
68 Diskonan
69 Menjadi imam itu berat.
70 Ke rumah Pak Arman.
71 Antara Zaki, dan Amar.
72 Sarapan dengan gombalan
73 Menonton film
74 Pergi
75 Kedatangan Arumi
76 Jodoh pasti bersama
77 Menikah lagi.
78 Foto wanita
79 Penjelasan
80 Perpustakaan kampus
81 Nama baru
82 Mengutarakan niat
83 Imbalan
84 Persiapan skripsi
85 Dosen baru
86 Kost-an Della
87 Suara hati Bima.
88 Mengutarakan niat.
89 Mall Gading
90 Vote
91 Menerima apa adanya
92 Renovasi Panti Asuhan
93 Tespeck
94 Penolakan
95 Akhirnya
96 Cerita baru
97 Periksa kehamilan
98 Kelulusan
99 Berbuah manis
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Kampus
2
Sahabat.
3
Cafe Bima
4
Niat perjodohan.
5
Rasa yang tak biasa
6
Perasan suka Gabriel.
7
Reuni
8
Laila
9
Mati lampu.
10
Tebakan Zaki.
11
Bus
12
Api unggun
13
Curhatan Syifa
14
Mendaki gunung.
15
Syifa ditemukan
16
Renungan
17
Tangisan Laila.
18
Menggendong Syifa.
19
Cerita saat hujan.
20
Kajian.
21
Fahri.
22
Dosen baru.
23
Menunggu bus.
24
Keterpurukan.
25
Rumah sakit.
26
Coklat.
27
Rasa tak percaya.
28
Lamaran.
29
Menginap.
30
Nasi goreng
31
Ketegangan.
32
Yang tak diketahui Amar.
33
Ada cerita di taman.
34
Perjalanan ke toko buku.
35
Malaikat berwujud manusia
36
Ada apa dengan Bima?
37
Lelaki bertopi hitam.
38
Rahasia Bima terungkap sedikit
39
Permintaan Bima.
40
Mengajar ngaji.
41
Tragedi menimpa Zaki.
42
Rasa bersalah Syifa.
43
Pelacakan pelaku.
44
Cerita menuju cafe.
45
Sedikit rahasia tentang ayah Syifa.
46
Keberadaan Kevin terlacak
47
Bertemu Laila.
48
Makan malam.
49
Kamera pengintai
50
Syifa diculik
51
Kevin tertangkap
52
Restu Paman Syifa.
53
Menjenguk Laila.
54
Bertemu Pak Arman.
55
Awal mula cerita.
56
Meminta tes DNA
57
Bertemu Fahri dan Laila
58
Hasil test
59
Syifa pindah
60
baju pengantin
61
SAH.
62
Makan malam di rumah Pak Arman.
63
Rumah baru
64
Mengantar kuliah
65
Test kehamilan.
66
Selalu ada luka dalam hati yang riang
67
Kembang Gula
68
Diskonan
69
Menjadi imam itu berat.
70
Ke rumah Pak Arman.
71
Antara Zaki, dan Amar.
72
Sarapan dengan gombalan
73
Menonton film
74
Pergi
75
Kedatangan Arumi
76
Jodoh pasti bersama
77
Menikah lagi.
78
Foto wanita
79
Penjelasan
80
Perpustakaan kampus
81
Nama baru
82
Mengutarakan niat
83
Imbalan
84
Persiapan skripsi
85
Dosen baru
86
Kost-an Della
87
Suara hati Bima.
88
Mengutarakan niat.
89
Mall Gading
90
Vote
91
Menerima apa adanya
92
Renovasi Panti Asuhan
93
Tespeck
94
Penolakan
95
Akhirnya
96
Cerita baru
97
Periksa kehamilan
98
Kelulusan
99
Berbuah manis

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!